VoxNtt.com-Pihak kepolisian Resor (Polres) Flores Timur terus berupaya menangani kasus perang antar-suku di Adonara yang menewaskan 6 orang.
Kedua suku yang sedang bertikai tersebut yakni Kwaelaga dan suku Lama Tokan, Desa Sandosi.
Polisi hingga kini sudah mengantongi nama-nama yang terlibat dalam kasus pembantaian di Desa Sandosi, Kecamatan Witihama.
Hal itu diungkapkan Kepala Kepolisian Resor Flores Timur (Flotim), Ajun Komisaris Besar Dennys Abraham yang masih berada di Adonara, Minggu (8/3/2020).
”Sesuai kesepakatan kepala desa, tokoh adat, dan tokoh masyarakat dari kedua pihak, seusai hari nebo atau tiga hari setelah pemakaman, proses hukum akan dilakukan. Senin, 9 Maret, mereka mulai dipanggil untuk dimintai keterangan,” kata Kapolres Dennys seperti dilansir Kompas.id, Minggu (8/2/2020).
Menurut Kapolres, kedua pihak yang sedang bertikai tersebut sudah ingin menyelesaikan sengketa tanah tersebut secara damai. Kedua pihak juga bersepakat untuk tidak melanjutkan perang.
Sebelumnya, Pemerintah Flores Timur melalui Pemerintah Kecamatan Witihama dan Polsek Adonara sudah beberapa kali memfasilitasi pertemuan antara kedua suku untuk dicarikan jalan keluar, namun belum berhasil.
Perselisihan mencapai titik klimaks saat suku Kwaelaga menanam bibit mangga dan kelapa di lokasi yang disengketakan pada Kamis (5/3/2020) lalu.
Seusai ditanam, anggota suku Lama Tokan datang dan mendesak mencabut kembali bibit yang telah ditanam di lokasi sengketa itu.
Namun, pihak Kwaelaga menolak mencabut sendiri. Mereka mengizinkan suku Lama Tokan mencabut, tetapi ditolak Lama Tokan.
Kedua pihak lalu saling memaksa mencabut anakan itu. Namun, satu pun tidak berani mencabut. Sesuai kepercayaan masyarakat setempat, siapa yang mencabut anakan tanaman itu bakal mendapatkan kutukan sampai tujuh turunan.
”Kedua pihak ngotot dan beradu argumentasi di lahan sengketa. Sementara masing-masing pihak membawa senjata tajam berupa tombak dan parang. Maka terjadi perkelahian, yang menyebabkan kematian itu,” ungkap Kapolres Dennys kepada Kompas.
Ada pun korban yang tewas dalam insiden tersebut yakni Wilem Kewasa Ola (80) dari Desa Tobitika dan Yosep Helu Wua (80). Keduanya berasal dari suku Lamatokan.
Sementara empat orang korban lainya berasal dari suku Kwaelaga yakni Moses Kopong Keda (80), Jak Masan Sanga (70), Yosep Ola Tokan (56) dan Seran Raden (56). (Kompas/VoN)