Ruteng, Vox NTT- Beberapa saat setelah sejumlah awak media mendatangi rumah duka, Rabu (02/10/2019) pagi, sontak terdengar tangisan seorang anggota keluarga. Tangisan itu tampak histeris.
“Nelson…Nelson…ole co tara nenggo’o hau lego ami ga (Nelson…Nelson…kenapa kau meninggalkan kami),” teriak salah seorang pria dewasa sambil mengusap air mata di pipinya.
Di luar rumah duka itu, tampak sepi. Hanya ada beberapa kursi kosong, dua orang remaja, dan beberapa anggota Polisi dari Polres Manggarai.
Sementara di dalam rumah tampak beberapa orang tua sedang duduk dengan raut wajah sangat sedih. Mereka duduk menghadap patung dan lilin yang masih menyala.
Keluarga tengah berkabung setelah kehilangan Nelson, salah satu orang terkasih mereka.
Almarhum Nelson adalah warga asal Kampung Rai, Desa Rai, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sesaat sebelum meninggal pada 29 September 2019 lalu, remaja berumur 16 tahun itu duduk di kelas 3 SMP.
Kepergian pemilik nama lengkap Frederik G. Nengkong itu masih menyisakan duka mendalam bagi keluarga.
Apalagi alasan di balik kematiannya hingga kini masih misteri dan penuh tanda tanya oleh anggota keluarga.
Pasalnya, pada 14 September 2019 lalu, Nelson dan kedua rekannya pernah dibekuk anggota Buser Polres Manggarai karena mencuri di salah satu kios di wilayah Cancar, Kecamatan Ruteng.
Faliarianus Teto (17) kepada sejumlah awak media saat ditemui di rumah duka mengungkapkan, pada 14 September 2019 lalu, ia dan Nelson, serta seorang temannya mencuri rokok di kios milik Yulti, seorang guru di SDI Wae Belang-Cancar.
“Ambil rokok (Surya) satu kaleng, satu kaleng, kami tiga,” terang Teto yang saat itu didamping Agustinus Rivaldo Minangkas, rekannya yang sama-sama mencuri di kios milik Yulti.
Tak hanya rokok, keduanya juga mengaku mengambil HP Tablet milik Yulti yang kemudian mereka jual senilai Rp 400.000.
Setelah mencuri, tak ada dalam benak Teto dan Minangkas bahwa aksi mereka bisa berbuntut hingga di Kepolisian.
Sesaat kemudian, Teto mengaku ditangkap anggota Buser Polres Manggarai saat ia dan temannya pergi mengisi BBM.
Di tengah jalan, ia mengaku kaget bertemu dengan anggota Buser bernama James. Saat bersamaan, tiba-tiba anggota Buser lain yang ia ketahui bernama Safri keluar dari mobil.
Safri kemudian langsung memukul Teto dan menariknya masuk ke dalam mobil yang dibawa sejumlah anggota Buser, tanpa ditanyai sebelumnya. Safri, kata Teto, memukulnya dengan tangan di bagian tengkuk dan pada bagian belakang kepala sebanyak dua kali.
“Yang tangkap kedua almarhum Nelson. Setelah mandi dia jalan dan dia ditangkap di jalan raya,” terangnya.
Menurut Teto, sesampai di jalan raya almarhum Nelson langsung ditarik masuk ke dalam mobil sambil dipukul pada bagian belakangnya.
“Setelah itu, saya kasih tahu dengan Aldo (Agustinus Rivaldo Minangkas-ikut mencuri), (polisi tanya) di mana rumahnya dia?, di Golo Pau,” jelas Teto.
Selanjutnya, keduanya bersama anggota Buser bernama Safri jalan menuju Golo Pau untuk menangkap Aldo. Saat ditangkap Aldo sedang mencuci piring.
Usai ketiganya ditangkap, anggota Buser kemudian membawa mereka ke rumah Yulti, pemilik kios.
“Sampai di kios, langsung diikat tangan kami pakai tali oleh Pa Safri dan Pa James, kemudian kembali dipukul di kepala dan punggung,” aku Teto.
Setelah tangan mereka diikat, selanjutnya dimasukan ke mobil dan dibawa ke Mapolres Manggarai.
“Kami dipukul, datang satu orang (Polisi) pukul. Ada banyak orang yang pukul kami, yang kami tahu hanya Pa Safri dan Pa James,” ujar siswa SMA di salah satu sekolah di Kota Ruteng itu.
Menurut dia, Yulti yang adalah sang pemilik kios tersebut ikut menampar mereka saat tiba di Mapolres Manggarai.
Polisi juga, kata dia, menempatkan satu kayu bulat di bagian lutut mereka. Kemudian, mereka disuruh duduk.
Kematian Nelson hingga kini masih dicuriga oleh pihak kelurarga. Mereka mengaku, Nelson masuk RSUD dr. Ben Mboi Ruteng sekitar satu minggu setelah dipukul dan disiksa Polisi.
Sekitar lima hari di rumah sakit, Nelson kemudian menghembuskan napas terakhirnya pada 29 September 2019.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Manggarai AKP Wira Satria Yudha membantah bahwa Nelson meninggal lantaran dipukul Polisi.
“Tidak benar bro, hasil pertemuan dengan ibu direktur rumah sakit umum dan dokter Vian yang menangani pasien Frederik G. Nengkong. Ybs (yang bersangkutan) mengalami sakit selulitis berat dan sepsis berat,” ujar Kasat Yudha saat dihubungi VoxNtt.com melalui pesan WhatsApp, Rabu sore.
Menurut Dokter Vian, kata dia, Nelson sudah mengalami sakit sejak lama, namun tidak pernah diobati.
”Sehingga telah merambat ke seluruh tubuh dan mengakibatkan kulit kemerahan dan mengeluarkan nana sampai trombositnya turun,” jelasnya.
Kasat Yudha menambahkan, pihaknya mengamankan Nelson pada 14 September 2019. Pihaknya kemudian mengembalikan Nelson kepada orangtuanya pada 15 September.
Selanjutnya, pada 16 September, ia kembali datang Mapolres Manggarai bersama orangtuanya. Dua rekannya juga datang ke Mapolres Manggarai setelah pulang dari sekolah.
“Dan korban untuk membuat surat pernyataan damai. Setelah itu semuanya kembali ke tempat masing-masing,” jelas dia.
Menurut Kasat Yudha, setelah berdamai orangtua mereka berterima kasih ke pihak Polres Manggarai karena sudah mengambil jalan kekeluargaan.
“Pihak sekolah telah mengkonfirmasi bahwa ybs (yang bersangkutan) datang ke sekolah dalam keadaan sehat walafiat. Ybs masuk RSUD Ben Mboi tanggal 24 September 2019,” terang dia.
Penulis: Ardy Abba