Oleh: Irvan Kurniawan*
Lenggak-lenggok 39 finalis Putri Indonesia di seputar Labuan Bajo menjadi pemandangan ekslusif siang itu.
Hari itu Senin (24/02/2020), merupakan hari kedua masa pra-karantina menuju ajang kontes kecantikan 6 Maret 2020 mendatang.
Ke-39 putri cantik dari 34 provinsi di Indonesia itu dibagi ke dalam 3 grup. Masing-masing grup mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi spot-spot wisata di Labuan Bajo.
Kunjungan ke spot-spot pariwisata ini merupakan bagian dari agenda promosi pariwisata di bawah tema Colorful East Nusa Tenggara.
“Kita pilih karena NTT khususnya Labuan Bajo masuk dalam lima destinasi prioritas pemerintahan Jokowi. Pemilihan Puteri Indonesia 2020 menjadi channel yang tepat untuk lebih mempromosikan NTT,” ungkap Mega Angkasa, Kepala Bidang Komunikasi Yayasan Puteri Indonesia.
Dari 39 finalis, 13 diantaranya mendapat kesempatan untuk menjelajahi Pulau Rinca di Kawasan Taman Nasional Komodo (TNK). Salah satu yang ikut dalam rombongan itu adalah finalis Putri Indonesia asal NTT, Angel Virginia Boelan.
Angel dan 12 finalis lainnya yang baru pertama kali ke Pulau Rinca juga berkesempatan melihat display tengkorak kepala hewan yang merupakan korban dari perburuan binatang buas Komodo.
Setelah diberi arahan dari ranger, tidak butuh waktu lama bagi para finalis Putri Indonesia untuk bisa melihat langsung Komodo yang sedang berkeliaran.
Angel, yang baru pertama ke sana mengaku takjub dengan biawak raksasa itu.
Meski sedikit takut dengan hewan purba itu, ia dan 12 finalis lainnya tak ingin membuang kesempatan untuk mengabadikan setiap momen yang ada.
“Saya sangat senang bisa melihat Komodo, apalagi ini yang pertama,” kata Angel kepada VoxNtt.com di sela-sela melihat Komodo di Pulau Rinca.
Selain Komodo, Angel juga mengakui keindahan alam Pulau Rinca yang sungguh luar biasa.
“Banyak yang bisa ditawarkan Pulau Rinca. Alamnya yang indah sungguh memukau. Belum lagi sang legendaris Komodo tadi menyambut kami datang. Sangat luar biasa,” ungkap finalis berkulit putih, hidung mancung dan berambut lurus itu.
Angel yang hari itu terlihat senang dari senyum dan pesona matanya yang syadu seperti mencairkan kembali gairah hidup orang NTT yang masih dilanda kemiskinan dengan berbagai persoalan kemanusiaan serta sakit penyakit yang melingkupinya.
Lebih bangga lagi ketika putri-putri cantik se Indonesia itu memamerkan destinasi pariwisata NTT ke seluruh dunia lewat akun media sosial mereka.
Kehadiran putri-putri cantik ini tidak hanya mempercantik diri mereka dalam ajang Putri Indonesia, tetapi juga mempercantik destinasi-destinasi pariwisata super premium Labuan Bajo.
Namun di balik kemolekan tubuh tuan putri ini tersingkap beberapa pertanyaan yang mengganjal.
Benarkah mereka datang untuk mempercantik destinasi wisata di Labuan Bajo? Ataukah mereka datang untuk mempercantik hasrat kaum kapitalis yang ingin menguasai siklus ekonomi Labuan Bajo?
Sadarkah para tuan putri bahwa tubuh mereka mungkin saja sedang dijadikan komoditas untuk memuluskan kuasa dan cengkraman kapitalisme di Labuan Bajo?
Sponsorship Ajang Putri Indonesia
Sekitar 1.894,5 Km dari Labuan Bajo, tepatnya di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) siang itu, pasar saham tampak ramai.
Naik turunya harga saham menjadi tontonan paling menegangkan di tengah ketidakpastian ekonomi dunia, mulai isu Brexit, perang dagang AS vs China, hingga yang paling mutakhir ketakutan akan penyebaran virus Corona.
Di sanalah tempat dagang saham perusahan go public di seluruh Indonesia. Termasuk saham PT Mustika Ratu Tbk.
PT Mustika Ratu Tbk dengan kode saham MRAT merupakan perusahaan berbasis di Indonesia yang bergerak dalam industri kecantikan dan kesehatan. Pabrik produksi Perusahaan ini berlokasi di Ciracas, Indonesia. Perusahaan ini juga memiliki kantor cabang di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Bandung.
MRAT adalah sponsor utama kontes kecantikan Putri Indonesia. Kegiatan bisnis utamanya adalah memproduksi dan mendistribusikan minuman herbal Indonesia, yang secara lokal dikenal sebagai jamu; kosmetik tradisional; minuman kesehatan, dan suplemen kesehatan.
Beberapa produknya mencakup produk pelangsing, produk perawatan pribadi pria dan wanita, produk perawatan tubuh dan wajah, dan teh herbal detoksifikasi.
Investing.com menyebut MRAT juga menawarkan jasa tata rias wajah dan tata rambut yang dipasarkan dengan nama merk Taman Sari Royal Heritage Spa, dan pelatihan profesional.
Ajang kontes kecantikan Putri Indonesia itu sendiri digagas pendiri Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo. Ajang ini sudah diadakan sejak tahun 1992.
Peringat 10 besar hasil voting terhadap 39 kontestan PI 2020 (Foto: puteri-indonesia.com)
Kembali ke pasar saham, siang itu pergerakan harga saham MRAT memang terlihat hijau (naik).
Paginya, saham MRAT dibuka dengan harga Rp. 131 per lembar, saham sempat naik hingga Rp 143 per lembar menjelang sore, lalu ditutup di harga Rp. 135.
Berdasarkan laporan keuangannya, MRAT membukukan laba bersih pada Quarter 3 2019 sebesar 2,3 miliar. Naik bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2018 sebesar 789,6 juta.
Dengan demikian, laba bersih per saham setara dengan Rp 5.39 per lembar. Adapun total aset MRAT sebesar 510,8 milliar rupiah.
Pergelaran Putri Indonesia di Labuan Bajo memang tidak banyak berdampak bagi kenaikan saham MRAT. Pasalnya, usai terpilih MRAT memakai ‘tuan-tuan putri’ ini untuk menjadi promotor produk-produk mereka.
Seperti yang dilakoni Puteri Indonesia Lingkungan 2019, Jolene Marie Rotinsulu saat hadir memperagakan hasil penggunaan produk Beauty Queen Series (BQS) Mustika Ratu dalam pameran industri kosmetik dan jamu yang diselenggarakan Kementrian Perindustrian di Ruang Garuda 2-5 Juli 2019 lalu.
Tak hanya itu, produk kecantikan BQS juga menjadi kosmetik resmi dalam ajang Pemilihan Putri Indonesia.
“BQS merupakan lini kosmetik resmi yang digunakan oleh semua kontestan dalam Pemilihan Putri Indonesia 2018,” kata Chaerun Nisa Putri yang akrab dipanggil Ninis, Group Brand Manager dari Mustika Ratu di Jakarta, seperti dilansir Tribunnews.com, Rabu (27/6/2018).
Komodifikasi Tubuh
Pergelaran Putri Pariwisata tentu menciptakan multiple effect tidak hanya bagi MRAT sebagai sponsor, tetapi juga bagi keberlangsungan pariwisata Indonesia khususnya di Nusa Tenggara Timur yang sedang menggeliat.
Pemilihan komodo sebagai new seven wonders, ajang Sail Komodo, hingga Penetapan Labuan Bajo sebagai lima destinasi prioritas pemerintahan Jokowi menjadi salah satu alasan pemilihan tempat ajang Putri Indonesia.
Tak hanya pemerintah pusat, di bawah kepemimpinan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, pariwisata NTT dijadikan prime mover (pengggerak utama) peningkatan ekonomi masyarakat.
Kontes kecantikan Putri Indonesia di Labuan Bajo merupakan bagian dari agenda promosi pariwisata itu. Untuk menaikan branding Labuan Bajo sebagai pariwisata super premium di mata dunia, para putri ini dipakai sebagai ‘bintang iklannya’.
Sebagai bintang iklan, tentu kemolekan tubuh merupakan salah satu keunggulan yang layak ‘dijual’. Apalagi ketika seorang putri cantik berjalan lenggak-lenggok di depan Komodo atau berpose anggun nan seksi di bibir Pink Beach.
Pada titik ini, tubuh berubah menjadi komoditas. Tubuh dikomodifikasi menjadi obyek yang dipasarkan dalam industri pariwisata.
Apalagi sudah jelas, parameter penilaian yang digunakan dalam pemilihan Puteri Indonesia adalah 3B, yaitu: Brain: Kecerdasan, Beauty: Penampilan menarik, Behavior: Berperilaku baik.
Dalam kaca mata kapitalisme, bungkusan dari 3B adalah bujuk-rayu tubuh (seduction) untuk mengakumulasi modal bagi kaum kapitalis. Bukan hanya untuk MRAT sebagai sponsor tetapi juga menguntungkan grup-grup bisnis yang sekarang sedang menanamkan investasinya di Labuan Bajo.
Tubuh perempuan kemudian dipakai kaum kapitalis untuk mempromosikan produk dan membranding pariwisata untuk menghasilkan laba.
Pameran kemolekan tubuh mengingatkan saya pada apa yang dikatakan seorang filsuf Prancis Jean Baudrillard. Baudrillard mengatakan, sistem bujuk rayu (seduksi) yang diciptakan kaum kapitalis untuk memancing minat konsumen terhadap barang-barang produksi.
