Ruteng, Vox NTT- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) akan membangun jembatan Wae Lawar pada tahun 2019 ini.
Sebelumnya, masyarakat meminta agar Pemkab Manggarai membangun jembatan yang membelah kali Wae Lawar itu. Lokasi kali ini berada di Desa Golo Langkok, Kecamatan Rahong Utara.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pembangunan jembatan bidang bina marga Dinas PUPR Kabupaten Manggarai Yohanes Don Bosco mengatakan, pihaknya telah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan jembatan Wae Lawar menggunakan Dana Alokasi Umum (DAU).
Pembangunan jembatan ini, kata Yohanes, berdasarkan permintaan masyarakat di sekitar lokasi jembatan, khususnya warga Topak Desa Golo Langkok.
“Jembatan ini akan dibangun melalui dana Alokasi Umum (DAU) dengan pagu anggaran sebesar Rp 793.960.000,” ungkapnya kepada VoxNtt.com melalui pesan WhatsApp, Senin (08/07/2019).
Ia menjelaskan, bentangan jembatan Wae Lawar direncanakan 10 meter dan lebar kurang lebih 5 meter.
Dengan anggaran yang ada, Yohanes berharap agar jembatan Wae Lawar bisa dibangun sampai tuntas. Sehingga secara fungsional jalur jalan ini dapat berfungsi dengan baik.
Sementara Sesuai jadwal pelelangan yang ada, lanjut dia, saat ini sudah memasuki tahapan masa sanggah. Dalam waktu dekat sudah bisa masuk dalam tahapan penandatangan kontrak atau surat perjanjian.
“Kami berharap agar masyarakat untuk bersabar dan menghormati proses pelelangan yang sedang berjalan di ULP,” tutupnya.
Sebelumnya, warga mengeluhkan tak ada jembatan di kali Wae Lawar, penghubung Kampung Langke dan Topak, Desa Golo Langkok, Kecamatan Rahong Utara.
Derita warga tanpa infrastruktur penghubung antara dua kampung tersebut tampaknya luput dari perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai.
Pantauan VoxNtt.com, Minggu (16/06/2019), selain batu yang tidak terurai, luas jalan yang tersisa juga hanya sekitar 1 meter untuk bisa melintas. Ditambah lagi kondisi tanahnya sangat licin.
Salah satu warga Dusun Topak, Eduardus Abon mengaku kondisi itu sudah lama dialami oleh masyarakat.
Bahkan, kata dia, ketika musim hujan warga terpaksa harus menitipkan kendaraannya di seberang kali. Mereka harus berjalan kaki sekitar 1 KM menuju Kampung Topak.
“Sudah lama, sejak tahun 2016. Kalau musim hujan kami tidak bisa lewat karena arus sungai sangat deras,” ungkapnya saat ditemui VoxNtt.com di lokasi.
Penulis: Pepy Kurniawan
Editor: Ardy Abba