Betun, Vox NTT- PT Inti Daya Kencana (IDK), perusahaan yang mengelola tambak garam di pantai selatan Kabupaten Malaka mengalami gagal produksi pada Oktober tahun 2019 lalu.
Padahal, perusahaan yang beroperasi di Kecamatan Wewiku dan Malaka Barat itu ditargetkan bakal produksi perdana pada Oktober 2019, sebagaimana diinstruksikan oleh Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat.
Kepala Cabang PT IDK, Lia Seran mengaku gagalnya produksi garam disebabkan karena cuaca yang tidak mendukung di Kabupaten Malaka.
“Targetnya memang bulan Oktober 2019 kemarin kita mau panen. Hanya tidak jadi karena cuaca yang tidak stabil berpengaruh pada produksi garam,” kata Lia Seran saat ditemui VoxNtt.com di Kantor Cabang PT IDK di Desa Wehali, Kecamatan Malaka Tengah, Selasa (04/02/2020).
Menurut Lia Seran, produksi garam oleh PT IDK sementara berjalan apa adanya. Ia mengklaim, sejauh ini PT IDK beroperasi sesuai rencana.
“Tahun kemarin itu kita fokus pada konstruksi dan ini tahun (2020) kita sudah mulai produksi garam,” katanya.
Ia menargetkan akan produksi perdana pada Juli 2020 mendatang.
“Kita menargetkan akan panen perdana di bulan Juli nanti. Target yang kita upayakan adalah sekitar 300 – 400 ton. Tapi semua itu tergantung cuaca,” sambung Lia Seran.
Sebelumnya, pengoperasian PT IDK diduga telah merusak lingkungan pesisir pantai Desa Rabasa. Itu terutama rusaknya hutan mangrove.
Baca: PT IDK Disebut Sebagai Pembawa Malapetaka bagi Malaka
Meski demikian, Lia Seran mengklaim semua polemik itu sudah bisa teratasi oleh PT IDK.
“Sejauh ini aman dan kita justru memperhatikan dan merawat hutan mangrove. Kita juga menanam pohon mangrove di lokasi,” katanya.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi
Editor: Ardy Abba