Borong, Vox NTT- Gerimis pun sudah pulas. Senyum sumringah selalu tampak dari wajah Mama Adel. Kisah, Jumat, 31 Mei 2019 masih belum habis.
Sedikit pun Delon tak melempar senyum. Ia masih menutup matanya. Mama Adel pun melanjutkan kisah. Tentang perjuangan, mimpi dan harapan. Ia berusaha melawan lupa tentang massanya. Walau masih membekas. Ia yakin pasti lekas sirna.
Selama merawat Delon, tepat tahun 2012 Mama Adel mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah (Pemda) Manggarai Timur (Matim).
“Saya tahun 2012 dapat Rp 400.000 setiap 3 bulan dari Pemda. Tetapi hanya tahun itu saja selanjutnya sudah tidak lagi,” kenangnya.
Ia pun luput dari kunjungan. Mungkin saja pemda lupa. Atau apa alasannya. Namun, yang pasti Mama Adel hanya mampu mengucapkan terimkasi.
Dua tahun berselang, Mama Adel kembali mendapatkan berkah. Kali ini Delon putranya itu diberi kursi roda oleh pemerintah provinsi NTT. Namun, bantuan itu kini sudah rusak. Tidak lagi terpakai. Mama Adel tak punya uang untuk memperbaikinya. Apalagi membelinya yang baru.
“Bantuan itu kami dapat ketika kami sudah tinggal di Borong, tetapi sudah rusak total,” ucapnya.
Borong beda dengan Rana Kolong. Rana Kolong tempat Mama Adel dilahirkan. Borong tempatnya mengais rezeki. Mendulang rupiah. Menafkai hidup.
Konon, wanita kelahiran 1974 itu harus pulang-pergi Borong-Mesi untuk mengunjungi Delon dan keluarganya di kampung halaman. Kala itu Delon tengah dirawat oleh keluarga di kampung Mesi, Desa Rana Kolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur.
“Saya harus pulang pergi waktu itu, untuk lihat dia apalagi saya usaha ayam di Borong. Jadi saya harus pulang terus,” kisahnya.
Mama Adel harus berjuang. Walau ia harus berutang. Setelah beberapa tahun lamanya ia pun memutuskan untuk pindah ke Borong. Hingga kini ia dan Delon sudah 6 tahun lamanya tinggal di Pasar Borong, Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong.
Kebutuhan Sang Buah Hati
Tak ada cara lain bagi janda 48 tahun itu. Ia harus enghalau rintangan dan bui sosial yang terus merasuki pikiran dan hatinya. Baginya, kebutuhan sang buah hati adalah hal utama.
“Saya berjuang untuk kebutuhan hidup kami, kalau Delon satu hari 3 kali ganti pampers, di hanya makan bubur dan minum susu. Itulah kebutuhan yang paling mendasar selama ini,” ucapnya.
Mama Adel sadar akan begitu banyak keterbatasan dalam hidupnya. Ia memiliki mimpi agar usahanya terus berkembang.
Namun, di balik usahanya itu ia butuh sentuhan tangan dari mereka yang memiliki kelebihan dalam hidup. Ia mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang dengan caranya telah “menjamah” ia dan sang buah hati.
“Semoga yang telah membantu kami diberi kesehatan dan terima kasih. Semoga Tuhan memberkati perjalanan hidupnya,” imbuhnya.
Baca sebelumnya di sini: Kisah Mama Adel: Ibunda Bocah 15 Tahun yang Butuh Sentuhan Pemda Matim (1)
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba
Baca Juga: Anas Undik, Janda yang Bertahan Hidup di Tengah Gempuran Kemiskinan