Ruteng, Vox NTT- Puluhan tahun lamanya, warga Desa Golo Nimbung, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami krisis air.
Beberapa anak kampung di salah satu desa bagian timur Kecamatan Lamba Leda itu hidup dalam bayang-bayangan penderitaan akibat kesulitan air selama bertahun-tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan air, warga terpaksa harus berjalan kaki sejauh 1,5 KM. Sedangkan untuk anak kampung yang lain jarak ke sumber air sekitar 800 meter dengan medan yang cukup terjal.
Berdasarkan pengakuan Mantan Kepala Desa Golo Nimbung Fransiskus Salesman, warga terpaksa harus memikul jeriken ke sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan setiap hari.
Warga yang lain biasanya membawa jeriken-jeriken air dengan kuda. Itu bagi warga yang memiliki kuda. Sedangkan warga yang lain terpaksa harus memikul dengan menggunakan tenaga manusia.
Mirisnya, saat pergi mandi warga terpaksa harus menelan pil pahit. Sebab, setiba di rumah pasti banyak keringat di badan karena menempuh perjalanan yang cukup jauh. Apalagi melewati medan yang cukup terjal.
”Contoh warga Kampung Rembong Watu harus rela jalan kaki untuk mendapat air sejauh 1,5 KM ke sumber air Wejang Rana. Untuk warga Kampung Longka Kaweng harus mengambil air di dekat Kampung Poka Desa Lencur,” jelas Fransiskus saat bertemu dengan VoxNtt.com di Kampung Lompong, Desa Golo Lembur, Kecamatan Lamba Leda, Kamis (19/09/2019).
Kondisi topografi di Desa Golo Nimbung memang sangat jauh dari sumber air. Hampir sebagian besar anak kampung berada di dataran tinggi.
Di bagian barat desa itu, berbatasan dengan lembah kali Wae Laing. Begitu juga di bagian timur berbatasan dengan lembah kali Wae Togong.
Bangun Saluran Air
Penderitaan panjang selama bertahun-tahun akibat kesulitan untuk mendapatkan air tampaknya sudah berakhir.
Kini warga di Desa Golo Nimbung tampak sudah bernafas lega. Kesulitan air bersih sudah menjadi sejarah masa lalu yang kelam.
Betapa tidak, jika puluhan tahun kesulitan mendapatkan air, maka kini warga tinggal putar kran di dekat rumah mereka.
Salah satu sosok penting dalam gebrakan perubahan ini ialah Fransiskus Salesman yang baru saja selesai masa jabatan sebagai Kepala Desa Golo Nimbung.
Di bawah kepemimpinan Fransiskus, Pemerintah Desa Golo Nimbung mendatangkan air ke pemukinan warga dengan nomenklatur Pompanisasi Air Minum Bersih Wejang Rana.
Pemdes memanfaatkan sumber air Wejang Rana di dekat Kampung Pantar untuk kemudian disalurkan ke empat anak kampung sekitarnya.
Keempatnya masing-masing Kampung Pantar, Rembong Watu, Longka Kaweng, dan Golo Runtung.
“Total pemanfaat air dari hasil Pompanisasi Air Minum Bersih Wejang Rana sebanyak kurang lebih 100 KK (kepala keluarga) dari empat anak kampung itu. Bahkan, sekitar 20 lebih KK dari Desa Lencur bisa memanfaatkan air ini,” jelas Fransiskus.
Ia mengaku, pembangunan ini dengan menggunakan Dana Desa tahun 2018 sebesar Rp 600 juta.
“Ukuran air di dalam bak sekitar 18 meter kubik. Kami juga beli pompa air ada dua dan mesin listrik untuk kebutuhan pompanisasinya,” terang Fransiskus.
“Kami sudah serah terima kepada masyarakat lewat pak penjabat Kades pada Kamis, 16 September kemarin,” tambah dia.
Dikatakan, kendala utama dalam proses pembangunan tersebut ialah karena cuaca memburuk. Akibatnya, pengangkutan material ke lokasi proyek terhambat.
Kendala lain, sebut dia, saat uji coba pipa penyalur air pecah. Sebagai solusi pihaknya kembali membangun bak estafet agar tegangan air yang menggunakan tenaga mesin itu bisa berjalan normal hingga ke kampung warga.
“Jatah lanjutan pemasangan pipa ke Kampung Golo Runtung dianggarkan pada tahun 2019 ini. Jarak dari sumber mata air sejauh 3.500 meter, masih 1.470 meter hingga ke Kampung Golo Runtung,” beber dia.
Tak hanya untuk empat anak kampung tersebut gebrakan Fransiskus di masanya menjadi Kepala Desa Golo Nimbung.
Pada tahun 2017 lalu, pihaknya membangun air dengan sistem Pompanisasi Air Minum Bersih Ceka Ringgit. Anggarannya mencapai Rp 484 juta dari Dana Desa Golo Nimbung tahun 2017.
Air ini disalurkan ke dua anak kampung yakni Golo Welu dan Rongkam. Hingga kini air dari sumber air Ceka Ringgit sudah dimanfaatkan 100 KK dari dua kampung tersebut.
“Selanjutnya air minum ini akan dikelola Panitia Pengelola Air Minum. Termasuk kebijakan iuran untuk kebutuhan operasional, itu urusan pengelola air bersama masyarakat,” terang Fransiskus.
Warga Bersyukur
Fransiskus mengaku, setelah pembangunan ini berhasil ada banyak warga di Golo Nimbung bersyukur dengan adanya Dana Desa.
Pilipus Nggotok, tokoh adat di Kampung Pantar adalah salah satu warga yang mengaku bersyukur dan senang dengan adanya air bersih tersebut. Sebab, puluhan tahun warga hidup di tengah penderitaan kesulitan mendapatkan air.
Dalam video yang diperoleh VoxNtt.com saat acara serah terima air pada Senin, 16 September 2019, Pilipus menyampaikan terima kasih kepada Pemdes Golo Nimbung karena telah menyelesaikan proyek besar tersebut.
Ia berharap dengan adanya air di kampung mereka, warga tidak berebut dan ribut saat menimbanya dari kran.
Penulis: Ardy Abba