Borong, Vox NTT- Jumat, 31 Mei 2019 cuaca di Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), NTT, rupanya kurang bersahabat. Mendung, cerah, gerimis hingga hujan lebat. Selalu tak menentu.
Di tengah gerimis sore itu, tepat pukul 15.00 Wita, VoxNtt.com bersama Pankarius Purnama mendatangi kediaman Mama Adel di Pasar Borong, Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong.
Nama Pankarius tak asing bagi Orang Muda Katolik (OMK) di Paroki Borong bahkan kevikepan Borong.
Ia mantan ketua OMK paroki Borong. Pria yang akrab disapa Engkos itu, kini menjadi salah satu ketua partai di kabupaten itu. Dari dialah VoxNtt.com mendapat informasi tentang Mama Adel.
Hari mulai senja. Gerimis masih belum pulas. Rintik-rintik masih tampak.Pasar begitu ramai. Sore itu, seorang wanita tampak menjajakkan dagangannya. Ia tersenyum melihat kedatangan kami. Kami berkenalan. Nama akrabnya Mama Adel.
“Mari masuk, adu maaf ew kita duduk dengan kondisi seperti ini,” ujar pemilik nama Edeltrudis Manung itu. Usia Mama Adel 48 tahun. Lagi dua tahun sudah setengah abad umurnya. Ia kelahiran Kampung Mesi, Desa Rana Kolong, Kecamatan Kota Komba 1974 silam. Sudah 15 tahun ia hidup menjanda.
Baca Juga: Penderita Lumpuh, Tuli, dan Bisu Asal Lamba Leda Ini Butuh Bantuan Pemerintah
Tatapan duka tampak dari parasnya. Tetapi ia selalu tersenyum. Ia pun mulai berkisah.
Kehendak Sang Khalik
Tepat 14 tahun lalu, Mama Adel berpacaran dengan seorang pria. Nama pria itu menjadi rahasia antara VoxNtt.com dan Mama Adel. Mereka merajut asmara. Kisah dan kenangan. Hingga akhirnya ia mengandung.
Baca Juga: Ketika Wae Kaco Matim Jadi Tumpuan Hidup Kornelis dan Keluarga
Saat usia kandungan memasuki empat bulan laki-laki itu pergi meninggalkannya. Ia pun seorang diri. Hidup tanpa belaian suami. Hanya keluarga jadi andalannya kala itu.
Begitu rumit hidupnya. Apalagi dihadapi oleh bui sosial yang terus merasuki telinganya. Tapi ia tak putus asa. Setelah sembilan bulan lamanya, ia pun dikaruniai seorang lelaki tampan. Putih dan berhidung mancung.
Namun, rupanya sang khalik berkendak lain. Sang buah hati terlahir penuh keterbatasan. Ia menerima setiap kehendak pencipta. Baginya setiap insan punya jalan hidup yang harus dihadapi oleh setiap manusia.
Ia pun menamainya Yohanes Baptista Ardilon. Nama yang begitu indah. Kini orang-orang memanggilnya dengan nama Dilon.
Keterbatasan
Dilon sudah 15 tahun usianya. Bentuk kakinya berlekuk dan kecil. Begitupun tangannya. Ia tak mampu melihat. Pendengarannya sedikit terganggu. Terkadang ia hanya tersenyum saat bercerita tentang suatu hal yang lucu.
“Dia biasanya senyum kalau orang cerita tentang hal yang lucu,” ucap sang ibunda.
Mama Adel mempersilakan kami untuk melihat putranya itu. Kala itu, Delon tengah terbaring di kamarnya. Kami pun meminta izin kepada Mama Adel untuk memotret putranya itu.
“Iya silakan,”ujarnya sembari menganggukan kepala.
Usai memotret, Mama Adel menggendong Delon dan memangkunya. Ia memeluk dan menciumnya. Delon tampak berkeringat.
“Sayang-sayang lihat om ada datang tu, ayo sayang. Dia tidak bisa duduk dia hanya bisa tidur. Sejak ia dilahirkan kondisinya seperti ini,” katanya.
Dilon terus menutup mata. Ia tak tersenyum sedikit pun. Mungkin saja ia tak mengetahui dan mendengar kedatangan kami.
Baca Juga: Anas Undik, Janda yang Bertahan Hidup di Tengah Gempuran Kemiskinan
Diakui sang Ibunda, hari-harinya Delon hanya minum susu dan makan bubur. “Akan ada tanda ketika ia sudah lapar. Kadang ia kejang-kejang dan selalu mengeluarkan suara kecil dari mulutnya,” ucapnya.
Bersambung….
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba