Ruteng, Vox NTT – Para pedagang di Pasar Bea Leba mengeluhkan kebijakan Camat Cibal yang dinilai tidak menepati janjinya.
Pada tanggal 06 Mei 2019 lalu, Pemerintah Kecamatan Cibal yang berkoordinasi dengan Polisi Pamong Praja Kabupaten Manggarai, Polsek Pagal dan Babinsa melakukan penertiban di pasar itu.
Camat Cibal, Lorens Jeramat mengatakan bahwa penertiban itu dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan di sepanjang jalan Ruteng – Reo.
Menurut Lorens, keberadaan pasar di Pagal sangat menganggu kebersihan karena banyaknya sampah dan sering menimbulkan bau menyengat hasil limbah ikan.
Ia menerangkan, penertiban itu dilakukan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Nomor 2 Tahun 2016 tentang Ketertiban Umum bahwa setiap orang berjualan dan atau berusaha di jalan, trotoar, jalur hijau dan tempat umum kecuali izin Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
Sempat Diwarnai Penolakan
Kepada VoxNtt.com saat lakukan penertiban, salah satu pedagang Fransiskus Juri mengungkapkan rasa kesal dan kecewa terhadap penertiban itu. Menurutnya kebijakan tersebut sangat berpengaruh terhadap penghasilannya.
Kata dia, penghasilannya sangat berkurang apabila dipindahkan ke pasar Bea Leba sesuai dengan instruksi pemerintah.
Hal itu, lanjut dia, merujuk pengalaman beberapa tahun sebelumnya di mana banyak pegadang yang mengeluh mengalami kerugian. Tempat yang disediakan juga cukup jauh dari pusat keramaian.
Berdasarkan pengalamannya, sebagian besar para pembeli selama ini bukan warga setempat, melainkan orang yang melintasi jalan Ruteng – Reo. Dia berkeyakinan para pembeli akan berkurang apabila dipindahkan ke tempat lain.
“Penghasilan kami nanti pasti berkurang, seperti beberapa tahun lalu saat kami menjual di sana, karena di sana sangat sepi,” ungkap Fransiskus dengan nada kesal.
Namun, penolakan warga tersebut bukan menjadi penghalang bagi Pemerintah Kecamatan Cibal untuk melakukan pembongkaran lapak para pedagang.
Pedagang Tagih Janji
Setelah pindah di Lokasi Pasar Bea Leba, para pedagang mengeluhkan kurangnya penghasilan mereka setiap hari.
Pantauan VoxNtt.com, Jumat (09/08/2019), pasar Bea Leba terpantau sepih dan hampir tidak ada pengunjung.
Para pedagang pun hanya bisa pasrah karena tidak tahu harus mendaptakan uang darimana untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Salah seorang pedagang, Yuven Daud mengaku pengahasilan sangat kurang setiap harinya setelah pindah ke pasar Bea Leba. Bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Penghasilan kami paling banyak Rp 20.000 per hari, saya pernah datangi Camat Cibal untuk menunjukan pengahasilan saya yang hanya Rp 9.000. Tapi dia hanya meminta saya untuk bersabar. Tapi sabar sampai kapan?” ungkapnya saat ditemui VoxNtt.com di Pasar Bea Leba, Jumat siang.
Ia menilai Camat Cibal tidak menepati janji. Itu karena saat melakukan penertiban dijanjikan akan melakukan penertiban di sepajang jalur Ruteng -Reo untuk alasan kebersihan.
Selain itu, supaya para pembeli diarahkan semua ke pasar Bea Leba yang telah disiapkan oleh pemerintah.
Namun, seiring perjalanan waktu, jalur Ruteng – Reo di Pagal kini kembali menjadi tempat jualan bagi sebagian pedagang.
Hal itu dinilai menjadi penyebab kurangnya pembeli yang datang ke pasar Bea Leba. Apalagi Pasar Bea Lebah cukup jauh dari pusat keramaian dan kurang strategis.
Karena berdasarkan pengalamannya, sebagian besar para pembeli selama ini bukan warga setempat, melainkan orang yang melintasi jalan Ruteng – Reo.
“Tidak mungkin para pembeli datang ke sini (pasar Bea Leba). Karena disana sudah banyak lagi yang menjual di pinggir jalan. Sehingga kami meminta kepada Camat Cibal untuk lebih tegas dalam menerapkan kebijakan. Kalau memang sudah bisa jual di sana biar kami pindah lagi, tapai kalau tidak yah harus adakan penertiban. Karena kami merasakan ketidakadilan,” ungkapnya dengan nada kesal.
Hasil penelusuran VoxNtt.com, terpantau masih banyak para pedagang yang berjualan di sekitar jalur Ruteng – Reo dan pada rumah-rumah warga di kelurahan Pagal.
Hingga kini, Camat Cibal belum berhasil dikonfrimasi oleh media ini, baik melalui saluran telepon maupun dengan mendatangi rumahnya.
Penulis: Pepy Kurniawan
Editor: Ardy Abba