Kupang, Vox NTT – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat mengajak masyarakat untuk melakukan diversifikasi atau penganekaragaman pangan di kebun atau lahannya.
Hal ini kata Viktor, untuk menghindari ketergantungan pada salah tanaman pangan.
“Kita harus melakukan diversifikasi atau penganekaragaman pangan. Kita berkewajiban mewujudkan penganekaragaman pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh kita,” pinta Gubernur Viktor dalam sambutannya yang dibacakan oleh Sekretaris Daerah Provinsi NTT, Benediktus Polo Maing saat acara penutupan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-39 Tingkat Provinsi NTT dan Pameran Pangan Lokal di Borong, Manggarai Timur, Jumat (27/09/2019).
Viktor menegaskan, NTT punya beragam potensi pangan lokal yang tersebar luas di seluruh wilayah NTT. Itu baik yang tersedia di kebun, sawah, ladang, laut dan hutan. Tinggal bagaimana memanfaatkan dan mengembangkannya.
“Namun dalam kenyataannya, kebutuhan pangan kita masih didatangkan dari luar NTT. Selama ini, kita mendatangkan beras, jagung, kedelai, buah-buahan, bawang dan sayuran dari luar NTT. Melihat potensi-potensi yang kita miliki di lapangan, saya optimis kalau kita semua bekerja keras, kita bisa memperoleh hasil optimal juga bisa mandiri dalam hal ketersediaan pangap lokal,” jelasnya.
Mantan DPR RI itu mengharapkan agar pengembangan menu berbasis pangan lokal harus terus ditingkatkan. Itu tidak berhenti di meja pameran.
“Kreasi ibu-ibu PKK berbasis pangan lokal harus disosialisasikan lebih lanjut kepada masyarakat agar dapat diterapkan di dalam masing-masing keluarga. Promosi pangan lokal harus diperkuat dengan pengembangan aneka kuliner berbasis pangan lokal yang bisa jadi ikon dari masing-masing kabupaten/kota,” ungkap Laiskodat.
Ia juga secara khusus mengingatkan kembali masyarakat NTT untuk mengembangkan kelor.
Tanaman tersebut jelas dia, menjadi pohon masa depan yang diandalkan untuk mengatasi masalah kekurangan gizi dan stunting.
“Tanaman kelor NTT termasuk yang terbaik di dunia sehingga bisa menjadi ‘emas hijau’ yang bernilai ekonomis tinggi. Saya ajak seluruh masyarakat daerah ini untuk menanam kelor secara massal sebagai tanaman produksi dan mengkonsumsinya untuk kebutuhan gizi,” katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia sekaligus Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan NTT, Yohanes Octavianus mengatakan, HPS bertujuan untuk mengingatkan pentingnya ketersediaan pangan sebagai hak hidup setiap manusia.
“Beberapa acara untuk menyukseskan HPS ini di antaranya sidak pangan segar asal tumbuhan di Pasar Inpres Borong dan kelompok tani. Dari hasil sidak ini, masih ditemukan tanaman-tanaman yang gunakan pestisida di atas batas normal. Juga ada kegiatan lomba pangan lokal oleh ibu PKK, jalan santai, lomba jajanan kreatif berbasis kelor, lomba stand pameran, juru informasi dan stand terbaik, kegiatan talkshow, seminar dan pertemuan evaluasi,” jelasnya.
Untuk diketahui, Sebelum penutupan acara, diadakan kegiatan lonto leok atau urung rembuk antara utusan para petani, kelompok tani, PKK dan unsur pemerintah daerah.
Dalam kesempatan itu, terungkap usulan dan permintaan dukungan dari pemerintah daerah terhadap pengembangan pupuk organik di NTT.
“Kami minta perhatian pemerintah untuk bisa batasi penggunaan pestisida yang berbahan kimia. Karena menurut pengalaman, beras atau pangan yang gunakan pupuk organik lebih mahal harganya dari pangan yang gunakan bahan kimia, ” jelas Marselus Rangkat, petani asal Manggarai Timur.
Dalam kesempatan tersebut Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT memberikan bantuan kepada Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani (KWT) berupa dana insentif, traktor 2 buah, 1 mesin pompa air, benih. Turut diberikan juga bantuan dari Dinas Peternakan NTT berupa anakan lamtoro teramba, polybac, vaksin dan collar, serta obat-obatan ternak.
Juga diserahkan hadiah kepada juara lomba festival pangan lokal Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA), lomba citra menu jajanan kreatif berbasis kelor, lomba stand, juru penerang (jupen) dan poster.
Pada bagian akhir dibacakan deklarasi HPS ke-39 berupa dukungan bagi pengembangan pariwisata dengan upaya pengembangan hortikultura, pengoptimalan pemanfaatan lahan dengan adanya kebijakan bupati/walikota, kampanyekan produk lokal di hajatan pemerintah dan keluarga, pekarangan instansi pemerintah harus ditanami pangan.
Selanjutnya HPS ke-40 ditetapkan akan dilaksanakan di Sumba Barat Daya.
Acara ini juga dimeriahkan oleh pentas tarian caci oleh siswa/siswi SMA di Borong, Manggarai Timur.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba