Labuan Bajo, Vox NTT- Ingin mengenal NTT dari tenun khasnya? Mampirlah Anda di Forlavivian Centra Tenun Ikat Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.
Di sana, Anda akan menjumpai seluruh jenis kain tenun khas asal provinsi itu dengan beragam corak. Background motif dan warnanya tentu saja berbeda antar daerah satu dengan yang lainnya di NTT.
Di tempat ini ada banyak pajangan hasil tenun ikat dari berbagai daerah. Melihat kemolekan kain khasnya tentu saja bisa mengantar pandangan bahwa banyak orang NTT juga mampu mewarnai benang, menerai benang, menganing, menggulung, menyapuk, menggarat, menyongket, menekat dan menenun.
Dari Forlavivian Centra Tenun Ikat Labuan Bajo, Anda boleh melihat NTT yang penuh keberagaman. Sebab, dapat menjumpai kain tenun dengan kreasi autentik yang khas dari berbagai daerah di NTT.
Sebut saja misalnya, ada beragam warna, corak, dan proses pengolahan, serta teknik pengerjaannya. Semua ini dipadukan untuk menghasil kreasi tenun ikat dengan penuh keindahan.
Forlavivian Centra Tenun Ikat Labuan Bajo sendiri beralamat di Wae Kesambi, tepatnya 100 Meter ke arah timur dari Gereja Wae Kesambi. Di sana, Anda akan menakar kemolekan kain sebagai miniatur NTT dari sisi tenun ikat.
Pemilik Forlavivian Centra Tenun Ikat Labuan Bajo Wati Ontong mengatakan, di tempatnya telah ada beberapa motif khas NTT.
“Kain tenun ini kami ambil dari semua Kabupaten di NTT,” ungkap Wati saat mengajak VoxNtt.com melihat Forlavivian Centra Tenun Ikat Labuan bajo, Senin (30/03/2020).
Ia menjelaskan, tenun ikat yang ada di butiknya tersebut merupakan hasil karya dari penenun-penenun lokal.
“Untuk tenun di Manggarai Barat, saya bekerja sama dengan Dinas Perindakop agar kelompok yang sudah dibina oleh pemerintah memasarkan hasil tenunan di butik ini. Sementara di kabupaten lainnya ada teman-teman saya yang mengambil langsung di penenun dan dikirim ke saya,” jelasnya.
Soal pemasaran sendiri kata Wati, dirinya mengakui tenun ikat NTT tidak kalah dengan tenun di daerah lain.
“Pengrajin selama ini kita beri masukan agar coba kita kreasi bermain di benang selama ini motif kita arahkan penenun,” lanjutnya.
Wati menyebut harga setiap tenun ikat bervariasi. Harga paling murah kata dia, berkisar Rp antara 400.000-Rp 600.000. Sementara yang paling mahal berkisar di angka Rp 2.500.000.
Dia mengungkapkan, ada beberapa jenis tenun ikat yang sangat disukai oleh para wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
“Ada beberapa jenis tenun ikat yang wisatawan suka. Yang pertama itu Selendang Selimut, Selendang Biasa, Kain, dan Sarung,” jelasnya.
Terkait pemasaran, dia mengaku bekerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekanasdra) Provinsi NTT dan Levico Butik.
“Semua tenun di Flores kita juga pasarkan melalui Dekanasdra NTT dan Levico Butik. Jadi pemasarannya sangat jelas,” ujarnya.
Wati berharap agar seluruh masyarakat NTT khususnya masyarakat Manggarai Barat untuk selalu mempromosikan tenun khas NTT. Hal itu agar tenun NTT tetap menjadi idola seluruh wisatawan yang datang di NTT, khusus Labuan Bajo.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba