*)Puisi-puisi Melki Deni
Baca Warta Hari Ini?
Tadi pagi,
aku lihat gerombolan manusia mengobarkan obor-obor di tengah kota.
Kepalanya bercat hitam, mewartakan mentari gagal bersinar di atas bumi.
“Selamatkan manusianya, jangan otak”, pintah nenek buta di dalam kamar.
Tadi siang,
aku dengar seorang politikus menabrak tiang listrik di sudut kota.
Tasnya berisi uang, membeli tiket jabatan di hotel bintang lima.
“Selamatkan uangnya, jangan manusia”, seruan pengemis tua di pinggir jalan.
Tadi sore,
aku baca remaja mengakhiri hidup di jembatan panjang di pinggiran kampung.
Pahanya berlumur darah, memberitakan berkali-kali diperkosa ayah di kebun.
“Selamatkan beritanya, jangan manusia”, tegas penegak hukum di meja hijau.
Malam ini,
aku lihat anjing menggigit seorang bayi di sekitar toilet kos-kosan,
Tubuhnya tercabik-cabik, membuktikan manusia kegelapan di bawah terang rembulan.
“Selamatkan arwahnya, dan juga beritanya”, kotbah pastor di Gereja.
Kepada Cucuku yang Milenialis
aku selalu berkencan dengan buku-buku.
Di mana saja aku tidak mau malu.
Seringkali berselingkuh dengan jurnal-jurnal dunia.
Yang ternikmat, ketika bersetubuh dengan Sejarah Tuhan, Sapiens, dan Homo Deus.
Seakan-akan aku sedang menggenggam dan meremukkan atlas.
Aku lupa cara bertutur santun kepada makhluk dan bukan makhluk,
membakar lilin di kuburan nenek moyang.
Yang pilu, saat kedapatan berzinah dengan bahasa ibu pertiwi.
Yang parah ketika aku berusaha membunuh Tuhan.
Sialnya, tidak berhasil.
“Tapi, cucu-cucuku lebih parah, kan?”
Cucu-cucuku berhasil dengan gemilang.
Tuhan di-salib-kan lagi di atas serambi maya.
Aku membaca jutaan buku dan memburuh jiwa pengalaman-pengalaman,
karena kutahu miliaran orang akan mengutip hidupku.
*Melki Deni, Mahasiswa Semester II STFK Ledalero-Maumere, aktif menulis pada berbagai media dan bergabung dalam kelompok akademik kampus.