Borong, Vox NTT-Remilia Idaninal berkali-kali meneteskan air mata saat didatangi Tim Penanganan Covid-19 Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, di Desa Golo Leda, Kecamatan Borong, Kamis (02/03/2020) lalu.
Di hadapan tim, pemerintah desa dan beberapa warga yang hadir, Remilia menuturkan semua curahan hati, termasuk rasa kangen kepada sang suami Paulus Arman. Apalagi selama 6 tahun tak bertemu.
Baca:
Satu Warganya Baru Tiba dari Malaysia, Kades Golo Leda Matim: Kami Seperti Didatangi Setan
Namun, kisah keduanya begitu tragis. Pasutri ini hanya mampu berpapasan. Peluk pun tidak. Apalagi seranjang. Covid-19 seolah membunuh rasa kangen keduanya.
“Bo kangen. Bo keta cumang ami tapi neka rabo aku toe manga sentuh (memang kangen. Memang kami bertemu tapi mohon maaf saya tidak menyentuh),” ucapnya sembari mengusap air mata.
Baca:
Soal Pernyataan Kades Golo Leda, Psikolog: Itu Karena Kepanikan Sosial
Kendati demikian, wanita 6 anak itu tidak mempersoalkan rasa kangen diantara keduanya.
Ia justru bingung ketika semua warga desa takut untuk bertemu dan berdialog dengan sang suami juga anak-anaknya. Corona seolah membuat hati Remilia dan Paulus terpukul.
Ia berucap saat malam tiba, sang suami hanya tidur seorang diri di kebun. Walau begitu, warga tetap takut dan enggan bertemu mereka.
Baca:
Hantu Itu adalah Virus, BUKAN Paulus
Sementara Paulus Arman meminta agar warga kampung itu tidak takut saat bertemu dengan dirinya.
“Eme tegur laku wale koe (kalau saya tegur tolong di jawab),” katanya.
“Saya minta anak-anak jangan lari kalau ketemu saya. Kalau terjadi sesuatu saya minta tolong jangan sebut nama saya. Saya tidak pernah melakukan sesuatu dengan mereka,” ucapnya.
Dikatakannya, ia tiba di Maumere pada 23 Maret lalu, dengan menggunakan transportasi laut dari Malaysia.
Bersama ratusan penumpang kapal, mereka pun menjalani proses pemeriksaan kesehatan dan penyemprotan barang bawaan oleh petugas setempat.
“Kami dicek. Batuk, pilek dan demam tidak ada. Hari Rabu saya sudah lapor ke klinik di Borong sambil menyodorkan surat,” ucapnya.
Tiba di Peot Borong, aku Paulus, ia sempat berjabat tangan dengan keluarga Kornelis Gun.
Terpisah, anggota Tim Penanganan Covid-19 Pemkab Matim Regina Malon meminta agar Paulus tetap berjaga jarak dan melaukan isolasi mandiri selama 14 hari.
“Jangan dulu pegang tangan. Kalau di rumah tidur sendiri. Tidur di kebun juga bagus tetapi harapannya makanan harus dıjaga. Supaya daya tahan tubuh bagus,” katanya.
Virus ini, jelas Regina, memiliki kelemahan. Kalau daya tahan tubuh bagus pada hari ke-7 atau ke-8 antibodi tubuh akan terbentuk.
“Karena itu mari kita sama-sama jaga. Walaupun Paulus belum ada gejala tetapı tetap kita pantau. Setelah 14 hari Paulus boleh bergabung dengan masyarakat,” ucapnya.
Ia meminta agar masyarakat tidak takut, juga tidak menjauhi Paulus.
Regina berharap apabila selama masa karantina ada gejala batuk dan flu, Paulus segera melaporkan ke petugas kesehatan atau pemerintah desa.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba