Ruteng, Vox NTT- JPIC SVD Ruteng menggelar panen perdana tanaman hortikultura organik bersama kelompok tani Soverdia Mondo, Desa Bajak Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, NTT, Jumat (31/05/2019).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai yang diwakili oleh Staf Ahli Bupati Manggarai Marsel Gambang, Camat Reok Kanisius Tonga, Pemerintah Desa Bajak, tokoh masyarakat dan undangan lainnya.
Koordinator JPIC SVD Ruteng, Pastor Simon Suban Tukan mengatakan, program tersebut merupakan aksi nyata dari gereja untuk mengabdi kepada masyarakat, terlebih khusus para petani.
Menurut Pastor Simon, program hortikultura organik ini untuk memajukan pertanian.
Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan memanfaatkan lahan-lahan yang sebelumnya tidak digunakan oleh masyarakat.
“Selama ini kita selalu membuat advokasi dengan masyarakat terkait dengan bagaimana merawat bumi, tapi saya merasa belum cukup dan tahun lalu saya berkenalan dengan seorang konsultan untuk bagaimana menerapkan gagasan itu, kemudian berpikir untuk pemanfaatan lahan yang ada di masyarakat,” katanya kepada VoxNtt.com usai melakukan panen perdana di lokasi hortikultura organik di Desa Bajak, tepatnya di pesisir sungai Wae Pesi.
Pastor Simon menambahkan, setelah melakukan survei JPIC SVD Ruteng menetapkan Kampung Mondo sebagai tempat untuk manjalankan program hortikultura organik.
Sebab, tempat itu dianggap sangat berpotensi untuk mengembangkan hortikultura organik. Lahannya yang cukup strategis. Sumber air untuk kebutuhan tanaman tersebut pun memadai.
“Terutama yang daerah seperti ini berada di pesisir sungai yang airnya mengalir terus. Lalu kemudian kita putuskan setelah melihat situasi ini untuk memanfaatkan lahan ini semaksimal mungkin,” tutur Pastor Simon.
Ia menjelaskan, program hortikultura organik juga merupakan upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Sebab itu, perlu membangun kerja sama dengan pihak penyedia jasa untuk pengadaan fasilitas.
Menurut Pastor Simon, sinergi ini sangat penting.
Sebab, semangat masyarakat sangat tinggi untuk menjadi petani sukses.
Tidak hanya karena bernilai ekonomis tinggi, kata dia, pertanian organik juga penting untuk perbaikan ekosistem pertanian yang kian rusak terpapar bahan sintetik atau kimiawi seperti pestisida.
Pastor Simon menilai tanaman yang dikelola secara organik biasanya lebih tahan hama penyakit.
Hal itu terkait dengan kesuburan tanaman yang tumbuh di tanah yang sehat.
Bertani organik juga membutuhkan totalitas dan konsistensi.
”Sekali menyatakan organik, maka tak boleh lagi menggunakan bahan-bahan kimiawi meski itu dalam skala kecil,” kata Pastor Simon.
“Pengembangan pertanian organik secara ekonomi jauh lebih menguntungkan. Biaya produksi jauh lebih rendah karena tidak lagi tergantung dengan pupuk non-organik, sementara harga jualnya lebih tinggi,” sambung dia.
Pastor Simon mengharapkan pengembangan pertanian organik yang akan dikembangkan harus bersifat kelompok.
Sehingga pengembangan pertanian organik secara kelompok juga mampu meningkatkan perbaikan lingkungan secara luas.
Selain itu, meningkatkan perbaikan ekonomi secara menyeluruh pada masyarakat.
Dia menilai masyarakat desa cenderung membutuhkan bukti. Jadi, harus mulai dari kelompok kecil.
Jika ini berjalan baik, pihaknya meyakini masyarakat akan bergabung sesuai dengan tujuan program hortikultura organik.
Tujuan itu yakni untuk membawa kesejateraan petani secara luas, sambil menjaga lingkungan.
“Kami berharap masyarakat bisa mengelola lahan ini secara maksimal dan bisa berkelanjutan, dengan itu perawatan terhadap sumber daya yang ada ini lebih baik dan lebih membantu masyarakat,” pungkasnya.
Pastor Simon menambahkan, pengelolaan lahan hortikultura organik di Kampung Mondo juga menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.
Teknologi ini tentu saja berbeda dengan teknologi yang berada pada tempat lain di Manggarai.
Pasalnya, sistem penjaringan airnya sangat ramah lingkungan dengan menggunakan pompa air Barsha (Pompa air menggunakan tenaga air) yang didatangkan dari Belanda.
Alat pompa air tersebut tidak menggunakan bahan bakar.
Sehingga petani tidak lagi memikirkan biaya operasional dari pompa air tersebut.
Penulis: Pepy Kurniawan
Editor: Ardy Abba
Berikut foto-fotonya,