Borong, Vox NTT- JPIC Keuskupan Ruteng melakukan sosialisasi ‘stop kekerasan terhadap anak dan perempuan’ di SMA Negeri 2 Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Rabu (29/05/2019).
Kegiatan sosialisasi itu bertema “Edukasi tentang Penanganan dan Pencegahan Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan”
Di hadapan para siswa SMAN 2 Poco Ranaka, Koordinator JPIC Keuskupan Ruteng Pastor Marten Jenarut mengungkapkan fakta perlakuan diskriminatif terhadap anak dan perempuan.
Kata dia, fakta ironis anak dan perempuan menjadi obyek kekerasan tahun 2015 berdasarkan data Komisi Nasional Perempuan sebanyak 321.752 kasus atau per bulan ada 881 kasus.
Sedangkan, data Komisi Perlindungan Anak Indonesia pada tahun 2015 ada 1.698 kasus. Dari total tersebut ada 53% kekerasan fisik dan 46% seksual dan psikologis.
“Anak dan perempuan menjadi obyek kekerasan, komoditi/barang pajang untuk kepentingan tertentu dan menjadi subordinasi dari orang dewasa,” ujar Pastor Marten.
Ia juga menjelaskan hakekat anak dan perempuan.
Anak dan perempuan adalah manusia, mahkluk ciptaan Tuhan yang dicirikan dengan organisme biologi, berbudaya, bermartabat kemanusiaan, serta selalu ada dan membutuhkan orang lain.
Menurut Pastor Marten, sikap yang benar perlakuan terhadap perempuan dan anak adalah menghormati dan menghargai martabatnya sebagai manusia, serta memberikan apa yang harus menjadi hak-haknya.
Pastor yang tergabung dalam Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) Cabang Manggarai itu menambahkan, bahaya hukum pidana tentang kekerasan terhadap anak dan perempuan.
Ia mengatakan defenisi kekerasan terhadap perempuan diatur dalam UU Nomor 23 tahun 2004 dan kekerasan terhadap anak diatur dalam UU Nomor 35 tahun 2014.
Ia mengungkapkan kekerasan terhadap anak dan perempuan selalu berdampak negatif terhadap perilaku dan psikologis.
Selain menjadi korban, juga akan menjadi pelaku dalam masa yang akan datang. Karena selalu mendapatkan kekerasan.
Ia mengajak para siswa dan siswi SMA Negeri 2 Poco Ranaka agar dapat menjadi agen penyalur ‘Stop kekerasan terhadap anak dan perempuan’ di lingkungan masyarakat dan warga sekolah pada khususnya.
Sebab, ada begitu banyak kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini. Selain itu, banyak juga pengaduan kekerasan terhadap anak dan perempuan yang masuk ke komisi JPIC.
Kekearasan lain yang muncul di NTT, kata Pastor Marten, adalah perdagangan manusia atau human trafficking. NTT merupakan salah satu provinsi darurat human trafficking.
Pemateri kedua dalam kegiatan sosialisasi itu ialah Emerensiana Santi Rodos dari Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai.
Emerensiana berkesempatan menyanjikan materi tentang “Kesehatan Reproduksi Remaja”
Ia menjelaskan, ada begitu banyak kasus seks bebas di kalangan remaja yang berakibat pada kekerasan terhadap anak.
Seks bebas juga berakibat pada banyaknya melakukan praktik aborsi.
Hal itu karena melakukan hubungan seks bebas di luar nikah.
Emerensiana juga menjelaskan bahaya seks bebas yang berdampak pada muncul penyakit HIV/AIDS. Hal itu dikarenakan suka melakukan hubungan intim secara bebas.
KR: L. Jehatu
Editor: Ardy Abba