Atambua Vox NTT-Di tengah tantangan bangsa yang diterpa banyak persoalan yang mengganggu kehidupan berbangsa, pemahaman akan nilai-nilai nasionalisme dan wawasan kebangsaan menjadi kunci dan fondasi yang masih relevan dengan narasi kekinian Indonesia.
Karena itu, kaum muda sebagai generasi penerus bangsa, perlu memiliki pemahaman yang baik tentang nilai Nasionalisme.
Mengingat akan kondisi Indonesia hari ini terutama Belu sebagai daerah perbatasan, pemuda perlu dilibatkan dalam kegiatan pembangunan, minimal dimulai dengan langkah kecil melalui upaya penanaman nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme.
Demikian disampaikan Mariano Parada, Ketua Lembaga Peduli Masyarakat Timor Indonesia cabang Belu dalam kegiatan seminar sehari di Aula hotel Nusantara 2 Atambua, Selasa (30/07/2019).
Hadir sebagai pemateri, Beni Ngalu, Kabid Wawasan Kebangsaan pada Kesbangpol Kabupaten Belu.
Kepada kaum muda yang hadir, Beni menyampaikan, dari perspektif kebijakan, peran pemerintah dalam memperkokoh wawasan kebangsaan adalah melalui kebijakan publik, dimana tindakan pemerintah dituangkan dalam rencana pembangunan yang berpihak pada masyarakat perbatasan, baik perencanaan maupun penganggaran.
Selain itu,secara periodik, Kesbangpol juga melakukan pembinaan wawasan kebangsaan untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan, terutama kepada kaum muda agar tertanam nilai-nilai nasionalisme dan semakin mencintai NKRI.
“Kita sering terjebak dalam politik identitas dan primordialitas, yang menyebabkan kita gampang dikotak-kotakan. Persoalan seperti ini mesti diakhiri, sehingga tidak menjadi pintu masuk terjadinya perpecahan,”
Terkait kecintaan terhadap bangsa, Beni menjelaskan, saat ini banyak produk luar negeri yang beredar di Belu. Masyarakat mengonsumsinya dengan bangga.Padahal, ini adalah contoh perbuatan yang dapat mengikis kecintaan terhadap bangsa dan juga memudarkan nasionalisme.
“Walaupun ini adalah hal yang sederhana tetapi dapat mempengaruhi,” tandasnya.
Terpisah, Mayor Kav Yatman dari Kodim 1605 Belu, mengatakan, Bangsa Indonedia adalah bangsa yang besar. Karena itu, wawasan yang berkualitas tentang nasionalisme menjadi pilar yang harus dijaga dan ditingkatkan.
Empat pilar kebangsaan yaitu, Pancasila, UUD 1946, Bhineka Tinggal Ika dan NKRI perlu dijaga sehingga negara tetap kokoh.
Dijelaskannya, konsep pembangunan desentralisasi yang menimbulkan munculnya kecintaan kedaerahan lebih besar dan nasionalisme jadi luntur.
Karena itu, dia menerangkan, perlu dikemas dan ditata secara baik terutama penanaman nilai-nilai nasionalisme. Karena, apapun alasannya, prinsip nasionalisme tetap menjadi yang utama.
Selain itu, Yatman juga mengajak kaum muda di Perbatasan untuk menghargai dan menghormati simbol- simbol negara, karena simbol negara adalah kita.
“Kondisi bangsa saat ini, banyak generasi muda yang belum memiliki wawasan kebangsaan yang baik. Hal ini perlu menjadi perhatian bersama,” ujar Yatman saat membawakan materi tentang ‘peran TNI dalam menanamkan Nasionalisme dan Wawasan kebangsaan.
Sementara Ketua Persatuan Jurnalis Perbatasan Belu RI-RDTL, Fredrikus Bau, dalam materinya, mengajak kaum muda di Perbatasan untuk peka dan ikut bertanggung jawab atas persoalan kekinian di Belu, yang juga ikut memengaruhi terjadinya kelunturan nilai-nilai nasionalisme.
Lebih lanjut, Edy, begitu Frederikus disapa, menyoroti situasi kekinian terkait persoalan wawasan kebangsaan dan Nasionalisme kaum muda saat ini.
Edy menyentil kasus sejumlah warga Desa Leuntolu yang terpaksa mengungsi ke hutan. Menurutnya, ini patut diperhatikan, karena sekelompok masyarakat itu adalah eks warga Timor-Timur yang meninggalkan tanah kelahirannya karena kecintaannya begitu besar untuk Indonesia.
Dari sisi negatif, Edy mencontohkan kejadian penyelundupan BBM, sembako dan penyelundupan barang mewah seperti Harley Davidson.
Edy, bahkan secara terang-terangan mengatakan, aksi penyelundupan dibackingi aparat. Kondisi ini tentu berpengaruh terhadap upaya dalam penanaman nilai-nilai Nasionalisme. Karena itu, Edy mengajak agar perilaku seperti penyelundupan tidak dbiarkan.
Selain penyelundupan, Edy juga menyoroti soal mafia BBM solar yang dilakukan para pengusaha besar di Belu karena ditengarai, pencurian BBM subsidi jumlahnya jauh lebih besar dibanding dengan aksi penyelundupan BBM yang dilakukan oleh tukang ojek pembawa jeriken.
Sebagai pemateri terakhir, Rm.Yoris Giri, Pemimpin Agama Katolik dari Atapupu menegaskan, sebagai pemimpin agama, dirinya bersama pimpinan agama yang lain serta tokoh agama, terus berusaha mengajarkan umatnya untuk taat pada agama dan tetap memegang teguh nilai-nilai kebangsaan.
“Dalam konteks NKRI, para pemimpin agama wajib mengajarkan umatnya untuk hidup damai dan toleran sesuai ajaran agama masing-masing,” ujar Rm.Yoris.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Boni J