Kupang, Vox NTT-Lagi, NTT dikirimi peti Jenazah TKI. Kali ini,Benediktus Manek, Tenaga Kerja asal Malaka.
Hari ini, Kamis 16 Mei 2019, Jenazah Benediktus tiba di kargo bandara El Tari Kupang pukul 12.45 Wita.
Oktavianus Tele Menek, keluarga dekat almahrum yang menghantar dari Malaysia kepada VoxNtt.com, menjelaskan,
Benediktur meninggal di Malasya pada 08 Mei 2019 lalu.
“Mama kecil liat di kamarnya. Dia pikir ada tidur. Mau kasi bangun untuk makan malam. Dia liat kakinya sudah kaku. Air liur kekuar dari mulut. Dia langsung teriak supaya semua datang lihat,” ungkapnya.
Oktavianus melanjutkan, sebelumnya Benediktus tidak pernah mengeluh sakit. Hanya ketika itu, ia tidur lebih awal dan
saat dibangunkan mama kecilnya, Benediktus sudah tak bernyawa lagi.
Sempat dibawa ke rumah sakit Sibu, Malasya Timur. “Minta otopsi atau operasi. Pihak keluarga yang di Malaka tidak mau,” jelasnya.
Merantau 16 Tahun
Sungai Bidut, Sibu, Malasya Timur adalah daerah tinggal Benediktus. Ia berangkat ke tempat itu pada tahun 2003. Di sana ia mengadu nasib karena di kampung halaman tak menjamin kebutuhannya.
Sepupu almarhum, Guido Manek menyampaikan, sejak berangkat 16 tahun lalu, almahrum tidak pernah pulang hingga usianya 42 tahun dan belum menikah.
“Dia pergi sudah sejak tahun 2003. Tidak pernah pulang dan belum menikah,” tutur Guido.
Kendati demikian, almahrum selalu mengirimkan uang setiap bulan, untuk menafkahi keluarga dan adik-adiknya.
“Ponaan sampai kuliah dia yang urus sampai dengan cucu-cucunya,” ujarnya.
Benedeiktus sendiri berasal dari Desa Babulu, Kecamatan Kobalima Malaka.
“Dia Kerja jaga Excafator. Satpam perkebunan kelapa sawit. Gajinya 1500 ringgit satu bulan, kalau dirupiahkan 5 juta kurang lebih,” ungkap Guido.
Stefen Gunawan, staf BP3JTKI NTT menyampaikan, pemulangan almarhum dari Kargo Bandara El Tari ke kampung halaman difasilitasi oleh BP3TKI.
“Keluarga ke kantor dan beri tahu. Jadi siapkan mobil. Kasie perlindungan dampingi Jenazah sampai rumah duka.
Pak Timoteus K Suban antar Sampai sana, serah terima dengan Kepala Desa,” jelasnya.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Boni J