Borong, Vox NTT-Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, menanggapi pertanyaan sejumlah awak media terkait wisata halal, konflik perbatasan hingga minuman keras (miras).
“Mana ada wisata di NTT pakai halal. Lalu nanti yang haram yang mana?. Kalau ada wisata halal, berarti yang lain haram dong,” ucapnya di sela-sela kunjungan kerja di Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Jumat (03/05/2019).
Orang nomor satu di NTT itu juga menjelaskan, dalam pariwisata itu ilmunya tidak ada halal. Ada segmen yang karena alasan kesehatan dan alasan keyakinan mereka lebih baik berada pada komunitas-komunitas tertentu.
“Itu segementasi,” ujar Gubernur Viktor.
Menurutnya, dalam pariwisata klaster yang dikenalkan itu adalah klaster sosial.
“Ada the luxe tourism, ada middle class tourism dan social class tourism. Dan class social itu ada back packer, middle class itu yang menengah dan the luxe itu yang bintang lima. Itu clasternya,” jelas Gubernur Viktor.
Terkait wacana pelabelan halal itu, menurutnya hanya akan menjadi pemicu keributan.
“Halal itu nanti bikin ribut nanti orang badan otoritasnya tidak jelas ngapain gitu itu sama gubernur ditolak ko,” imbuhnya.
Selain wisata halal, Gubernur juga menanggapi persoalan perbatasan antara Kabupaten Matim dan Ngada.
“Pasti bereslah. Karena nanti kita duduk bersama dengan dengan berbagai tokoh,” ucapnya.
Pada kesempatan itu juga Gubernur Viktor mengaku saat ini pihaknya tengah mengeluarkan peraturan daerah (Perda) terkait minuman keras (Miras) yang sedang digagas oleh pemerintah provinsi (Pemprov).
“Jadi pertama, usia di bawah 21 tahun dilarang mengonsumsi minuman keras, kedua distribusinya tidak boleh di tempat-tempat umum, harus di tempat-tempat yang khusus,” ujarnya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba