Maumere, Vox NTT- Aris dan Rival, kakak beradik asal Degit, Aibura, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka telah sepuluh tahun lebih hanya tertidur.
Anak ke-6 dan ke-7 pasangan Stefanus Aloysius dan Hendrika Koja tersebut beberapa tahun belakangan dirawat Mama Elisabeth Ensi di Dusun Namangkewa, Desa Namangkewa, Kecamatan Kewapante.
Stefanus Aloysius sedang mengalami depresi sejak kelahiran Aris. Sementara itu, sang ibu telah meninggalkan mereka setelah melahirkan Rival.
Aris sang Kaka saat ini berusia 12 tahun. Sedangkan Rival berusia 10 tahun. Tak seperti anak-anak seusianya yang sudah bermain, ke sekolah, bahkan sudah bisa membantu orangtua, Aris dan Rival malah sangat mengenaskan. Bahkan duduk pun tak bisa.
Tubuh mereka kurus dengan kulit pucat membalut tulang-tulang yang kecil dan tampak menonjol. Kaki dan tangan mereka kaku. Sesekali air liur menetes dari bibir pucat mereka.
Perkembangan keduanya terhambat. Menurut Mama Elisabeth Ensi kedua keponakannya tersebut hanya bisa tertidur.
“Kalau yang kakak (Aris-red) bisa mengerti, menggunakan permainan, minta makan dan minum. Kalau adiknya (Rival-red) belum bisa apa-apa,” ungkapnya kepada VoxNtt.com di kediamannya, Rabu (30/10/2019) lalu.
Pantauan VoxNtt.com, Aris belum bisa duduk tegak. Namun ia bisa duduk bila disandarkan ke dinding.
Sesekali ia tersenyum dengan mata berbinar bila kamera diarahkan kepadanya.
“Kemarin-kemarin saya biasa urut jadi mereka bisa gerakkan kaki tangan. Hanya belakangan saya kesulitan waktu harus tenun, masak dan urus suami dan anak juga,” kata Mama Elisabeth, yang akrab disapa Ensi.
Mama Ensi sendiri telah memiliki tiga anak. Dua anaknya saat ini duduk di bangku SMP. Sementara satu anak duduk bangku SMA.
Sehari-hari ia hanya menenun. Sementara suaminya berjualan ikan.
Marasmus dan Cerebral Palsy
Pada Sabtu (2/11/2019) lalu, Aris dan Rival akhirnya dijemput tenaga medis Puskesmas Kewapante.
Bupati Sikka Robi Idong dan pejabat lingkup Pemda Sikka pun turut mengunjungi dua anak tersebut.
Kepala Puskesmas Kewapante Kosmas Wera mengaku baru mengetahui keberadaan kedua anak ini, setelah dihubungi pihak Humas Pemda Sikka.
Pasalnya, tidak pernah ada laporan dari kader atau pun Pemdes Namangkewa. Kepala Desa Namamgkewa, Nikolaus Nong Bale juga mengaku terkejut.
Pasalnya, Aris dan Rival berasal dari daerah lain. Keduanya luput dari perhatian karena tak lagi ikut penimbangan berat badan rutin. Sebab usia mereka sudah bukan balita atau pun bayi. Ditambah lagi tidak ada laporan dari pihak keluarga.
Menurut dr. Hendra dari Puskesmas Kewapante, Aris dan Rival diduga menderita gizi buruk.
“Ini sudah bisa dikategorikan Marasmus,” ujarnya di Puskesmas Kewapante kepada VoxNtt.com pada Sabtu (2/10/2019).
Marasmus adalah bentuk malnutrisi yang diakibatkan kekurangan asupan protein dan lemak.
Selain itu, ada kemungkinan keduanya mengalami Cerebral Palsy atau cacat otak yang mengakibatkan kelumpuhan.
“Kita bisa melalukan perbaikan gizi dan dibantu dengan terapi. Fisiknya masih bisa diperbaiki tetapi otak mungkin akan sulit,” ujarnya kala itu kepada Bupati Sikka, Robi Idong di hadapan media.
Respon Cepat Bupati
Keberadaan Aris dan Rival baru terungkap melalui publikasi media. Artinya, selama sepuluh tahun lebih keduanya belum tersentuh negara.
Sampai dengan saat ini, Aris bahkan belum memiliki BPJS atau pun JKN-KIS.
Menurut Robi, Aris dan Rival adalah korban pembiaran dan kelahiran yang tidak terencana. Menurutnya, Aris dan Rival adalah potret stunting.
Oleh karenanya, Robi menginstruksikan agar keduanya segera dirujuk ke rumah sakit dr.T.C. Hillers Maumere.
Tidak hanya itu, pihak Dinas Sosial pun diperintahkan mengurusi jaminan kesehatan bagi keduanya.
“Penanganan Aris dan Rival ini harus jadi laboratorium atau contoh bagi kita ke depannya untuk menangani stunting,” terangnya kepada media di Puskesmas Kewapante.
Pihak Puskesmas pun diminta untuk ke depannya meningkatkan turba dan koordinasi dengan pemerintah setempat agar dapat mendeteksi sedini mungkin gejala-gejala malnutrisi seperti Aris dan Rival.
Dirinya berharap pihak RSUD T.C. Hillers Maumere bisa memperbaiki kondisi Aris dan Rival.
Penulis: Are De Peskim
Editor: Ardy Abba