Labuan Bajo, Vox NTT- Arsenius Go’o, penyandang disabilitas berusia 11 tahun menghabiskan kesehariannya hanya berbaring di atas tempat tidur.
Bocah yang sering disapa Arsen ini, tinggal di Kampung Benteng, Desa Semang, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar).
Arsen tinggal hanya bersama ayahnya bernama Bertolomeus Mere. Ibunda Arsen meninggal sejak dirinya berusia sekitar 3 tahun.
Menurut ayahnya, Arsen mengalami gangguan saraf, yang membuat dirinya tidak bisa berjalan, tidak bisa berbicara, dan tangannya sangat susah untuk bergerak. Selain itu, gangguan saraf tersebut membuat pertumbuhan Arsen terhambat.
Ayahnya yakin, Arsen punya mimpi yang besar. Tentu mimpi itu ialah bisa bermain layaknya anak berusia 11 tahun.
Cinta Bertolomeus kepada Arsen, membuat dirinya memiliki ide untuk merancang khusus tempat duduknya. Kursi terbuat dari kayu, layaknya roda yang sering dipakai anak-anak berusia 1 tahun.
Dengan tempat duduk itu, sesekali Arsen bisa bergeser dari tempat tidurnya untuk merasakan juga kenikmatan duduk di atas sebuah kursi.
Ayahnya sangat menyayangi Arsen. Namun karena keadaan, tiap pagi hingga sore hari Arsen harus ditinggalkan oleh ayahnya yang bekerja sebagai penjaga tempat penggilingan padi.
“Saya harus kerja tiap pagi sampai sore hari di penggilingan. Arsen saya tinggalkan di rumah di atas tempat tidur,” kata Bertolomeus.
Bertolomeus menyadari dirinya tidak boleh melakukan hal itu. Tetapi kata dia, keadaanlah yang memaksa dirinya untuk tetap bekerja.
“Tidak mungkin saya bawa Arsen ikut saya di penggilingan. Kasihan juga dia,” tegasnya.
Bertolomeus mengaku sebelum dia bekerja Arsen selalu diberi makan.
“Untuk siangnya, kalau waktu kosong saya lari sebentar ke rumah melihat Arsen,” imbuh Bertolomeus.
Hingga 11 tahun Bertolomeus merawat Arsen, bantuan dari pemerintah, baik Desa maupun Kabupaten tidak pernah ada.
“Sama sekali tidak ada bantuan dari pemerintah pak,” katanya.
Setiap tahun kata Bertolomeus, dia dan Arsen sering didata untuk dijanjikan bantuan. Namun hingga kini bantuan sedikitpun dari pemerintah tidak pernah diberikan.
“Saya lupa dari mana. Tapi kami sering didata tiap tahunnya. Dijanjikan untuk dapat bantuan, sampai sekarang tidak pernah,” ungkapnya.
Bertolomeus berharap suatu saat nanti, Arsen dapat diperhatikan oleh pemerintah. Hal itu kata dia, agar paling tidak Arsen dapat selalu tersenyum tiap harinya.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba