Betun, Vox NTT- Para petani di Kabupaten Malaka dan Belu diajarkan cara tanam jagung panen sapi di Aula Hotel Ramayana, Desa Wehali, kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Rabu (30/10/2019).
Total petani yang mengikuti kegiatan bimbingan teknis pengolahan lahan kering itu sebanyak 50. Rinciannya yakni 30 petani dari Kabupaten Malaka dan 20 petani dari Belu.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT melalui Bidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan.
Penyuluh Pertanian Madya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT Maria E. V .Rukmini menjelaskan, tanam jagung panen sapi adalah salah satu program Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat.
Program itu terutama dalam bidang pengembangan pertanian lahan kering. Pertimbangan program ini dijalankan karena NTT memiliki tanah yang sangat berpotensi untuk mengembangkan pertanian lahan kering.
“Lahan kering perlu dikembangkan di daratan Timor seperti Malaka dan Belu. Jadi, kita bisa manfaatkan lahan yang ada untuk tanam jagung, labu, kacang atau tanaman lainnya agar bisa meningkatkan taraf hidup,” kata Maria.
Ia menjelaskan, tanam jagung panen sapi ialah sebagian jagung bisa dikosumsi dan sebagiannya lagi bisa dijual untuk membeli.
“Artinya bahwa petani memiliki luas lahan satu hektare dan hasil produksi bisa mencapai lima ton. Dari hasil yang ada petani bisa konsumsi dan sisanya dijual untuk beli sapi,” jelas Maria.
Ia membeberkan, jika diasumsikan bahwa harga jagung minimal Rp 3000/kg, maka petani akan memeroleh uang tunai sebesar Rp 9 juta sampai 12 juta. Nilai uang sebesar ini dapat membeli sedikitnya dua ekor sapi.
“Manajemen inilah yang disebut tanam jagung panen sapi,” tandasnya.
Untuk itu, kata dia, dalam upaya menunjang pengembangan integrasi jagung dan sapi maka perlu mengimplementasikan kegiatan tanam jagung panen sapi.
“Upaya ini menjamin dalam satu musim petani dapat memiliki sapi sendiri melalui usaha tani jagung,” katanya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Malaka Yustinus Nahak mengatakan, kegiatan bimtek tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani tentang pengelolaan lahan kering.
Selain itu agar petani bisa mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering dalam meningkatkan produksi pertanian dan pendapatannya.
“Pertanian lahan kering merupakan jenis pertanian yang memiliki kandungan air yang rendah, sumber airnya tidak pasti dan cenderung gersang. Hal ini disebabkan karena cuaca yang panas, sehingga menimbulkan tanahnya pecah-pecah. Solusinya adalah menanam pohon buah dan pohon lainnya agar bisa memberikan efek yang positif pada tanaman lainnya,” papar Yustinus.
Lahan kering, lanjut dia, mempunyai potensi besar untuk pengembangan lahan pertanian.
“Tanah Malaka ini merupakan tanah lahan kering, jadi masyarakat bisa manfaatkan untuk menanam jagung, bawang merah atau jenis tanaman lain yang bisa menghasilkan uang guna meningkatkan pendapatan ekonomi dalam keluarga,” katanya.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi
Editor: Ardy Abba