Dalam konteks ajang Putri Indonesia di Labuan Bajo, tubuh tuan-tuan putri merupakan komoditas yang dapat memancing konsumen pariwisata agar berkunjung ke Labuan Bajo sehingga dapat meraih keuntungan besar dari agenda pariwisata premium.
Kecemasan di balik agenda pariwisata premium tentu punya dasar data yang jelas. Tulisan Ferdy Hasiman berjudul “Labuan Bajo di Tangan Tuan-tuan Kapitalis”edisi 21 Februari 2020 di VoxNtt.com sangat gamblang membeberkan kuasa kapitalis di Labuan Bajo.
Dipaparkan Ferdy, investor yang mengkapling pulau-pulau di Labuan Bajo untuk dibangun hotel, resort, villa dengan biaya sangat mahal. Di pulau Kenawa dan pulau Seraya kecil dan Seraya Besar misalnya, sudah dikontrol investor asing dari Italia dan Korea Selatan. Di Pulau Seraya sudah dikuasai pebisnis hotel asal Yunani, Yannis dan Rozalin Vlatakis (ayah dan putrinya). Di dalam pulau ini mereka membuka sebuah resor dengan biaya biaya bungalow $320 per malam.
Di pulau Kanawa, satu pulau besar sudah dimiliki investor yang dilengkapi dengan hotel, resort dan restoran besar. Rata-rata yang masuk ke Pulau Kanawa ini adalah wisatawan dari Korea Selatan, Hongkong dan Jepang.
Di Pulau Tetawa, investor asing sudah lama masuk, menyewa pulau itu. Tak satupun penduduk lokal yang bisa berkunjung ke pulau itu, kecuali sudah reserved.
Hal yang sama terjadi di Pulau Bidadari. Pulau itu sudah berpindah tangan ke tuan kapitalis asal Amerika Serikat, Ernes Lewandosky. Padahal dalam UU pertanahan asing tak diperbolehkan memiliki tanah kecuali hak sewa.
Di tangan tuan kapitalis, demikian Ferdy, pulau ini sudah dibangun Bidadari Resort Hotel dengan pengamanan super ketat. Kapal dan pengunjung dilarang keras mendekati kawasan ini. Hanya tamu asing yang telah melakukan reservasi boleh menginjakkan kaki di pulau seluas 25 hektare dengan pasir pantai sepanjang hampir 1000 meter itu.
Sekarangpun kelompok kapitalis mencoba menggunakan bantuan tangan negara masuk berinvestasi di Taman Nasional Komodo (TNK), tempat hidup satwa langkah Biawak Komodo.
Di Pulau Komodo ada PT Flobamora dan investor Amerika Serikat dan PT KWE. Di Pulau Padar ada PT KWE. Masih banyak lagi perusaan-perusahaan yang bersembunyi di balik nama lokal, padahal di belakang perusahaan ini adalah group-group bisnis besar yang mampu mengendalikan bisnis, kekuasaan politik dan kekuasaan partai politik.
Sebaliknya, pada saat yang sama di tengah gencarnya promosi pariwisata, rakyat Manggarai Barat masih hidup di bawah pendapatan per kapita Rp 12.000.000/tahun atau Rp 1 juta per bulan. Data BPS Manggarai Barat tahun 2019, tingkat pendidikan terhitung sangat rendah. Angka penduduk 15 tahun ke atas yang berpendidikan. Yang tidak berijazah 17.46 persen, ijazah SD/sederajat 41.88 persen, SMP 17.6 persen, SMA ke atas sebesar 23 persen.
Ini menunjukan angka SDM Mabar masih sangat rendah. Problemnya, Jokowi tidak pernah satu katapun bicara soal kondisi rill masyarakat Manggarai Barat sampai saat ini. Apakah pariwisata Super Premium ini untuk rakyat?
Tulisan ini tentu bukan ekspresi penolakan saya terhadap ajang kecantikan Putri Indonesia dan investasi. Saya mungkin dicap sebagai orang yang tidak pro terhadap kemajuan atau out of date, itu tidak jadi soal.
Bagi saya yang penting adalah masyarakat Labuan Bajo dan NTT umumnya perlu diedukasi lewat perspektif kritis agar tidak terjepit di bawah himpitan kapitalisme dan narasi-narasi seduksi pembangunan pariwisata.
Demikian pun dengan ajang kecantikan Putri Indonesia, agar merefleksikan kembali makna tubuh perempuan sebagai insan ciptaan Tuhan.
Dalam teologi tubuh, mendiang Paus Yohanes Paulus II mengajak kita untuk kembali memaknai keagungan tubuh. Inti dari ajakan Paus melalui teologi tubuh ini ialah mencintai tubuh.
Semangat gagasan ini persis ingin melawan semangat dunia yang memandang tubuh sebagai objek jualan belaka. Paus mau menekankan agar manusia mensyukuri tubuh sebagai anugerah Allah dan sesuatu yang melekat dalam dirinya, bukan untuk dijadikan komoditas atau barang yang diperjualbelikan.
*Penulis merupakan Pemimpin Redaksi VoxNtt.com