Borong, Vox NTT- Penerima Program keluarga Harapan (PKH) wilayah Desa Colol, Wangkar Weli, dan Wejang Mali, Kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) tengah mengembangkan Kelompok Usaha Bersama (Kube).
Pembentukan Kube Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH sudah dirintis sejak tahun 2018. Pada tahun 2018, untuk Desa Colol ada empat kelompok Kube Desa Wangkar Weli ada tiga kelompok. Sedangkan untuk Desa Wejang Mali ada tiga kelompok yang dibentuk Januari tahun 2020.
Pendamping Sosial PKH yang mendampingi KPM PKH di ketiga wilayah desa tersebut, Amandus Cahaya Tukeng saat berbincang dengan VoxNtt.com, Minggu (01/03/2020) siang, mengatakan, setiap Kube memiliki kegiatan ekonomi kreatif masing-masing. Sehingga dapat menunjang ekonomi anggota Kube secara khusus dan masyarakat secara umum.
Amandus menjelaskan, untuk Kube yang ada di Desa Colol, bergerak di bidang usaha koperasi bersama atau yang biasa disebut Usaha Bersama Simpan Pinjam (UBSP), usaha peggemukan ikan lele air tawar, usaha penggemukan ayam pedaging, penjualan ayam pedaging, pengembangan usaha tenun kain, serta usaha bisnis kopi colol yang ditandai dengan dibukanya kedai kopi yang diberi nama “Kedai Kopi Tuk KPM PKH Desa Colol,”
Amandus mengakui, sebagai pendamping Soisal PKH, dia terus mendorong kelompoknya untuk secara mandiri menjalankan usaha ekonomi kreatif di tiga desa yang didampingnya.
Menurutnya, hingga saat ini, di desa dampinganya, terutama di Desa Colol pendapatan rata-rata di setiap kelompok sebesar Rp 1.000.000-2.000.000 perbulan.
Ia juga mengatakan, saat ini dirinya tidak pernah lelah untuk mendampingi anggota Kube KPM PKH yang telah dirintisnya sejak tahun 2018 silam.
Selain karena tugas, ia juga merasa bertanggung jawab untuk memajukan perekonomian masyarakat miskin yang ada di Colol Raya.
“Saya terus berkomitmen untuk terus mendukung masyarakat di tiga desa, agar masyarakat di wilayah dampingan saya itu terus berkembang,” kata Amandus.
“Salah satu desa dampingan saya, Pemdesnya turut mendukung program pemberdayaan ini. Sebut saja Desa Wejang Mali, saat ini pemeritah desa akan mendukung program Kube di desanya yang diambil dari anggaran pemberdayaan masyarakat desa,” sambung dia.
Terpantau, salah satu Kube yang dikunjungi VoxNtt.com, yaitu Kube Suka Maju Tobo, Desa Colol saat ini sedang merintis usaha terbarunya yakni jenis usaha Kopi Tuk (Kopi Tumbuk). Kopi Tuk adalah pengelolaan kopi ala Manggarai yang dalam proses produksi kopi dilakukan secara tradisional.
Selain “Kopi Tuk” jenis usaha lain di antaranya usaha: tenun kain motif Todo, selendang motif Congkar, kerajinan tangan seperti weol (Sokal) dan Tikar.
Ketua kelompok Kube Suka Maju Fransiskus Sebo mengatakan, dalam menjalankan beberapa usaha tersebut, kelompok memulai dengan modal awal per 25 Agustus 2018 sebesar Rp 900.000. Uang itu diperoleh dari dana mandiri kelompok.
“Uang modal awal tersebut disisihkan dari dana bantuan non tunai PKH yang diterima oleh KPM, dengan jumlah Rp 100.000/ anggota,” ungkap Fransiskus.
Fransiskus juga mengatakan, hingga tahun 2019 ada penambahan jumlah anggota Kube 4 orang. Hingga pada tahun 2020 berjumlah 13 orang.
“Jika sebelumnya usaha bersama kami ini hanya memperoleh omset perbulannya hanya berkisar Rp 1.600.000 – 2.000.000 dengan modal yang ada saat ini, kami beroptimis ke depan akan memperoleh omset yang lebih besar lagi dari semua jenis usaha kami,” katanya.
Ia menargetkan pada saat Festival Wisata Lembah Kopi Colol di bulan Juli 2020 mendatang ada peningkatan hasil usaha bersama kelompok.
Fransiskus menambahkan hingga saat ini modal berupa uang tunai sudah mencapai Rp 16.000.000.
“Saya sebagai ketua kelompok Suka Maju, berharap baik kepada pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten Matim, melalui dinas terkait, bisa membantu usaha ekonomi kreatif kami dalam bentuk penambahan modal dan juga pelatihan anggota kelompok tentang usaha-usaha ekonomi kreatif,” pungkas dia.
Salah satu anggota kelompok tenun Suka Maju Theresia Timas mengatakan, saat ini pihaknya memiliki kendala modal untuk meningkatkan usaha tenun.
“Pak, ho,o ami masalah seng keta kut tambang modal usaha tenun dami ho’o. Nggitu kole usaha iwon dami. Selama ho’o memang kelompok bantu weli benang tetapi tetap kurang, karena modal kelompok dami kole toe manga cukup. (Pak, saat ini kami mengalami kendala uang/modal untuk menambah modal usaha tenun kami ini. Begitu juga usaha yang lain. Selama ini memang kelompok membantu membeli benang, tetapi tetap juga kurang, karena modal kelompok kami belum cukup),” katanya dalam bahasa daerah Manggarai.
Terpisah, Kepala Desa Wejang Mali, Paulus Jemui, membenarkan akan ada dana pemberdayaan masyarakat desa tahun 2020 yang akan dialokasi dari Dana Desa (DD) untuk mendukukung program Kube.
“Benar ade (adik), saya mendukung setiap programnya. Tahun ini saya berencana untuk pengadaan ternak ke setiap kelompok Kube KPM PKH di Desa Wejang Mali secara bergulir,” katanya.
“Sistemnya tidak bersamaan, tetapi bertahap pengalokasian anggaran. Kalau satu kelompok usaha ada perkembangannya, maka berikutnya dialokasikan ke kelompok berikut,” sambung dia.
Kebetulan pendampinganya juga konsen untuk membangun kelompok Kube ini, kata dia, ia pun siap untuk mendukung. Setiap kali rapat di kelompok juga, Kades Paulus selalu ikut.
Sedangkan mengenai anggaran, ia memastikan akan dialokasikan dari anggaran pemberdayaan dari Dana Desa (DD).
KR: L. Jehatu
Editor: Ardy Abba