Ruteng, Vox NTT-Di mata Elisabeth Maria Mersin, kehadiran perempuan dalam pemilihan calon anggota legislatif (caleg) tak hanya sekadar memenuhi kuota 30% keterwakilan, sebagaimana diamanatkan Undang-undang. Bukan pula hanya sebagai pelengkap untuk meraup suara partai politik dalam ajang pemilihan legislatif.
Bagi wanita yang akrab disapa Lisa itu sudah saatnya perempuan bangkit dan meminimalisasi budaya patriarki yang sudah lama kental di lapisan masyarakat Indonesia.
Menurutnya, saat ini Negara Indonesia lewat berbagai ketentuan sudah mendorong perempuan untuk mengambil peran dalam merealisasikan hak-haknya di ruang publik, dengan proteksi politik.
Perempuan harus bisa membangun ruang tersendiri di antara kepentingan elite-elite politik agar bisa menunjukkan peran kendali dalam mewujudkan kebijakan publik.
Karena itu, sebagai perempuan yang masuk dalam daftar calon anggota DPR RI di Pemilu 17 April 2019 mendatang, Lisa ingin bekerja sepenuh hati dalam memperjuangkan aspirasi rakyat di Dapilnya NTT 1 (Flores, Lembata dan Alor).
Lisa sudah memantapkan langkah perjuangan dengan memiliki konsep terobosan baru dalam mengawal regulasi dan mengontrol pemerintah.
Konsep terobosan baru tersebut tentu saja akan berimbas pada penetapan hak pelibatan politik sebagai sesuatu yang melekat dalam penyusunan program pembangunan.
“Saya maju caleg karena keinginan yang besar untuk turut berpartisipasi dalam memajukan NTT,” kata Lisa kepada VoxNtt.com, baru-baru ini.
Komitmennya ingin memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Provinsi NTT di Senayan sudah sejak awal. Ia berkeinginan kuat untuk mewujudkan aspirasi politiknya menjadi lebih nyata, membumi, dan dirasakan oleh rakyat NTT.
Komitmen politiknya dalam memperjuangkan aspirasi rakyat Flores, Lembata dan Alor di DPR RI nanti tak hanya sebatas retorika belaka saat masa kampanye.
Sebagai bukti keseriusan wanita keliharan Ruteng Kabupaten Manggarai, 1 Juni 1971 itu, ia menyusun visi dan misi dalam perjuangan politik.
Visi dan misi ini tentu saja sebagai koridor perjuangan politik, jika kelak dipercayakan oleh rakyat untuk duduk di Senayan.
Visi Lisa yakni, ”Menjadi penyambung lidah rakyat NTT yang handal dan terpercaya”. Visi ini kemudian diturunkan ke dalam empat misi politiknya.
Keempatnya antara lain; 1. Menampung dan memperjuangkan aspirasi rakyat di bidang pemberdayaan perempuan, pertanian, perikanan, UKM, seni dan budaya, serta pelestarian lingkungan hidup. 2. Menampung dan memperjuangkan, serta menyalurkan aspirasi dalam segala bidang kelembagaan.3.Memperjuangkan adanya peraturan perundang-undangan, serta anggaran yang pro perempuan dan pro rakyat kecil di NTT. 4. Memperjuangkan anggaran khusus untuk mengembangkan SDM rakyat NTT, khususnya untuk pelatihan peningkatan kapasitas perempuan dan para petani di NTT.
Pilih Partai Hanura
Wanita tangguh yang kaya pengalaman ini merupakan calon anggota DPR RI dari Partai Hanura dengan nomor urut 3.
Ia memilih partai besutan Wiranto itu tak hanya sekadar kendaraan politik dalam hajatan Pileg 2019.
Namun di Partai Hanura, istri dari Fariz Gesirdja itu merasa menemukan wadah politik yang selama ini didambakannya.
Di Partai Hanura, kata dia, ada kecocokan ide dan gagasan dalam berpolitik. Di sana juga ada keleluasaan untuk mengekspresikan segenap kemampuan yang telah diperoleh dari pengalaman kerjanya.
“Di partai ini pula, saya berkomitmen untuk mengabdikan seluruh kemampuan dan bidang keilmuan yang saya miliki untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat NTT,” ucap putri dari pasangan Siprianus Min Siboe dan Agnes Djangkong itu.
Wanita Tangguh yang Kaya Pengalaman
Lisa boleh dibilang perempuan tangguh, kuat dan mandiri. Tak ada kamus manja dalam hidupnya. Buktinya, ia penuh percaya diri dan tidak ragu dalam mengejar karir.
Dua pekan pasca tamat S1 Manajemen Informatika di Universitas Gunadarma pada tahun 1995, Lisa langsung bekerja di perusahan Exxon Mobil, Jakarta.
“Saya sangat beruntung hanya dua minggu setelah diwisuda langsung mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia saat itu,” katanya.
Di Exxon Mobil Jakarta, ia bermula sebagai staff IT. Kemudian, Lisa mendapatkan promosi sebagai Human Resource (HR) Analyst.
Sebagai HR analyst, Lisa mengaku bertugas mengurusi rekruitmen pegawai, memberikan penilaian terhadap kinerja karyawan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan HR.
Ia bekerja di Exxon Mobil, Jakarta sejak Mei 1995 sampai Agustus 1999.
Selanjutnya, pada Oktober 1999 sampai Februari 2003, Lisa bekerja di United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) Regional Office Indonesia atau Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi.
“Dengan adanya kerusuhan di Timor Timur, UNHCR salah satu lembaga PBB yang mengurusi pengungsi membuka kantornya di Timor Barat. Saya beruntung menjadi salah seorang dari putri daerah yang lolos seleksi untuk diterima sebagai salah seorang staff UNHCR untuk ditempatkan di Timor Barat (NTT),” terang Lisa.
Kala itu, tugas utama Lisa adalah membuka kantor awal UNHCR di Kupang, Kefamenanu dan Atambua.
Selanjutnya, ia dipromosi menjadi personnel assistant dari Kepala Kantor UNHCR di Timor Barat dengan tugas utamanya adalah menjadi penghubung dan penerjemah antara Kepala Kantor PBB dan Pemerintah Indonesia di Timor Barat.
Di Kantor UNHCR wilayah Timor Barat, Lisa salah satu staff yang beruntung. Pasalnya, ia dipromosikan untuk pindah ke kantor pusat di Jakarta.
Selama di Jakarta, tugasnya adalah mengurusi pelatihan Hak Asasi Manusia (HAM) petugas Kepolisan dan aparat penegak hukum di daerah-daerah konflik di seluruh Indonesia.
Pelatihan ini diselenggarakan oleh UNHCR dengan mendatangkan pelatih HAM bagi polisi akfif dari berbagai negara di dunia, seperti Belanda, Australia, Afrika Selatan, dan Swiss.
Selanjutnya, pada Maret 2003 sampai Februari 2004, Lisa bekerja di The Nature Conservancy (TNC), Komodo Field Office.
TNC adalah lembaga organisasi non profit Amerika yang fokus utamanya untuk pelestarian lingkungan.
Lisa menjelaskan, TNC Labuan Bajo yang pertama kali memberikan perhatian terhadap kelestarian alam di Taman Nasional Komodo, serta membantu masyarakat nelayan dengan memperkenalkan cara-cara menangkap ikan yang ramah lingkungan dan tidak merusak alam di bawah laut.
“Masyarakat juga dibantu untuk bisa mendapatkan mata pencaharian alternatif selain melaut,” jelas Lisa.
Atas permintaan khusus dari salah seorang pimpinan TNC di Jakarta, ia kemudian dikontrak selama setahun sebagai Office Manager di Kantor TNC Cabang Labuan Bajo.
Pasalnya, saat itu TNC Jakarta membutuhkan putra daerah yang asli Manggarai untuk dapat membantu mengurusi operasionalisasi kantor TNC di Labuan Bajo.
Wanita berparas cantik yang kaya jejaring internasional ini juga pernah bekerja di International Organization for Migran atau (IOM) Jakarta pada Maret 2004 sampai Juli 2006.
Dilansir Wikipedia, IOM adalah organisasi antarpemerintah utama di bidang migrasi. IOM berdedikasi untuk memajukan migrasi yang manusiawi dan teratur untuk kepentingan bersama, dilaksanakan dengan meningkatkan pemahaman mengenai masalah-masalah migrasi, membantu pemerintah dalam menjawab tantangan migrasi, mendorong pembangunan sosial dan ekonomi melalui migrasi, dan menjunjung tinggi martabat dan kesejahteraan migran, termasuk keluarga dan komunitasnya.
“Setelah kontrak saya selesai bersama TNC, saya kembali ke Jakarta dan bergabung dengan IOM. Tugas saya di sini hampir sama dengan yang pernah saya lakukan di UNHCR Jakarta,” katanya.
Di IOM Jakarta, Lisa memiliki tugas khusus. Ia menangani penyelenggaraan pelatihan HAM bagi Wakapolres dan petugas Kepolisian di seluruh Indonesia.
Alumnus S1 Manajemen Informatika Universitas Gunadarma yang saat ini sedang mengenyam Magister Risk Management di PPM – Jakarta ini juga pernah bekerja di United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) Surabaya, pada Agustus 2006 sampai Maret 2007.
UNICEF adalah sebuah organisasi PBB yang memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan kesejahteraan jangka panjang kepada anak-anak dan ibunya di negara-negara berkembang.
Lembaga ini adalah salah satu anggota dari United Nations Development Group, dan bermarkas besar di Kota New York.
