Ende, Vox NTT-Untuk meningkatan pendapatan ekonomi masyakarat, Pemkab Ende gencar menggelar Bursa Inovasi Desa (BID).
Namun, pemerintah dianggap gagal karena tak melibatkan para pengusaha dalam pameran produk-produk usaha masyarakat.
“Sebenarnya ini adalah langkah yang baik untuk menghimpun potensi-potensi desa. Tapi, ini terkesan formalistik dan belum terlihat apa yang menjadi gerakan inovasi yang dihasilkan pemerintah yang berdampak langsung kepada masyarakat,” ungkap Vinsen Sangu, Ketua Komisi 3 DPRD Ende setelah dikonfirmasi Voxntt.com di Kantor DPRD Ende, Jumat (04/10/2019).
Vinsen menegaskan, gerakan BID mesti menjadi titik simpul untuk meningkatkan ekonomi masyarakat secara nyata. Misalnya, setelah melakukan pameran akan ada tindak lanjut, terutama kesiapan ruang pasar terhadap produk keterampilan masyarakat.
Cara pandang semacam ini, jelas Vinsen, tentu akan berdampak langsung terhadap peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat.
“Bursa Inovasi Desa ini kan sebenarnya ruang ekonomi masyakarat. Pemerintah mesti menghadirkan para pengusaha di Ende dan melakukan perjanjian agar produk-produk itu dipasarkan ke mereka (pengusaha). Tidak sekedar pameran, tukar hasil kreativitas masyarakat lalu selesai. Harus ada gebrakan secara nyata agar peningkatan ekonomi masyarakat benar-benar terjadi,” kata Vinsen.
Dia mengusulkan, agar kegiatan BID benar-benar berkesinambungan dengan melibatkan stakeholder terutama para pengusaha atau pedagang besar.
Kemudian, BID seharusnya memiliki arah dan target yang harus tercapai. Sehingga pada periode tertentu wajah perubahan baik tingkat desa maupun tingkat kabupaten benar-benar terealisasi.
“Kalau ini dilakukan dengan baik, maka saya berkeyakinan bahwa Bursa Inovasi Desa yang dilakukan oleh pemerintah selama beberapa bulan terakhir ada manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Vinsen.
Sementara itu, Akademisi Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM) Santa Ursula Ende, Elias Cima mengatakan pemerintah perlu mendorong BID untuk benar-benar menghasilkan perubahan desa.
Ia mengatakan, kegiatan BID yang terus dilakukan di tingkat kecamatan selama ini mesti dilakukan studi dan evaluasi untuk melihat capaian yang terjadi selama ini.
“Inovasi itu memang harus benar-benar dilakukan di desa. Jangan sampai hanya sebatas bursa saja,” kata Elias saat dihubungi VoxNtt.com, Jumat pagi.
Ia menyarankan agar cara pandang terhadap BID harus out of the box untuk dapat menciptakan gagasan-gagasan yang baru terhadap peningkatan ekonomi masyakarat akar rumput.
Selain itu, pemerintah disarankan untuk serius menggandengkan para pengusaha untuk menyamakan persepsi terhadap produk-produk lokal yang perlu diakses.
“BID ini masih perlu dikawal lebih serius oleh pemerintah melalui para fasilitatornya. Dan juga perlu dilakukan studi dan evaluasi untuk melihat capaian selama ini,” katanya Elias.
Untuk diketahui, pada Kamis (03/10/2019), pemerintah menggelar Bursa Inovasi Desa (BID) Rayon 2 di Kantor Camat Ende Timur. Kegiatan ini juga dihadirkan Bupati Ende H. Djafar H. Achmad.
Ia menyatakan, BID merupakan forum penyebaran informasi dan penukaran pikiran sebagai media belajar bersama terhadap inovasi-inovasi desa.
Bupati Djafar berjanji akan mengajak para pengusaha ke desa untuk menggali potensi-potensi desa. Ia pun mengajak para pengusaha untuk menggunakan atau memasarkan produk lokal baik industri kerajinan tangan maupun kuliner.
“Misalnya, beras yang dijual di Ende kalau kita cek itu beras berasal dari Mbay, dari Jawa. Nah, kita akan meminta para pengusaha untuk memasarkan beras kita, ada beras Ekoleta dan beras dari Kecamatan Wewaria,” katanya.
Dalam acara itu, VoxNtt.com menyaksikan beberapa hasil produk lokal dipamerkan. Setidaknya ada dua stan yang dipamerkan yakni dari Puskesmas Rewarangga yang memamerkan hasil olahan daun kelor dan stan kopi oleh pemuda asal Sokoria, Kecamatan Ndona Timur.
Kemudian ada pameran tenun ikat serta beberapa produk lainnya.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba