Betun, Vox NTT – Kasih sayang seorang nenek memang tak ada habisnya. Dalam serba kekurangan tetap merawat dan menjaga cucunya setiap hari.
Ia adalah Maria Hoar (70), warga desa Alkani, Kecamatan Wewiku, Kabupaten Malaka.
Nenek Maria hanya tinggal bersama cucunya Melista Seuk (5), orang yang setiap hari dirawat dan dijaga.
Nenek Maria ini mempunyai anak dan sudah menikah. Namun karena tidak ada lapangan pekerjaan di kampung halaman, mereka kemudian memilih pergi bersama istrinya ke negeri Jiran demi mengais Ringgit, dengan harapan bisa merubah hidup.
Sepasang suami istri ini pergi meninggalkan anak mereka, Melista Seuk bersama nenek Maria.
Bocah polos itu pun akhirnya diurus oleh Nenek Maria dengan segala keterbatasannya.
Kini, untuk bertahan hidup nenek Maria hanya berharap pada hasil dari lahan kebunnya dengan luas sekitar 10 x 20 meter persegi.
Itu pun hanya digarap olehnya jika musim hujan tiba. Penghasilannya pun tak menentu.
Pantauan VoxNtt.com, bukan hanya nenek Maria, masih banyak kaum renta yang kelangsungan hidupnya jauh dari perhatian pemerintah setempat.
Masih banyak kaum renta yang luput dari perhatian pemerintah, baik di tingkat desa atau pun kabupaten.
Mereka hidup dalam kesulitan dan keterbatasan. Bahkan terpaksa tinggal di rumah yang sebenarnya tidak layak untuk ditempati.
Di Desa Kletek, Kecamatan Malaka Tengah misalnya, ada Modesta Luruk yang beberapa lalu mendapat perhatian khusus tim relawan Forum Malaka Bangkit (FMB). Forum ini membagikan bantuan Sembako jilid pertama untuk nenek Modesta, Minggu (12/04/2020).
Prihatin dengan keadaannya dengan usia yang sudah terlampau tua, akhirnya pada aksi bagi Sembako jilid II ini, nenek Modesta Luruk diistimewakan.
Nenek Modesta, oleh tim relawan FMB ini diberikan susu bubuk dua boks dan telur ayam satu papan. Hadiah itu diberikan khusus oleh Rachel, perwakilan relawan FMB.
Di satu sisi, banyak dana desa yang habis terpakai dengan pembangunan infrastruktur yang berujung dikorupsi dan mubazir.
Dana Desa akhirnya gagal menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga desa, membuat banyak putra – putri daerah yang memilih merantau di tanah orang.
Aspek sosial ini, elemen masyarakat menilai, bahwa pemerintahan Kabupaten Malaka gagal memperhatikan kaum kecil yang sudah renta.
Ketimpangan sosial ini membuat banyak tokoh masyarakat Malaka berkomentar dan mengkritisi pemerintahan Malaka.
Di Dinas Sosial misalnya, banyak bantuan yang tidak tepat sasar alokasinya. Fakta kehidupan di lapangan berbanding terbalik dengan fakta di atas kertas yang tertumpuk di meja para pejabat publik.
Salah satu tokoh masyarakat Malaka, Frido Berek mempertanyakan kinerja Pemda Malaka untuk meng-update DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) secara berkala sesuai petunjuk dari Kemensos.
“Apakah DTKS itu sudah diverivali (verifikasi dan validasi) secara benar sehingga benar-benar orang tidak mampu, yang terlantar yang akan dapat bantuan?” ungkapnya kepada VoxNtt.com, Kamis (23/04/2020).
“Melihat banyak orang tua renta tidak terurus, sementara orang berfoya-foya ‘merampok uang rakyat’,” tambahnya lagi.
Selai itu, Frido Berek juga mengkritisi kaum muda Malaka, terutama para “Kartini Muda” yang lebih memilih menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) daripada menjaga orangtua yang sudah renta.
” Di hari Kartini ini, mari kita berefleksi sebagai anak muda terutama para perempuan muda Malaka yang lebih suka “bergaya” jadi TKW (mungkin juga ilegal) ketimbang menjaga dan merawat orang tuanya,” katanya.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi
Editor: Ardy Abba