Ende, Vox NTT-Kecamatan Ende Tengah, Kabupaten Ende, Flores, NTT menduduki peringkat tertinggi dalam kasus demam berdarah dengue (DBD) di Ende.
Data sementara yang dihimpun Dinas Kesehatan Ende dari awal Januari hingga 10 Maret 2020 menunjukkan, jumlah kasus DBD di Kecamatan Ende Tengah mencapai 36 persen dari total laporan kasus yang diterima dari masing-masing kecamatan, yaitu 88 kasus.
Dari hasil rekapitulasi harian surveilans DBD Kabupaten Ende tahun 2020 menunjukkan Kecamatan Ende Tengah jumlah kasus tertinggi yakni sebanyak 32 kasus.
Kemudian disusul Kecamatan Ende Timur 13 kasus dan Kecamatan Maurole berjumlah 12 kasus. Posisi berikut ialah Kecamatan Ende Utara sebanyak 9 kasus dan Kecamatan Ende Selatan sebanyak 6 kasus.
Sementara Kecamatan Kotabaru berjumlah 5 kasus, Kecamatan Maukaro 3 kasus, Kecamatan Ndona 3 kasus disusul Kecamatan Nangapanda 2 kasus.
Jumlah kasus yang paling sedikit ialah Kecamatan Lio Timur, Kecamatan Ende dan Kecamatan Ndona Timur yang masing-masing berjumlah satu kasus.
Dari 12 kecamatan yang melaporkan hasil rekapitulasi kasus DBD, sisanya ada sembilan kecamatan yang sementara bebas dari kasus DBD.
Masih dari data tersebut, jumlah kasus DBD pada bulan Januari berjumlah 26 kasus, bulan Februari 41 kasus dan per 10 Maret berjumlah 21 kasus.
Sementara pada tingkat usia, DBD menyerang pada usia yang variatif mulai dari usia 1 tahun hingga pada usia 52 tahun. Dari data itu, anak usia dibawah 10 tahun mencapai 64,7 persen dan usia diatas 10 tahun mencapai 35,3 persen.
Pemerintah Belum Optimal
Anggota DPRD Ende Vinsen Sangu menilai, pemerintah secara struktural belum maksimal menurunkan angka kasus DBD di Kabupaten Ende. Respon ini akibat dari meninggalnya seorang warga di Nabe, Maukaro akibat dari DBD.
Menurut dia, kekurangan alat kesehatan (alkes) serta fasilitas kesehatan (faskes) menjadi alasan mendasar pemerintah dalam rangka menurunkan angka kasus DBD.
“Contohnya, ada pasien di wilayah utara yang harus rujuk ke RSUD Ende. Kalau dari jangkauan memang tidak memungkinkan dalam proses penanganan,” katanya, Kamis siang.
“Kemudian, karena RS Pratama sebagai fasilitas kesehatan belum dioptimalkan untuk melayani kesehatan di wilayah utara. Karena yang meninggal ini kan di RSUD Ende,” tutur Vinsen.
Untuk menurunkan angka DBD, Vinsen mengusulkan ke pemerintah untuk menggerakkan elemen masyarakat hingga tingkah bawah.
Pemerintah tingkat kecamatan, desa dan kelurahan serta tingkat RT/RW mesti lebih pro aktif memberantas sarang nyamuk.
“Ada juga kendala oksigen yang harus isi di Maumere dan daerah lain. Ini juga masalah yang harus diperhatikan oleh pemerintah,” tegas Vinsen.
Sebelumnya, Kadis Kesehatan Kabupaten Ende dr. Muna Fatma menerangkan, pemerintah terus berupaya untuk menekan kasus DBD di Ende dengan melakukan gerakan fogging.
Gerakan ini dilakukan untuk memberantas sarang-sarang nyamuk yang dianggap berpotensi.
Selain itu, pemerintah juga terus mensosialisasikan kepada masyarakat untuk sering kali membersihkan lingkungan terutama genangan-genangan air.
“Jadi, ini adalah tugas kita semua untuk memberantas sarang nyamuk,” katanya.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba