Bajawa, Vox NTT- Paroki Kurubhoko, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada menggelar lomba melukis bagi anak Sekolah Dasar (SD), Selasa (01/10/2019) lalu.
Perlombaan dilaksanakan untuk mengakhiri kegiatan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) pada bulan September 2019 lalu. Lomba melukis juga untuk menjawabi tema BKSN yakni, ‘Mewartakan Kabar Sukacita di Tengah Krisis Ekologi.’
Sekitar 40 siswa dari dua sekolah yakni SDI Kurubhoko dan SDK Tanawolo tampak bersemangat mengikuti kegiatan perlombaan ini.
Peserta lomba melukis yang adalah siswa kelas I, II dan III ini didampingi guru kelas masing-masing.
Sebelum melukis, anak-anak diajak menonton video animasi tentang manusia pertama dan taman Eden.
Video ini merupakan suatu gambaran kehidupan yang harmonis manusia dengan alam dan pencipta-Nya.
Namun manusia akhirnya jatuh dalam dosa, dan keluar dari taman yang indah, serta damai karena ketidaksetiaan.
Kegiatan lomba dilanjutkan dengan tanya jawab dengan anak-anak tentang video animasi sebagaimana digambarkan dalam Kitab Kejadian. Kemudian anak-anak mengikuti kegiatan lomba melukis.
Lomba diselenggarakan berkat kerja sama antara Paroki Kurubhoko dengan Yayasan Puge Figo dan Rumah Literasi Cermat (RLC).
Selain lomba lukis, di paroki ini juga menggelar lomba baca Kitab Suci, Mazmur dan kuis Kitab Suci yang melibatkan siswa SD dan SMP.
Pastor Paroki Kurubhoko RP. Tobias Harman di sela-sela pengumuman pemenang lomba, Minggu (06/10/2019), mengatakan kegiatan ini menjawabi tema BKSN tahun 2019 yakni, ‘Mewartakan Kabar Gembira di Tengah Krisis Ekologi.’
Melalui kegiatan ini diharapkan anak semakin mengakrabi Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari.
Pastor Tobias berharap, tema BKSN tahun ini juga semakin menumbuhkan kesadaran ekologis bagi anak-anak dan mendorong mereka mencintai dan merawat lingkungan.
“Karena merusak alam berarti merusak ciptaan Tuhan sendiri dan itu dosa,” kata Pastor Tobias.
Hadiah Anakan Pohon
Sementara Ketua Yayasan Puge Figo (YPF) Emanuel Djomba mengatakan, kegiatan lomba melukis ini sangat positif dalam memberi edukasi kepada anak-anak tentang pelestarian lingkungan.
Dengan demikian, pada anak akan tumbuh kesadaran ekologis dan mereka mulai terbiasa menjaga lingkungan agar lestari, serta terus menanam dan tidak merusak.
Selain itu, kata Emanuel, proses melukis sangat baik bagi perkembangan anak usia dini. Baik perkembangan motorik, imajinasi maupun perkembangan motorik.
Karena itu, sebagai yayasan yang bergerak dalam bidang pelestarian lingkungan, pemberdayaan dan edukasi ekologi, kegiatan perlombaan semacam ini akan memberi manfaat positif bagi anak.
“Jika ingin lingkungan kita lebih baik di masa depan, maka mulai saat ini kita melibatkan anak, remaja dan orang muda dalam giat-giat pelestarian dan edukasi ekologi. Merawat lingkungan sama dengan merawat masa depan generasi kita,” kata Emanuel.
Para pemenang lomba, kata dia, diberikan hadiah seperti alat tulis, Kitab Suci dan anakan pohon.
Hadiah anakan pohon juga diberikan kepada setiap anak dan akan dilakukan penanaman pada saat memasuki musim hujan tahun 2019 di lingkungan sekolah.
Menyongsong musim hujan, Emanuel berharap para guru ikut mengedukasi siswa dengan menyiapkan tempat tanam.
Hadiah anakan pohon adalah terobosan pendidikan ekologi bagi anak-anak, sehingga menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya menanam pohon bagi kehidupan.
Program ini didukung oleh Yayasan Puge Figo.
Bahkan kata Emanuel, pihaknya sedang menjajaki tiga sekolah di wilayah Paroki Kurubhoko menjadi sekolah contoh berbasis ekologi.
Untuk mencapai harapan itu perlu proses mulai dari sekarang dengan menumbuhkan kesadaran terlebih dahulu. Sehingga anakan pohon yang nanti dibawa pulang ke sekolahnya dapat dirawat dengan baik.
Penulis: Patrick Romeo Djawa
Editor: Ardy Abba