Ende, Vox NTT-Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, NTT dr. Muna Fatma menyebutkan bahwa pelayanan medis terhadap Mathilda Rina, ibu hamil asal Desa Kobaleba, Kecamatan Maukaro sesuai prosedur medis.
Baca: Kisah Miris Seorang Bayi di Ende Meninggal Pada HUT RI Karena Pelayanan Medis Buruk
Hal itu, kata Fatma, berdasarkan kronologis yang diterima dari petugas Puskesmas Maukaro pasca meninggalnya bayi Mathilda dan Maksimus Mane suaminya.
“Kalau saya melihat kronologi sebetulnya kami di Puskesmas sudah menjalankan prosedur yang seharusnya. Meski kantor sementara di Kantor Camat Maukaro, tapi pelayanan tetap dijalankan seperti biasa,” ucap Kadis Fatma ketika dikonfirmasi VoxNtt.com di ruang kerjanya, Selasa (20/08/2019) siang.
Kronologis
Menurut kronologis Puskesmas Maukaro yang diterima Kadis Fatma menerangkan, proses pelayanan medis di puskesmas terhadap Mathilda dilakukan sejak tanggal 13 Agustus 2019 sekitar pukul 10.00 Wita. Saat itu, petugas langsung menangani dan hasil catatan medis pembukaan jelang persalinan baru satu sentimeter.
Hal itu terjadi hingga tanggal 14 Agustus 2019, yang menurut medis belum menunjukkan adanya tanda-tanda untuk bersalin. Mathilda bersama keluarga lantas menginap di Kantor Camat karena Puskesmas masih dilakukan renovasi.
“Saat itu, belum ada tanda-tanda bersalin. Pembukaan rahim juga masih satu senti dan belum ada perubahan,” ucap Fatma.
Ia menjelaskan, secara medis kondisi kehamilan Mathilda saat itu normal. Namun, Mathilda bersama keluarga bersepakat untuk melakukan kontrasepsi permanen (sterilisasi) untuk mencegah terjadi kehamilan berikutnya.
Karena atas permintaan itu, maka pihak puskesmas membuat rujukan ke RSUD Ende.
“Sebetulnya kondisi kehamilan tidak ada masalah. Sehingga tidak ada semacam prosedur melakukan rujukan karena kehamilan dianggap normal. Karena keluarga minta melakukan steril maka diputuskan untuk melakukan rujukan,” terang Fatma.
Kemudian pada tanggal 15 Agustus 2019, Mathilda dirujuk ke RSUD Ende. Mathilda didampingi dua petugas kesehatan Puskesmas Maukaro menuju Ende melalui jalur di wilayah Kabupaten Nagekeo.
Dalam perjalanan di Kecamatan Nangapanda, kata Fatma, tiba-tiba pembukaan semakin cepat. Dua petugas medis kemudian memutuskan untuk melakukan persalinan di Kecamatan Nangapanda.
“Di Puskesmas Nangapanda si ibu ini bersalin normal. Namun, ternyata berat badan bayi rendah dua ribu gram. Karena berat badan kurang normal maka teman-teman (medis) bersepakat rujuk ke RSUD Ende,” terang Kadis Fatma.
Bayi Tanpa Inkubator
Kadis Fatma tak menjelaskan secara rinci kepada wartawan setelah Mathilda dan bayinya dirujuk ke RSUD Ende.
Ia menyatakan bahwa hal itu merupakan kewenangan pihak rumah sakit.
“Selanjutnya, apa yang terjadi di rumah sakit umum Ende, ia kan, pihak rumah sakit yang harus menjelaskan. Karena bukan menjadi kewenangan kami,” jelas Fatma.
“Ia, informasi bahwa malam itu kemudian mereka menginap di keluarga di Ende,” sambung dia
Ia mengungkapkan, pihak Puskesmas Maukaro mendapatkan informasi pada 17 Agustus 2018 bahwa Mathilda dan bayi serta keluarga kembali ke Maukaro. Ibu dan bayi yang berat badan rendah itu tidak mendapatkan perawatan intensif.
Bahkan, selama perjalanan dari Ende ke Maukaro, kata dia, bayi tidak dibantu dengan alat inkubator untuk memberi kenyamanan terhadap bayi.
Padahal, secara prosedur bayi yang dengan kondisi berat badan rendah harus dimasukkan ke peralatan khusus.
“Ini yang menjadi, semacam memperberat kondisi si bayi,” katanya.
Kadis Fatma menerangkan, bayi meninggal dunia karena tidak ditangani secara khusus karena selain berat badan rendah, bayi juga mengalami demam tinggi.
“Ia, itu harus ditangani secara khusus. Apalagi kondisi dalam perjalanan ke Maukaro seperti kondisi sekarang ini,” kata Fatma.
“Ya, masalah ini sudah diketahui pimpinan (Plt Bupati Ende) kita. Kita sudah berbicara termasuk dengan bahas Kartu Indonesia Sehat (KIS),” katanya.
Belum Respon
Untuk diketahui, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ende, dr. Aries Dwi Lestari hingga berita ini diturunkan belum menanggapi.
Media ini sudah berturut-turut melakukan konfirmasi yakni pada Selasa (20/08/2019) dan pada Rabu (21/08/2019) namun belum berhasil ditemui.
Beberapa petugas menginformasikan bahwa dr. Aries sedang sibuk melayani pasien.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba