Kupang, Vox NTT-Sosok Any Yudhoyono masih begitu lekat dalam memori rakyat Indonesia.
Kabar duka yang memberitakan kepergiannya pada 1 Juni 2019 di Singapura, menyisahkan kenangan selama 10 tahun mendampingi mantan presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono.
Any kerap mendampingi SBY kala itu. Sosoknya yang dikenal ramah, cerdas dan berparas ayu, menambah kehangatan di setiap moment perjumpaan dengan rakyat.
Kehangatan perempuan kelahiran Yogyakarta, 6 Juli 1952 ini bahkan terpancar sampai ke pelosok negeri termasuk Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Moment yang paling diingat ialah ketika Ibu Any mendampingi SBY ke Gapong, Cibal, Manggarai tahun 2007 silam.
Ani Yudhoyono yang kala itu hadir dalam balutan kesederhanaan mendaratkan kakinya di Kantor Camat Cibal, Kabupaten Manggarai. Ia bersama SBY datang untuk mengunjungi korban longsor dari Desa Gapong.
Bencana itu mencatat 44 orang meninggal dunia, sementara yang lainnya menderita luka-luka dan kehilangan material.
Kehadiran sosok Any kala itu sangat membantu para korban terutama terhadap kondisi psikologi mereka. Ia merangkul para korban terutama anak-anak yang kehilangan orang tua dan sanak keluarga.
Meski terbilang singkat, namun kehadirannya kala itu masih membekas dalam memori publik.
Di lain waktu, putri dari Letnan Jendral (purn) Sarwo Edhie Wibowo ini kembali hadir mendampingi SBY saat perayaan 100 tahun gereja katolik Manggarai di Ruteng pada 18 Oktober 2012 silam.
Warga Kota Ruteng sangat antusias menyaksikan langsung kehadiran presiden SBY dan Ibu Any. Ruas jalan kota Ruteng ramai dipagari warga.
Warga bahkan rela menunggu berdiri hampir dua jam lamanya sebelum rombongan Presiden SBY tiba di sana.
Saat memasuki Kota Ruteng, laju mobil sedan RI 1 yang ditumpangi Presiden SBY dan Ny. Ani Yudhoyono sengaja diperlambat agar keduanya dapat menyapa langsung rakyat Manggarai.
Histeris warga pun pecah. Senyuman Ibu Any dan SBY seperti memancarkan wajah negara yang hangat dan bersahabat.
Terikan warga semakin menjadi tatkala menyaksikan Ibu Any turun dari mobil mengenakan busana serba hitam berbalut motif songke Manggarai.
Ibu negara yang tampak molas (cantik) dengan busana songke tersebut membalas melambaikan tangan dan melempar senyuman.
Moment itu pun masih membekas dalam ingatan orang Manggarai meski Ibu Any telah pergi untuk selamanya kepada Sang Khalik.
Rumah Pintar
Pada tahun 2013 lalu, Ibu Any juga terlihat kembali ke NTT saat pergelaran Sail Komodo di Labuan Bajo.
Bersamaan dengan moment tersebut, Ani bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan empat rumah pintar di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (14/9/2013).
Tak hanya di Labuan Bajo, Rumah Pintar juga dibangun di berbagai pelosok Indonesia, di antaranya di Atambua, NTT, yang peresmiannya bersamaan dengan reuni akbar keluarga besar Batalion Infantri 744/Satya Yudha Bhakti.
Rumah Pintar merupakan gagasan ibu Any bersama persatuan istri menteri Kabinet Indonesia Bersatu. Dia menginisiasi dan memotori pendirian rumah-rumah pintar di seluruh Indonesia.
Sasarannya jelas, yaitu anak-anak usia sekolah agar makin banyak yang mendapat akses ke dunia pendidikan, makin senang membaca dan menambah khazanah pengetahuan mereka.
Rumah Pintar yang diinginkan berdiri di seluruh Tanah Air itu bukan semata berurusan dengan bangunannya, melainkan lebih pada isi dan pengelolaan isinya agar lebih dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat.
Sayangnya, program ini hanya selesai di era SBY. Rumah Pintar tidak dilanjutkan di era Jokowi, padahal budaya literasi dapat tertanam di pelosok nusantara jika rumah pintar terus dikerjakan.
“Kami berharap program ibu Any ini dapat dilanjutkan lagi oleh ibu negara Iriana Jokowi sehingga budaya literasi dasar dapat menjangkau pelosok-pelosok nusantara,” demikian kata anggota DPRD NTT dari Partai Demokrat, Boni Jebarus.
Boni menyayangkan program ini tidak dilanjutkan di era Jokowi. Padahal kata dia, rumah pintar adalah program untuk merawat akal sehat melalui penanaman budaya literasi bagi anak-anak Indonesia.
“Kita sekarang memasuki era pascakebenaran. Bayangkan kalau literasi dasar keropos di tengah situasi seperti ini. Peradaban bangsa bisa hancur. Makanya program Rumah Pintar Ibu Any sebaiknya digenjot lagi demi masa depan bangsa yang lebih cerdas,” pungkas Boni yang dihubungi VoxNtt.com, Minggu (02/06/2019).
Banyak Membantu NTT
Kehilangan Ibu Any tak hanya dirasakan rakyat NTT. Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Periode 2008-2018 Drs. Frans Lebu Raya turut menyampaikan duka cita mendalam atas berpulangnya Ny. Ani Yudhoyono.
“Saya dan keluarga turut berdukacita atas berpulangnya Ibu Ani Yudhoyono hari ini di Singapura. Saya mendoakan semoga arwahnya diterima disisi Tuhan,” kata Lebu Raya Sabtu petang.
Ketua DPD I PDI Perjuangan NTT ini mengaku memiliki kenangan tersendiri semasa ia menjadi Gubernur NTT ketika Ny. Ani mendampinigi Pak SBY sebagai presiden selama 10 tahun.
“Banyak kenangan bersama Ibu Ani semasa beliau hidup dan pendamping Pak SBY memimpin negeri ini,” ucapnya.
Lebu Raya mengatakan, Ny. Ani adalah sosok ibu negara yang smart dan murah senyum kepada siapa saja.
Semasa menjabat Gubernur NTT dua periode, kata Lebu Raya, sering berhubungan dengan Ny. Ani Yudhoyono terutama yang berkaitan dengan tugas-tugas seorang isteri kepala negara.
Ia mengaku Ny. Ani juga memberikan perhatian yang besar terhadap NTT. Hal itu bisa dibuktikan ketika Ny. Ani selalu hadir di NTT mendampingi Presiden SBY jika berkunjung ke NTT.
“Beliau punya perhatian terhadap NTT. Masyarakat NTT tentu merasa kehilangan,” ujarnya.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Irvan K