Ruteng, Vox NTT – Sejak lama warga di Kampung Nanga, Roho dan Munde di Desa Bere, Kecamatan Cibal Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT merindukan air minum bersih.
Untuk memenuhi kebutuhan air, warga terpaksa harus menimba air di kali Wae Racang. Kebutuhan air itu, baik untuk mandi, cuci, masak maupun minum.
Sebenarnya air di kali Wae Racang itu sangat tidak layak untuk dikonsumsi. Sebab selain kotor, kali Wae Racang merupakan aliran dari beberapa kali, dari Kota Ruteng dan Kecamatan Wae Ri’i dan Rahong Utara.
Namun, tak ada pilihan lain. Masyarakat dari beberapa anak kampung di Desa Bere terpaksa manggunakan air kali itu untuk memenuhi kebutuhan air setiap hari.
Kali Wae Racang yang jaraknya kurang lebih 300 meter dari Kampung Nanga menjadi satu-satunya sumber air.
Pantauan VoxNtt.com, Selasa (17/07/2019), air kali Wae Racang memang terlihat cukup bersih.
Namun, setelah menyisir sepanjang kali terlihat 6 titik tempat untuk mandi, cuci dan menimba air untuk masak dan minum.
Sehingga, air sabun ketika orang mandi dan cuci yang berada pada titik pertama masih ditimba oleh orang yang berada pada titik kedua dan selanjutnya untuk masak dan minum.
Bahkan ketika musim hujan, warga hanya mengandalkan air hujan untuk segala kebutuhan mereka. Sebab kondisi air di kali Wae Racang tidak lagi seperti musim kemarau.
Warnanya hitam kecoklatan. Bahkan tak jarang sampah dari beberapa sumber aliran kali menjadi pemandangan biasa di kali Wae Racang.
Salah satu warga, Karolus Hambur mengaku miris dan prihatin terhadap kondisi yang mereka alami selama puluhan tahun lamanya.
Ia mengaku, sejak lahir untuk memenuhi kebutuhan air, kali Wae Racang menjadi pilihan satu-satunya.
“Sejak saya lahir sudah menggunakan air ini untuk minum, karena tidak ada pilihan lain. Kalau musim kemarau begini yah mungkin kelihatannya agak bersih, tapi kalau musim hujan warnanya agak hitam kecoklatan, sehingga kami pakai air hujan saja untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari,” ungkapnya saat ditemui VoxNtt.com di kali Wae Racang, Selasa (17/07/2019).
Untuk warga Kampung Nanga, kata Karolus, mungkin agak mudah untuk sampai di kali Wae Racang. Sebab, jaraknya hanya sekitar 300 meter.
Berbeda dengan warga Kampung Munde. Warga terpaksa harus menggunakan sepeda motor untuk sampai di kali Wae Racang. Sebab, jaraknya yang cukup jauh sekitar 1 Km.
Apalagi mereka harus membawa jeriken untuk menimba air kali itu dengan jumlah banyak, untuk bisa memenuhi kebutuhan setiap hari.
Salah satu warga Kampung Nanga yang tidak ingin namanya dimediakan mengaku sedih dengan kondisi yang dialami selama bertahun-tahun lamanya.
Kata dia, sejak lama mereka merindukan air bersih, layaknya yang dinikmati oleh masyarakat Manggarai pada umumnya.
Namun, harapan itu seperti mimpi yang tidak akan menjadi kenyataan. Berbagai upaya yang mereka lakukan, tapi tetap saja tidak berhasil.
Menurut dia, program air minum dari pemerintah yang masuk di Desa Bere sepertinya hanya dirasakan oleh kampung-kampung tertentu.
“Di dusun Akel yang kampungnya kepala desa itukan airnya sudah lancar, bahkan program Pamsimas terbaru ada untuk Desa Bere. Tapi ternyata sasarannya hanya untuk Dusun Akel lagi, bahkan sekarang di sana banyak yang sudah pakai meteran air di rumah masing-masing dan itu bantuan pemerintah. Kami ini sepertinya tidak diperhatikan,” ungkapnya degan nada kesal.
Pemerintah Desa Bere, kata dia, tidak pernah memberikan perhatian serius atas masalah air minum bersih. Padahal sudah menjadi persoalan utama di beberapa anak kampung di desa itu.
Masyarakat sering menyampaikan keluhan dan mengusulkan kepada pemerintah desa untuk mengatasi persoalan tersebut. Namun hingga kini belum juga ditanggapi.
Ia berharap agar Pemerintah Desa Bere dan Pemerintah Kabupaten Manggarai untuk bisa mengatasi masalah air minum bersih tersebut.
Hingga kini, Kepala Desa Bere Ignasius Beon belum memberikan tanggapan terkait persoalan ini. VoxNtt.com sudah berusaha menghubunginya melalui telepon, namun tidak kunjung direspon.
Penulis: Pepy Kurniawan
Editor: Ardy Abba
Baca Juga: Diduga Ada Korupsi, Warga Laporkan Proyek Pamsimas di Desa Bere ke Polisi