Betun, Vox NTT-Constantino Soares, bocah asal Desa Litamali, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka ini tidak mempunyai lubang Anus sejak lahir.
Lahir di Wemasa pada 22 November 2009, bocah periang yang kini berusia 10 tahun duduk di bangku kelas II di SDK Wemasa.
Harusnya, Constantino sudah kelas IV. Tapi saat masih kelas I dia mengurungkan niatnya untuk melanjutkan sekolah lantaran tidak tahan dengan ejekan dari teman-teman.
Hal ini membuat anak dari Alvaro Pereira dan Agustinha Da Costa ini, akhirnya sempat tidak bersekolah selama dua tahun.
Sejak lahir, Constantino sempat dilarikan ke Puskesmas kemudian dirujuk ke RSUD Atambua hingga RSU WJ. Yohanes Kupang.
Baca Juga: Baku Atur di Papan Catur Politik Victor Laiskodat
Di Kupang, Constantino tidak bisa ditangani, karena dokter Ahli Bedah yang dibutuhkan waktu itu tidak ada.
Selama beberapa hari, Constantino hanya bisa Buang Air Besar (BAB) lewat kelaminnya.
Demi mendapatkan penanganan medis, Constantino akhirnya dibawa ke RS Sutomo Surabaya.
Namun perjuangan ke Surabaya tidak berjalan mulus. Sempat tertunda karena masalah biaya. Kala itu, usianya satu tahun.
Namun atas bantuan keluarga kedua orantuanya, Constantino diberangkatkan. Di Surabaya, operasi berjalan lancar tetapi belum tuntas.
“Dokter berpesan, lima tahun lagi baru kembali ke Surabaya untuk memasang kembali saluran pembuangan air besar pada tempatnya,” ujar Sang Ayah.
Baca Juga: Wanita Asal Matim Lolos dari Cengkraman Penjual Manusia, Begini Modus Pelaku
Sejak saat itu hingga sekarang, Constantino hanya membuang air besar lewat perut, hasil operasi saat itu.
Tepat di perut bagian atas pinggang kirinya, terdapat lubang anus hasil modifikasi dokter bedah untuk memperlancar BAB.
Pada lubang anus modifikasi itu digantung plastik untuk menampung kotoran yang tiap hari keluar tanpa ia sadari.
Sekarang Constantino memasuki usia 11 tahun. Harusnya, enam tahun lalu, atas pesan dokter dia harus kembali untuk operasi lanjutan.
Baca Juga: Virus Aneh Serang Babi di Malaka
Namun apa daya, operasi itu tidak dapat dilanjutkan karena ketiadaan biaya.
“Pesan Dokter saat itu belum kami penuhi karena kekurangan biaya. Ongkos ke sana dan biaya operasi pastinya sangat mahal,” ujar Alvaro kepada VoxNtt.com di kediamannya di Desa Litamali, Senin (24/02/2020).
Alvaro berprofesi sebagai petani dengan penghasilan terbatas. Sementra istrinya hanya seorang penenun. Biaya transportasi dan operasi yang mahal menjadi halangan untuk mengobati anak mereka.
Hingga kini mereka masih mengeluh soal biaya untuk operasi anaknya. Hanya untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga saja, Alvaro mengaku masih kesusahan.
“Saya tidak punya biaya, jadi hanya pasrah saja. Semoga anak saya Constantino mendapat mujizat dari Tuhan lewat uluran tangan dari berbagai pihak,” Keluh Alvaro.
Menurut Alvaro, anaknya sudah dapat Kartu Indonesia Sehat (KIS), namun masih kesulitan biaya untuk akomodasi ke Surabaya.
“Biaya ke Surabaya tidak ada,” kata Alvaro datar.
Untuk diketahui, Constantino tergolong siswa berprestasi di sekolahnya. Menurut ayahnya, dia sering mendapat peringkat pertama di kelasnya.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi
Editor: Boni J