Borong, VoxNTT-Prosesi jalan salib hidup mengenang sengsara dan wafatnya Yesus Kristus di Pra Paroki St. Hironimus Emilianus Jawang, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, menempuh jarak lima kilometer (KM). Banyak umat yang menetes air mata.
Drama penyaliban atau biasa dikenal dengan tablo ini, diperankan para Orang Muda Katolik (OMK) St. Hironimus Emilianus Jawang.
Prosesnya mulai dari Kapela Toko, Desa Nanga Labang sampai di Kapela Longko, Desa Bangka Kantar, Jumat (19/04/2019).
Ada yang berperan sebagai Yesus, Maria Magdalena, Bunda Maria, serdadu atau algojo, dan para rasul.
Ada sekira 300-an umat di Paroki St. Hironimus Emilianus Jawang ikut dalam proses Tablo itu.
Sementara sepanjang jalan, masing-masing umat menempatkan patung dan gambar kudus di depan rumah. Yesus sendiri diperan oleh Ketua OMK, Fipi Jangkung.
Proses tablo dimulai pukul 08.00 Wita dan selesai pukul 11.30. Diawali dengan pemberkatan pengutusan di Kapela Toka oleh Pastor Ruben S. Galang, CRS.
Sebelum Yesus mikul salib ke Bukit Golgota, para algoju menangkap, mengikat dan menyeret Yesus.
Sepanjang proses Tablo, yesus yang memikul salib, disiksa dengan cara dipukul dan ditendang.
Selain dipukul dan ditendang, sepanjang lima KM, Yesus diteriaki dengan sebutan dasar penipu, pengkianat, penyihir, perampok, pencuri, penghasut, serta diminta Yesus dibunuh.
Tampak umat yang terdiri mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, di bawah terik panas matahari, begitu serius memperhatikan jalannya jalan salib.
Dari dinas Perhubungan Matim, mengatur lalu lintas. Sehingga tidak ada satu pun kendaraan yang melintas. Sejumlah anggota Pol PP dan dibantu Linmas, mengamankan proses jalan salib itu.
Aksi OMK begitu mampu menghipnotis sebagian besar umat yang ikut dalam jalan salib tersebut. Sehingga banyak dari umat yang meneteskan air mata.
Terutama pada perhentian VIII, saat Yesus menasihati wanita-wanita yang menangis. Dimana dalam perhentian ini, sekelompok wanita Yerusalem turut berduka cita atas penderitaan yesus.
Mereka menangis dipinggir jalan salib, dengan menyanyi lagu duka cita. Setelah itu, para algojo yang lengkap dengan parang dan tombak, memaksa Yesus jalan menuju hingga ke Puncak Golgota.
Selama jalan salib itu, Yesus tiga kali jatuh. Sebelum Yesus dipaku di kayu salib, pakaian yesus ditanggalkan. Setelah itu tangan dan kaki Yesus dipaku. Yesus mengerang kesakitan.
Saat Yesus wafat, tampak semua umat menangis. Setelah Yesus wafat, jenazahnya diturunkan dari Salib dan dimakamkan.
Pastor Pra Paroki Hironimus Emilianus, Pastor Ruben S. Galang, CRS, usai proses jalan salib selesai, mengatakan jalan salib hidup yang dilakukan itu sebagai prosesi mengenang kisah sengsara dan wafatnya Yesus Kristus. Dimana disalib demi tebus dosa manusia.
Dari kisah sengsara kematian Yesus, tanda teladan untuk rendah hati melayani sesama manusia.
“Gambaran dalam jalan salib ini, ada ketabahan Yesus, karena begitu besar cintah kasih-Nya kepada umat manusia. Kita semua diajak untuk ikut teladan Yesus. Kita harus rendah hati melayani sesama. Sama seperti Yesus rela sampai mengorbankan hidup. Semoga jalan salib ini, tanda Yesus masuk dalam hati kita dan mempunyai hidup yang kekal dengan peristiwa kebangkitan,” ujar Pastor Ruben.
Sementara pendamping OMK, Yohana Tulung dan Frater Mikael Wora, yang ditemui wartawan mengatakan, ada sebanyak 75 peserta OMK yang terlibat dalam aksi jalan salib hidup itu.
Untuk prajurit atau algojo ada sebanyak 24 orang. Prosesi jalan salib itu, baru pertama kali dilakukan dan dilakoni OMK, sejak 1 tahun lalu Pra Paroki Jawang itu dibentuk.
Kata mereka, antusias umat juga cukup tinggi mengikuti jalan salib tersebut. Meski rela jalan kaki sepanjang 5 km dan dibawa sengatnya panas matahari.
Tema yang diangkat dalam Tablo itu, yakni Salib kristus adalah pengorbanan ilahi yang membebaskan.
Mereka juga sampaikan terima kasih kepada petugas dari dinas Perhubungan, Pol PP, Linmas, dan petugas P3K.
“Kami bangga karena proses ini berjalan sukses dan aman. Anak-anak OMK dilatih sejak Februari 2019. Awal mulanya, OMK punya semangat kebersamaan yang luar biasa sebagai satu kesatauan di Pra Paroki ini. OMK juga ambil bagian dalam perayaan paskah, sejak Minggu palama hingga paskah kedua. Untuk paskah kedua, mereka yang tanggung koor,” ujar mereka.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba