Atambua, Vox NTT- Ruas jalan hotmix Weluli-Fulur di Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, NTT hingga kini mengalami kerusakan parah pada sejumlah titik.
Jalan sepanjang 5 KM itu dikerjakan PT Pundi Mas Bahagia pada November 2018 lalu. Proyek itu telah menelan biaya Rp 18,8 Miliar dari APBD Belu.
Kerusakan tersebut mengganggu pengguna jalan. Betapa tidak, pada sejumlah titik, badan jalan ambruk hingga empat meter ke bawah. Bahkan, badan jalan nyaris putus.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas PUPR Belu Vincent K. Laka mengaku, pihaknya sedang melakukan penanganan serius pada ruas jalan Weluli-Fulur.
Menurut Vincent, jalan tersebut memang masih dalam masa pemeliharaan.
Namun demikian, ia telah meminta PT Pundi Mas Bahagia untuk tidak melakukan penanganan sebelum mendapat rekomendasi tuntas dari pihak akademisi.
Itu terutama penanganan kerusakan yang terjadi pada segmen di sekitaran Lamtoromil.
Di situ, terjadi pergeseran tanah atau patahan sepanjang 30 meter di bawah jalan.
Patahan ini berada sebelah kiri dan sebelah kanan jalan. Akibatnya, terjadi pergerakan tanah dan terjadi penurunan tanah.
Vincent juga mengaku telah meminta Politeknik Negeri Kupang untuk segera memeriksa kerusakan ruas jalan Weluli-Fulur tersebut.
Permintaan tim teknik itu sebagai tindak lanjut atas Memorandum of Understandin g(MoU) dan Perjanjian Kersa Sama (PKS) antara Dinas PUPR Kabupaten Belu dengan Politeknik Negeri Kupang.
“Kita meminta mereka untuk melakukan penelitian secara menyeluruh sehingga hasil dari penelitian tersebut memberikan rekomendasi kepada Dinas PU dan Pemerintah Kabupaten Belu untuk melakukan penanganan yang tepat terhadap longsornya jalan Weluli-Fulur,” jelas Vincent.
Sebagai informasi, empat kecamatan di wilayah utara Kabupaten Belu memiliki kondisi tanah yang rawan longsor.
Keempatnya yakni, Kecamatan Lamaknen, Lamaknen Selatan, Raimanuk dan Nanaedubesi.
Sebab itu, Vincent kembali menegaskan, Dinas PUPR Belu telah meminta Politeknik Negeri Kupang untuk memberikan rekomendasi yang tepat, sehingga penanganannya pun tuntas.
Berapa pun besaran biaya di balik rekomendasi itu, Vincent bertekad untuk tetap membangun jalan Welulu-Fulur hingga tuntas.
Upaya itu dilakukan agar di musim hujan tahun depan tidak terjadi longsoran lagi di jalan Welulu-Fulur.
“Saya meminta kepada teman-teman dan warga masyarakat sekitar Weluli-Fulur tolong bersabar karena penanganan longsor tidak segampang yang kita lihat. Dia membutuhkan rekomendasi yang tepat, membutuhkan anggaran yang besar dan penanganan secara komprehensif,” ujar Vincent.
Ia berharap pula setelah libur Lebaran 2019 ini pihak Politeknik Negeri Kupang sudah mulai melakukan penelitian secara menyeluruh di jalan Welulu-Fulur.
“Saya sudah menginstruksikan kepada pelaksana jalan Weluli-Fulur untuk menunggu karena kebetulan masa pemeliharaan, setiap jalan adalah satu tahun terhitung Desember 2018. Sehingga saat ini masih dalam masa pemeliharaan hingga Desember 2019, jadi kita menunggu rekomendasi dari Politeknik Negeri Kupang. Kalau kita hanya penanganan separuh-separuh tidak akan tuntas. Kami khawatirkan, musim hujan tahun ini, jalan itu akan putus total dan itu akan merugikan kita semua,” tutupnya.
Terpisah, Kontraktor pelaksana PT Pundi Mas Bahagia Aloysius Mintur mengatakan, sambil menunggu rekomendasi dari akademisi, pihaknya telah melakukan upaya perbaikan dan pencegahan agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah dan mengakibatkan jalan Welulu-Fulur terputus.
Aloysius mengaku, sejak Kamis (06/06) hingga Sabtu (09/06), PT Pundi Mas Bahagia telah menurunkan sejumlah alat berat untuk melalukan perbaikan pada sejumlah titik yang rusak parah.
“Sejak Kamis kemarin saya sudah perintahkan anak-anak bawa excavator ke sana untuk melakukan perbaikan. Kita timbun tiik-titik yang jatuh supaya mencegah kerusakan yang lebih parah. Sambil kita tunggu rekomendasi dari akademisi seperti apa,” jelas Aloysius yang dihubungi VoxNtt.com, Jumat (07/06/2019).
Baca di sini sebelumnya: Belum Setahun, Jalan Weluli-Fulur Senilai 18,8 Miliar Sudah Ambruk
Penulis: Marcel Manek
Editor: Ardy Abba