Borong, Vox NTT-Sejak tahun 2009 sebanyak 2.401 kasus akibat gigitan hewan penular rabies di Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Provinsi NTT. Dari angka itu, 13 orang di antaranya meninggal dunia.
Data itu diungkapkan staf Pengelola Pengendalian Penyakit Menular Rabies Dinas Kesehatan (Dinkes) Matim, Peligia Yurince Indel yang ditemui sejumlah awak media di gudang tempat penyimpan VAR Kompleks Puskesmas Borong, Kamis (01/08/2019).
Peligia menjelaskan, kasus meninggal terakhir terjadi pada tahun 2018 sebanyak satu orang dan untuk tahun 2019, priode Januari hingga Juni ada 400 kasus yang terjadi.
Dia mengungkapkan, Kabupaten Manggarai Timur dan Pulau Flores umumnya merupakan daerah endemik rabies. Sebab itu, untuk pengendalian zoonosis lebih difokuskan pada upaya menanggulangi penyakit rabies.
“Pemerintah tentu berkewajiban untuk menjaga dan melindungi agar masyarakat tidak ancaman penyakit zoonosis,” katanya.
Rabies terang dia, adalah penyakit hewan menular yang akut bersifat zoonosis (dapat menular dari hewan ke manusia) dan sulit diberantas. Sekali muncul gejala klinis penyakit rabies pada penderita, baik pada hewan maupun manusia selalu diakhiri dengan kematian.
Bahaya rabies ini akan mengakibatkan timbulnya rasa cemas, rasa takut, serta keresahan masyarakat pada umumnya.
Apalagi kata dia, pertumbuhan populasi hewan penular rabies di Kabupaten Manggarai Timur kurang terkendali. Ditambah dengan pola pemeliharaan yang kurang tertib merupakan potensi yang besar bagi penyebaran penyakit rabies.
Peligia juga mengatakan ada tiga masalah dalam upaya penanggulangan rabies di Kabupaten Manggarai Timur.
Keduanya antara lain, pertama, kesadaran masyarakat dalam mendukung upaya penanggulangan rabies masih rendah. Kedua, pola pemeliharaan HPR yang kurang tertib. Ketiga, kasus gigitan HPR tersangka rabies cukup tinggi, sementara persediaan VAR terbatas.
Pencegahan Dini
Pelegia menjelaskan puskemas yang menangani VAR dinamakan Puskesmas Rabies Center. Di Manggarai Timur ada 25 puskesmas yang dtetapkan. Saat ini stok VAR sebanyak 256 vial.
“Karena VAR stoknya terbatas, untuk semua sementara dipusatkan di Puskemas Borong dan salah satunya anak-anak dari Kecamatan Lamba Leda yang digigit anjing kemarin di Kampung Lamba, Desa Tengku Leda,” imbuhnya.
“Mereka datang berobat dan mendapat suntik VAR di Gudang Penyimpan VAR di Kompleks Puskesmas Borong Kamis (1/8),” tambahnya.
Peligia mengatakan, pihaknya siap melayani warga yang diduga digigit anjing rabies. Pertolongan pertama saat digigit anjing rabies yakni membersihkan luka bekas gigit menggunakan air.
“Nanti bersihkan dengan menggunakan sabun dan juga deterjen lalu diantar ke puskesmas agar mendapat pertolongan. Harapan semua masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan memelihara anjing dengan tertib,” tandas Peligia.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba