Labuan Bajo, Vox NTT- Forum Ekonomi Manggarai Raya (FEMR) mendorong Pemerintah Desa Watu Lanur, Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) untuk mengembangkan pasar modern di desanya.
Hal ini disampaikan oleh Founder Bandung Utama Group Feliks Musa Ahas dalam workshop ekonomi 2 FEMR bertajuk “Membangun Jejaring Pasar Modern Berbasis BUMDes” di Desa Watu Lanur, Minggu (17/11/2019).
“Kita akan bangun kota di desa. Saya baru saja mengikuti kegiatan di Yogyakarta, hampir semua bisnis retail dikelola oleh BUMDes. Kita juga bisa membangun hal yang sama. Nanti kita akan survei potensi desa dan menghitung proyeksi bisnisnya. Tidak perlu berlama- lama, kita rencanakan hari ini, besok harus sudah jalan RTL-nya,” pungkas Feliks.
Lebih lanjut, ia menjelaskan model pengembangan BUMDes ini nanti akan berbeda dengan sistem waralaba. FEMR akan melakukan pemberdayaan ekonomi dan menciptakan pebisnis baru di desa.
“Waralaba kan pembagian 70-30 (persen). Itu kerja kapitalis. Kita beda, hanya akan jadi pegawai dari BUMDes untuk bantu manajemen saja, biar nggak rugi. Setelah BUMDes bisa berdiri sendiri, nanti manajemen kita akan keluar dari situ. Kita atur targetan waktunya dalam SPK,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Watu Lanur, Petrus C. Radison mengaku senang dengan kehadiran FEMR di desanya.
Baginya, pengembangan ekonomi desa memiliki ragam kendala, yang mungkin akan secara perlahan ditata dan selesai dengan sentuhan manajemen profesional.
“Kami di desa kendalanya adalah managemen. Sangat banyak potensi di desa ini, Kopi, Kemiri. Jahe juga, dilempar saja ke tanah akan tumbuh banyak. Hanya saja, managemen BUMDes kami belum maksimal untuk mengefektifkan potensi yang ada. Semoga ketika kerjasama ini berjalan nanti, kita bisa bersama-sama bangun ekonomi Watu Lanur ini,” ungkapnya.
Direktur Change Operator Arischy Hadur mengatakan, setiap pihak ketiga yang masuk ke desa harus mengedepankan pemberdayaan dan membangun berbasis kader.
Lembaganya akan terus mengawal agar semua proses kerja sama BUMDes dengan pihak luar tetap memperhatikan prinsip itu.
“Lembaga kami berani mengajak LP2MR, karena semangatnya pemberdayaan. Sebelum workshop ini, kita sudah berkali- kali koordinasi untuk saling mempelajari dan menemukan bentuk dan maksud kerjasama. Dan sistem yang sudah didesain, sangat pro ekonomi rakyat dan pemberdayaan. Maka dari itu, mari kita mulai, karena kerja bisnis adalah kerja nyata, bukan kebanyakan diskusi,” tutupnya.
Sebelumnya, FEMR dibentuk pada 20 Agustus 2019, sebagai inisitif LP2MR dan Change Operator untuk membangun jembatan ekonomi desa-Kota.
Dalam agenda berikutnya, FEMR akan menyelenggarakan seminar bertajuk “Bangun Kota di Desa Melalui BUMDes” pada Selasa (26/11/2019 di Aula SMK Elanus Karot-Ruteng, dengan menghadirkan Haris Firman, Konsultan Team PT Ritelteam Sejahtera Indonesia, Surabaya.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba