Kupang, Vox NTT-Hingga September 2018, kasus HIV/AIDS di Kota Kupang mencapai 1.376 kasus.
Dari data tersebut, laki-laki berjumlah 313 dan perempuan 563 orang. Rata-rata usia adalah 25-45 tahun.
Sementara pada Juni 2018 terdapat 5.773 Kasus. Dari angka tersebut, kasus HIV berjumlah 2769 dan kasus AIDS mencapai 3004. 1326 di antaranya meninggal dunia.
Namun jumlah yang sangat tinggi ini belum menggambarkan secara keseluruhan kasus yang ada di masyarakat.
Penanganan masalah ini juga masih menemukan banyak hambatan, terutama disebabkan stigma dalam masyarakat yang cenderung mendorong seseorang yang berisiko HIV/AIDS, enggan memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan.
Demikian diungkapkan Narwati Adonis, Ketua TeBeRK.
Menurut Narwati, selama perjalanan epidemi HIV di Indonesia, sudah banyak korban. Mereka ada yang berstatus sebagai pegawai, swasta, buruh maupun Ibu rumah tangga.
Setiap bulan Mei pada minggu ketiga, Narwati mengajak seluruh masyarakat agar memperingati hari kenangan dengan menyalakan lilin, untuk mengenang yang sudah terinfeksi HIV, terutama mereka yang sudah meninggal dunia.
Para korban kata dia, telah meneguhkan semangat para pegiat kemanusiaan melawan wabah HIV & AIDS.
Berkaitan dengan acara mengenang para korban, kata dia tak hanya dilakukan di Indonesia tetapi seluruh dunia. Secara internasional, lanjut dia, acara ini dinamakan International AIDS Candlelight Memorial. Sementara di Indonesia dikenal dengan sebutan Malam Renungan AIDS Nusantara.
Kegiatan dengan tema “Zero Stigma and Discrimination” itu merupakan kerja sama Komunitas Teman Belajar Remaja Kupang (TeBe RK) dengan Institut Hak Asasi Perempuan (IHAP) NTT di Taman Nostalgia Kota Kupang, Jl. Frans Seda – Kelapa Lima Kota Kupang.
“Ada dari Dinas kesehatan yang merupakan perwakilan Pemerintah Kota Kupang. Puskesmas yang kerja sama dan sekolah dampingan Komunitas TeBe RK dan Kelompok Peduli AIDS,” jelasnya.
Lanjut Narwati, kegiatan memperingati malam renungan AIDS Nusantara mempunyai makna, mengenang semua orang yang sudah meninggal karena AIDS.
“Mengenang kita punya kawan, kerabat, saudara yang sudah meninggal gara-gara AIDS. Juga, kita tidak boleh memberi stigma buruk bagi orang dengan HIV AIDS.
kita sama-sama manusia, tidak boleh membatasi diri. Kita tidak bergaul dengan mereka itu salah,” ujarnya.
“Kita menghapuskan stigma dan diskrimasi terhadap mereka yang menderita HIV AIDS,” tegasnya.
Kegiatan itu kata Narwati, juga diisi dengan mekakukan testimoni dari orang dengan HIV Aids.
“Mereka juga dapat pendampingan. Acaranya adalah pentas seni dan pembakaran lilin dan juga musikalisasi puisi,” tutupnya.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Boni J