* Puisi-Puisi Sonny Kelen
Peluh di Mata Ibu
Ibu, jauh sebelum embunmenjatuhkan dirinya
Aku sudah memperkirakan apa yang terjadi
Setelah matahari menyentuh tubuhmu
Begitu pula dengan angina merebahkan deru
Setelah di matamu aku melihat peluh
Yang jatuh seperti rintik-rintik hujan pada daun jendela
Sejauh semuanya itu
Aku sadar dalam setiap salah
Sebelum kata maaf yang aku ucapkan
Ternyata tidak bisa menyelesaikan luka pada batinmu
Lebih dari itu aku tidak bisa menta darinya
Ibu, langit Desember yang sebentar lagi pergi
Aku hanya mengucapkan terima kasih
Setelah sembilan bulan sepuluh hari
Engkau menjagaku dalam rindu
Dalam nama cinta yang berkisah menyerupai setetes susu
Walaupun sering kita kekurangan anggur
Ketahuilah, Ibu
Bila nanti putih rambutmu
Keriput kulitmu
Engkau pernah mengajarkan aku
Bahwa ada Surga di telapak kakimu
“Selamat hari Ibu, Bu”
Ledalero, 2019
Dipangku Ibu
Aku ingin tidur dipangku ibu
Mendengar nyanyian nina bobo
Yang membuat anak kecil dalam diriku rindu
Dan melihat senyumnya seindah mawar
Yang membuat aku merindukannya berkali-kali
Aku ingin tidur di pangku ibu
Menyaksikan ia berlari dengan lengang
Ketika aku meminta susu
Dan merasakan pelukkan hangat
Dalam rindu yang lekas pulang dari setiap
Napas yang berderu dari bibirnya
Aku ingin tidur dipangku ibu
Melihat ia tetap muda
Dan menyimak segala nasihat yang tidak ia ucapkan
Aku ingin tidur dipangku ibu
Melihat hari-hari sibuknya
Menebak siapa yang mengajarkan
Aku memanggil namanya dalam rindu
Ledalero, 2019
Perempuan Lugu
: Buat Leni
Selalu kau ceritakan tentang
Seorang ibu yang mencintai matamu
Dan kau senang dengan hal-hal seperti itu
Aku sudah memperkirakan bahwa seperti itulah
Cinta seorang ibu kepada anaknya
Jauh sebelum semua yaitu
Kau mulai merasa perempuan yang bernama ibu
Selalu merindukan kepulanganmu
Dari setiap pergimu yang tanpa kabar
Ketahuilah setelah senja pada Desember berakhir nanti
Keluguan seorang ibu telah lama hidup dalam dirimu
Karena pada akhirnya kau juga jadi ibu
Mengerti tentang sebuah kepergian
Dan merasakan bagaimana rasanya menunggu
Sebab menunggu jauh lebih baik dari pada mati berkali-kali
Ledalero, 2019
Penulis sekarang tinggal di Unit Gabriel Ledalero