Betun, Vox NTT-Ratusan ekor babi di Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mati.
Kematian ratusan ekor babi ini diduga akibat diserang virus aneh. Virus ini juga menyerang babi di Kabupaten Malaka.
Informasi yang dihimpun VoxNtt.com, banyak babi di beberapa wilayah di Kabupaten Malaka juga mati mendadak karena diduga diserang virus aneh.
Adapun gejala yang ditemukan pada babi adalah menurunnya nafsu makan. Setelah beberapa hari tidak makan, babi kemudian mati.
Fenomena matinya banyak babi Kabupaten Malaka ini dikabarkan baru pertama kali terjadi. Hal ini yang membuat para peternak babi kesulitan untuk mencari obatnya.
Ande Nahak warga Desa Umatoos, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka mengaku, puluhan ekor babinya terkena virus aneh hingga mati mendadak.
“Saya punya 17 ekor sudah selesai (mati ) kemarin,” ujar Ande yang adalah anggota DPRD Malaka ini kepada VoxNtt.com, Minggu (23/02/2020).
Politisi partai Perindo ini mengaku kesulitan dalam menangani virus yang menyerang babi peliharaannya tersebut.
Di tempat lain, virus aneh ini juga menyerang puluhan ekor babi milik rekan Ande Nahak di DPRD Malaka, Ronaldo Asury.
Ronaldo mengaku babinya diserang virus aneh. Sama dengan rekannya, ia juga kesulitan dalam menghadapi virus yang menyerang babi.
“Punya saya 27 ekor babi yang sudah mati. Sisanya juga sepertinya mengalami gejala yang sama. Harapan saya, semoga Pemkab Malaka melalui dinas terkait dapat mengatasi wabah ini,” ujar anggota DPRD dua periode dari PDIP ini kepada VoxNtt.com melalui telepon.
Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Malaka Rofinus Seran Bria, mengatakan pihaknya sementara berupaya untuk mendata babi yang terserang virus aneh tersebut.
“Sampai saat ini jumlah ternak yang mati mendadak belum selesai dirangkum. Usaha pendataan ini dilakukan oleh Dinas Bidang Peternakan wilayah Malaka,” kata Rofinus ketika dihubungi melalui teleponnya.
Menurut Rofinus, cara pencegahan yang paling tepat dan sederhana adalah dengan melakukan vaksinasi.
“Malaka termasuk wilayah endemis colera. Cara pencegahan terhadap penyakit yang menyerang ternak tersebut adalah dengan melakukan vaksinasi, khusus untuk ternak yang dikandangkan,” jelas dokter hewan ini.
Yang menjadi kendala dalam proses pemberian vaksin untuk ternak, kata dia, adalah cara beternak masyarakat yang lebih suka melepas ketimbang dikandangkan.
Sementara terkait kasus kematian ternak ini, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Malaka berupaya, paling pertama mengambil sampel darah dari ternak tersebut untuk diuji di Laboratorium Veteriner milik Dinas Peternakan Provinsi NTT.
Rofinus berharap agar wabah ini tidak tertular makin besar. Sebab itu, ia mengimbau agar ternak yang mati mendadak tersebut dikubur bukan dibuang di kali atau sungai.
Selain itu, ternak-ternak sebaiknya harus dikandangkan dan tidak boleh dibiarkan berkeliaran.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi
Editor: Ardy Abba