Labuan Bajo, Vox NTT- Wabah virus corona atau Covid-19 masih menjadi momok bagi semua manusia di seluruh penjuru dunia. Kian hari, virus ganas ini perlahan merenggut setiap nyawa di dunia.
Tak hanya itu dampaknya. Di mata Matheus Siagian, pelaku pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Provinsi NTT, wabah virus corona membawa manusia ke dalam krisis sosio-ekonomi global.
Menurut dia, Indonesia yang sejak tahun mengalami berbagai macam cobaan seperti abu Gunung Merapi, kekeringan dan banjir di beberapa kota, termasuk terkini wabah Covid-19.
Covid-19 merupakan penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Virus ini memiliki tendensi untuk menyerang orang-orang yang memiliki kondisi imunitas lemah atau sudah memiliki penyakit sebelumnya. Hal ini meliputi lansia dan orang-orang dengan penyakit berat. Covid-19 ditularkan melalui cipratan droplet batuk, bersin, dan percakapan dengan orang yang terkena.
Matheus mengungkapkan, sejak November 2019 korban meninggal akibat penyakit ini hampir mencapai 33 ribu orang dari 720 ribu kasus.
Pencemaran yang sangat cepat ini membuat negara-negara seperti Cina, Italia, Inggris, Singapura, Perancis, termasuk Indonesia, memikirkan kemungkinan negaranya diisolasi untuk mencegah masuknya manusia pembawa virus dari luar batas negara.
Selain itu, isolasi diri dalam skala lebih kecil membuat orang-orang yang memiliki kesehatan tinggi (namun membawa virus tersebut) tidak menularkan virus corona ke orang yang mudah tertular.
“Andaikan virus ini diumpamakan seperti demam berdarah, maka dalam Covid-19 manusia adalah nyamuk yang membawa virus. untuk mencegah Covid-19 menyebar, maka kita harus menghentikan manusia-manusia yang membawa virus itu bergerak ke manapun. Di dalam rumah saja, dilarang berkumpul dalam jumlah besar,” terang Matheus dalam rilis yang diterima VoxNtt.com, Senin (30/03/2020).
Pergerakan Isolasi Global
Ketua Asosiasi Restauran di PHRI Manggarai Barat itu menegaskan, imbauan yang dilakukan pemerintah dunia bukannya tidak memberi hikmah positif.
Pertama-tama polusi dunia menurun, dan kualitas udara menjadi baik akibat tidak adanya kegiatan transportasi dan pabrik industri besar beroperasi.
“Pagi ini berdasarkan pantauan Air Visual, udara di New York 14 aqi, Jawa Barat 89 aqi, Delhi 43 aqi, dan Labuan Bajo 9 aqi,” beber Matheus.
Ia menjelaskan, angka-angka kualitas udara ini belum pernah ada kejadian sebelumnya hingga dunia bisa bernapas segar kembali.
Hikmah selanjutnya adalah penyesuaian jalur prioritas bagi pemerintah. Anggaran-anggaran yang sebelumnya untuk militer dan hal-hal lainnya bisa dialokasikan ke kesehatan. Berharap dunia bisa menjadi tempat yang lebih damai paling tidak untuk beberapa tahun ke depan.
Selain itu, lanjut Matheus, proses isolasi memberikan penyadaran manusia dunia tentang pentingnya pengabdian tenaga medis dan merevisit dinamika hubungan antar-manusia yang selama ini kepentingannya dikesampingkan: hubungan antar tetangga dan keluarga.
Krisis, UKM dan Bantuan Pemerintah
Direktur PT Natura Eco Wisata itu menambahkan, dari sisi makro, Indonesia dapat mengambil hikmah dari krisis ini.
Ia beralasan nilai tukar rupiah menurun. Artinya jika orang meminjam dengan mata uang dolar akan dirugikan, karena dia harus mengembalikan pinjaman dari luar dengan dolar yang dipinjam tentu saja mahal.
“Hal ini dirasakan Indonesia saat krisis moneter 1998 lalu, di mana usaha kecil dan menengah di Indonesia mengalami kerugian dan tutup usaha,” kata Direktur PT BING itu.
Di saat seperti ini, lanjut Matheus, peminjam dana lokal, baik bank maupun investor akan lebih diminati karena pinjamannya dalam bentuk rupiah. Itu terutama para pengusaha lokal di daerah-daerah di Indonesia, yang usahanya secara langsung mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat setempat.
Sebagai perbandingan; keberpihakan pemerintah pada pengusaha lokal akan membantunya memperatakan kegiatan perekonomian mikro di daerah.
Sementara keberpihakan yang berpihak pada ultra-elit akan membantu para CEO kaya membeli vila ketiganya. Perlindungan terhadap pengusaha kecil menafkahi keluarga mereka dan keluarga keluarga karyawannya.
Menurut Matheus, yang diharapkan UKM dari pemerintah Indonesia saat ini adalah Insentif kemudahan berusaha dan berkembang.
Sebab, saat ini Indonesia rating kemudahan berusahanya sangat rendah. Karena itu diperlukan keberpihakan pajak bagi UKM dalam sektor riil yang berhubungan dengan orang banyak, terutama usaha tersier.Itu seperti pariwisata hotel dan restaurant.
Kemudian juga harus dibahas kembali karena usaha-usaha mereka bersentuhan langsung dengan keberlanjutan masyarakat terutama di daerah miskin seperti NTT.
Matheus menambahkan, negara besar yang memiliki kekuatan sektor riil tinggi seperti sumber daya alam dan konsumsi lokal yang tinggi, seharusnya tidak begitu terpengaruh dengan hal-hal yang terjadi secara global.
“Di sinilah harusnya pemerintah dapat memberikan perhatian terhadap kemajuan pasar lokal dibandingkan ketergantungan terhadap pasar global,” katanya.
Dikatakan, pasar lokal dalam konteks ini bukanlah Jakarta saja melainkan dari Sabang sampai Marauke , Talaut sampai Atambua.
“Kita kan bukan negara kecil seperti Belanda yang membutuhkan pasar global untuk memenuhi kasnya. Kita adalah negara besar yang memiliki karakteristik khusus yang unik setiap daerahnya,” jelas dia.
Bagi Matheus, masa krisis adalah masa berduka, masa berduka adalah waktu bagi pemerintah untuk dapat melihat hal-hal yang penting dan prioritas bagi keberlangsungan hidup negara.
Pada akhirnya rakyat adalah potensi yang dapat dijadikan sumber kekuatan bagi keberlangsungan negara, melebihi prioritas mercu suar untuk mendapatkan nama di pasar global.
Penulis: Ardy Abba