Kupang, Vox NTT-Hasil survei potensi desa (podes) yang diselenggarakan BPS NTT tahun 2018 menampilkan geliat ekonomi yang meningkat.
Pada bidang ekonomi, diketahui desa/kelurahan dengan keberadaan Industri Kecil dan Mikro mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada Industri dari Kain Tenun, yaitu sebesar 24 persen (menjadi 1.477 desa/kelurahan). Peningkatan ini dibandingkan dengan tahun 2014.
Selain itu, terjadi peningkatan pula pada desa/kelurahan dengan keberadaan Industri dari kayu yaitu sebesar 27 persen (menjadi 1.588 desa/kelurahan).
Pada sarana ekonomi lainnya juga terjadi peningkatan, seperti keberadaan koperasi, pasar, mini market, Restoran dan warung kelontong.
Desa/kelurahan dengan keberadaan koperasi meningkat sebesar 46 persen dibanding tahun 2014 (menjadi 1.613 desa/kelurahan).
Selain itu Desa/kelurahan dengan keberadaan pasar dengan bangunan, baik bangunan permanen maupun bangunan semi permanen, meningkat sebesar enam persen dibandingkan tahun 2014, yaitu menjadi 482 desa/kelurahan.
Desa/kelurahan dengan keberadaan mini market meningkat sebesar 23 persen dibandingkan tahun 2014, yaitu menjadi 111 desa/kelurahan.
Desa/kelurahan dengan keberadaan toko/warung kelontong meningkat sebesar 13 persen dibandingkan tahun 2014, yaitu menjadi 2.931 desa/kelurahan.
Sementara itu, pada tahun 2018 telah ada 1.031 desa/kelurahan yang memiliki produk unggulan. Produk unggulan ini ada dua macam, yaitu produk makanan dan produk nonmakanan.
Ada sebanyak 488 desa/kelurahan yang hanya memiliki produk unggulan makanan, sementara ada 236 desa/kelurahan yang hanya memiliki produk unggulan non-makanan.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan desa/kelurahan memiliki 2 macam produk unggulan tersebut, seperti yang terjadi pada 307 desa/kelurahan.
Lebih jauh lagi, ternyata ada 55 desa/kelurahan memiliki produk unggulan yang telah diekspor keluar negeri.
IPD Naik
Selain potensi ekonomi, BPS juga melakukan survei terkait Indeks Pembangunan Desa.
Indeks Pembangunan Desa diukur dari 5 dimensi yaitu 1) Pelayanan Dasar, 2) Kondisi Infrastruktur, 3)
Aksesibilitas/Transportasi, 4) Pelayanan Umum, dan 5) Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Hasilnya, secara umum semua dimensi IPD mengalami kenaikan, dimensi yang paling tinggi kenaikannya adalah Dimensi Penyelenggaraan Pemerintah Desa dengan kenaikan sebesar 12,61 poin, kemudian menyusul Dimensi Pelayanan Umum yang meningkat sebesar 4,51 poin.
Sedangkan dimensi yang paling rendah kenaikannya adalah Dimensi Transportasi (2,44 poin).
Bila dibandingkan dengan IPD 2014, desa tertinggal menurun sebesar 16,15 persen, desa berkembang meningkat sebesar 15,92 persen, dan desa mandiri meningkat sebesar 0,23 persen.
Tahun 2018, jumlah desa tertinggal 1.094 (35,89 persen), desa berkembang 1.945 (63,81persen), dan desa mandiri 9 (0,30 persen). (VoN)