Ruteng, Vox NTT- Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Ruteng Santu Agustinus mengembangkan potensi kadernya di bidang jurnalistik.
Upaya pengembangan potensi kader tersebut dijalankan lewat pelatihan jurnalistik yang berlangsung di Margasiswa PMKRI Ruteng, jalan Pelita Waepalo Ruteng, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Sabtu (09/11/2019) malam.
Dalam pelatihan ini, PMKRI Ruteng mengundang dua pemateri. Keduanya masing-masing, jurnalis VoxNtt.com Ardy Abba dan jurnalis Metro TV Yohanes Manasye.
Ketua Presidium PMKRI Ruteng Ignasius Padur menjelaskan, pelatihan jurnalistik ini sengaja didesain dalam rangka mengembangkan potensi kader di bidang jurnalistik.
“Tanggung jawab PMKRI secara organisatoris itu diwujudkan dalam kegiatan pelatihan-pelatihan seperti ini, dengan tujuan agar potensi yang dimiliki oleh kader bisa dikembangkan dengan baik,” ujar Padur dalam pengantarnya, sebelum kegiatan pelatihan.
Di balik kegiatan itu, dia mengharapkan agar para kader PMKRI bisa aktif menulis. Apalagi, organisasi yang bermarkas di Ruteng ibu kota Kabupaten Manggarai itu telah memiliki website sendiri untuk menyalurkan bakat menulis para kadernya.
Sebagai informasi, proses pelatihan jurnalitik yang memakan waktu selama kurang lebih 7 jam ini dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama, jurnalis VoxNtt.com Ardy Abba membicarakan materi jurnalistik dalam kerangka teoretis.
Sedangkan, pada sesi kedua para peserta yang terlibat mendapat bimbingan khusus dari jurnalis Metro TV Yohanes Manasye secara praktis.
Dalam paparannya, Ardy Abba menjelaskan, jurnalistik adalah kegiatan penyiapan, penulisan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebaran kepada masyarakat.
Ia menambahkan, secara konseptual jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang. Ketiganya yakni sebagai proses, teknik, dan ilmu.
Ardy mengatakan, sebagai proses, jurnalistik adalah aktivitas mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan atau jurnalis.
Kemudian, sebagai teknik, jurnalistik adalah keahlian (expertise) atau keterampilan (skill) menulis karya jurnalistik. Keahlian juga termasuk dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa dan wawancara.
Sedangkan, sebagai ilmu, jurnalistik adalah bidang kajian mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi melalui media massa.
Menurut Ardy, jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, serta dinamika di tengah masyarakat.
Mantan Prisidium Pengembangan Organisasi (PPO) PMKRI Ruteng itu kemudian mengajak peserta pelatihan agar rajin menulis. Sebab bagi dia, menulis merupakan kegiatan menuangkan ide dalam bentuk tulisan.
Kata dia, penuangan ide dalam bentuk tulisan tentu berbeda dengan yang disampaikan secara lisan. Ide dalam tulisan diyakini Ardy tidak bakal hilang karena ada jejak. Sedangkan ide dalam bentuk lisan bisa saja hilang, karena tidak ada jejak.
“Menulis itu sebagai ekspresi keperibadian penulis. Orang akan mengukur kualitas kepribadian kita dari kualitas tulisan kita,” terang Ardy.
Sementara itu, jurnalis Metro TV Yohanes Manasye mengungkapkan unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah berita.
Menurut Jhon, berita dalam media massa harus mengandung unsur penting yaitu 5W+1H (what, who, why, when, where, dan how)
What, jelas mantan Ketua Presidium PMKRI Madiun itu, adalah berita memuat informasi mengenai apa yang terjadi
Who, yaitu berita memuat informasi mengenai siapa saja yang terlibat dalam kejadian yang diberitakan.
Why, yaitu berita memuat informasi mengenai alasan atau latar belakang kejadian yang diberitakan.
When, yaitu berita memuat informasi mengenai kejadian yang diberitakan terjadi.
Where, yaitu berita memuat informasi mengenai lokasi kejadian.
Kemudian How, yaitu berita berita memuat informasi mengenai bagaimana kejadian dalam berita tersebut terjadi.
“Unsur-unsur tersebut harus terjawab dalam berita. Hal itu bertujuan agar berita yang disajikan itu benar-benar komprehensif dan tidak membuat pembaca bingung,” ujar Jhon.
Jhon juga memberikan motivasi bagi peserta yang ingin menjadi jurnalis. Kata dia, jurnalis bukan profesi kaya. Tujuan kerja jurnalis pada hakikatnya hanya membantu kelompok-kelompok marjinal yang terkadang luput dari sentuhan kebijakan penguasa.
Di akhir pelatihan, salah satu peserta Laurensius Lasa menilai kegiatan tersebut sangat bagus dalam mengembangkan bakat kader.
Lasa pun bercita-cita suatu ketika ia harus menjadi jurnalis agar bisa menyuarakan persoalan-persoalan yang ada di tengah masyarakat. (VoN)
KR: Trifonia Atin Statianin, anggota lembaga pers dan publikasi PMKRI Ruteng Periode 2019-2020