“Setelah tugas saya di IOM selesai, kemudian saya mendapatkan penugasan di UNICEF Surabaya untuk khusus menangani bantuan pencegahan wabah flu burung di seluruh Provinsi Jawa Timur,” kisah Lisa.
Sejak Februari 2007 hingga Juli 2018, Lisa mampu bekerja dan merajut deretan sejarah karirnya di United Nations Development Programme (UNDP) atau Badan Program Pembangunan PBB Indonesia.
Dilansir Wikipedia, UNDP adalah organisasi multilateral yang paling besar memberi bantuan teknis dan pembangunan di dunia.
Secara global, UNDP berpusat di Kota New York, Amerika Serikat. UNDP sebagai organisasi terbesar dalam PBB.
Organisasi ini dibiayai oleh pendonor yang biasanya membantu menyediakan ahli dan penasehat , pelatihan, dan perlengkapan pembangunan untuk negara berkembang.
“Tugas utama saya di UNDP Indonesia diawali dengan sebagai staff yang bertanggung jawab dalam penanganan bantuan penanganan bencana Tsunami di Aceh dan Nias,” aku Lisa.
Terakhir jabatannya di UNDP Indonesia yakni sebagai Office Manager pada Badan Restorasi Gambut (BRG).
Organisasi dan Prestasi
Elisabeth Maria Mersin mengaku sangat senang di organisasi. Semasa SD -SMA ia aktif di OSIS dan Pramuka.
Saat kuliah pun ia aktif di senat mahasiswa dan Forum Komunikasi Mahasiswa Katolik.
Sayangnya setelah bekerja, Lisa mengaku hampir tak punya waktu luang untuk berorganisasi.
Tak hanya senang berorganisasi, selama di SDK Ruteng V ( 1978 – 1984), Lisa kerap mendapatkan prestasi.
Selama di SDK Ruteng V, Lisa pernah menjadi siswa SD terbaik se-Kabupaten Manggarai. Ia juga selalu mendapatkan ranking satu di kelas.
Selanjutnya, saat mengenyam pendidikan di SMP Imaculata Ruteng (1984 – 1987), Lisa selalu masuk dalam lima besar.
“Saat SD sampai SMA saya tidak pernah mendpatkan nilai merah di raport. Saat kuliah saya berhasil menyelesaikan kuliah S1 dalam waktu 4 tahun,” terang Lisa.
Kunci Sukses ala Lisa Siboe
Kesuksesan Lisa Siboe menapakan karir bekerja di perusahan besar dan organisasi internasional ternyata tak mengalir begitu saja.
Baginya, sayap-sayap kesuksesan bakal bisa diraih jika berhasil berpegang teguh pada kunci. Kunci mencapai sukses, kata dia, adalah bersikap positif, tekun dan fokus.
Selain itu menurut Lisa, setiap orang yang ingin sukses tentu memiliki mimpi besar. Mimpi yang besar itulah tentu saja akan memberikan energi positif untuk mewujudkan impian.
“Tapi saya juga menyiapkan diri, apabila mimpi tidak terwujud saya tidak stress. Saya bisa menerima kegagalan,” katanya.
“Cita-cita saya adalah untuk bekerja di tempat terbaik dan menjalani hidup yang berguna bagi sesama,” sambungnya.
Kunci sukses yang paling utama, kata Lisa, adalah menghormati dan menyayangi orangtua. Karena dari orangtualah awal segala keberuntungan yang akan menyertai hidup.
Lisa menambahkan, kisah getir dan suka duka dalam menitik karir sudah menjadi gudang berharga dalam hidupnya.
Namun demikian, dari sederatan pengalaman hidupnya, satu yang berkesan adalah bisa bekerja di organisasi PBB.
Di situ, ia berkesempatan untuk bertemu orang dari seluruh dunia dan juga orang dari berbagai kalangan dari sekjen PBB, para Duta Besar, Persiden,Menteri dan rakyat Indonesia dari berbagai kalangan.
“Saya bahagia bisa membantu menyalurkan bantuan bagi masyarakat kecil di berbagai pelosok di Indonesia,” ungkap Lisa.
Dengan bekerja di berbagai organisasi PBB itu, ia bisa keliling Indonesia karena ditugaskan. Hingga kini, hanya Maluku untuk wilayah di Indonesia yang belum dikunjungi Lisa.
“Cita-cita saya yang belum terwujud adalah menjadi wakil rakyat NTT yang duduk di Senayan dan juga setelahnya saya juga ingin menjadi Duta Besar. Kiatnya saya bergabung dengan Partai Hanura dan maju menjadi caleg mewakili daerah pemilihan NTT 1 (Flores, Lembata, Alor),” katanya.
Penulis: Ardy Abba
Baca di sini biodata Elisabeth Maria Mersin. . .