Betun, Vox NTT-Obrolan dengannya, Sabtu (25/04/2020) siang, cukup santai. Berbagai kalimat yang diucapkannya sarat dengan pesan sosial untuk saling berbagi.
Valentin Nahak, begitu nama lengkapnya, kerap tergerak hati untuk membantu sesama yang membutuhkan.
Wanita berparas cantik asal Laran, Desa Wehali, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka itu pun terkenal dengan sikapnya yang peduli.
Ia kerap berbagi apa saja sesuai kemampuannya untuk masyarakat di lingkungan itu, terutama bagi mereka yang sangat membutuhkan bantuan.
Bagi wanita yang akrab disapa Anny Leong itu berbagi bukanlah merupakan bungkus yang tampak dari luar saja, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam hati.
Berbagai kisah kepeduliannya siang itu sempat membuat VoxNtt.com terharu. Sebab, tak banyak anak muda yang memiliki hati peduli seperti Anny Leong.
Di tengah obrolan sambil menyeruput kopi buatannya, suasana haru tampak tidak terbendung lagi.
Bagaimana tidak, tiba-tiba dari depan pintu gerbang rumahnya sayup terdengar suara panggilan.
Pendengaran Anny Leong tampak tajam siang itu. Sontak ia mengangkat kepalanya. Matanya tertuju pada suara panggilan itu.
Ia kemudian bangkit berdiri dari tempat duduknya menuju pintu gerbang. Di sana, ditemukan kakek tua renta yang sambil memegang tongkat besi. Kakek itu melambaikan tangannya ke arah Anny Leong. Anny pun langsung membukakan gerbang.
Kakek itu berumur sekitar 70-an tahun. Ia tampak letih.
“Nona, kasih saya air hangat segelas,” pinta kakek itu. “Tunggu sebentar ya,” sahut Anny Leong, langsung bergegas ke dalam rumahnya.
Beberapa saat kemudian, Anny datang membawa secangkir air hangat lalu memberikannya pada si kakek. Secangkir air hangat itu pun langsung diminum si kakek.
“Bai (kakek) nama siapa? Dan dari mana mau ke mana?” tanya Anny kepada si kakek.
Kakek itu langsung menjawab bahwa namanya Klau. Dia datang dari Betun dan hendak pulang ke Besikama.
Anny Leong tampak menatap kakek Klau dengan raut wajah sedih. Sebab, kakek Klau tak hanya sudah tua renta, tetapi juga seorang tunanetra.
Ia berjalan tanpa alas kaki dan mengenakan baju kaos hitam berlapis kemeja lusuh. Uniknya, kakek Klau mengerti tentang antisipasi wabah virus corona yang kian ganas saat ini. Buktinya, ia tetap memakai masker saat berjalan kaki.
“Nona, saya minta beras,” pinta kakek Klau lagi. ” Oh iya. Tunggu e Bai,” respon Anny.
Kedua kalinya Anny masuk lagi ke dalam rumahnya. Beberapa menit kemudian, Anny keluar dengan membawa sekantong beras.
Di dalamnya juga disisipkan serenteng susu bubuk untuk kakek Klau.
“Terima kasih banyak anak,” ujar kakek Klau.”Sama – sama Bai. Pulang sudah e. Sedikit lai su (lagi sudah) malam. Nanti Bai kedinginan,” kata Anny.
Di depan jalan raya, ada tukang ojek datang menghampiri kakek Klau. Anny melambaikan tangan dengan tersenyum kepada kakek Klau. Si kakek membalas dengan membungkuk, tanda hormat.
Dibantu Anny, kakek Klau pun akhirnya menumpang ojek tersebut, lalu pergi.
Kisah menakjubkan secara tiba-tiba siang itu rupanya bukan kali pertamanya. Anny mengaku, biasanya banyak seperti kakek Klau yang datang ke rumah.
“Seminggu biasanya dua sampai tiga orang. Tapu kakek tadi itu baru pertama singgah di rumah ini. Ayo kaka mari lanjut ngopi. Sepertinya sudah dingin kopinya,” ucap Anny sambil mengajak VoxNtt.com masuk lagi ke teras rumahnya.
Anny mengaku, gairah rasa kepedulian semakin tinggi setelah membaca berita VoxNtt.com. Itu terutama pemberitaan seputar berbagi kasih dari para anggota Forum Malaka Bangkit (FMB).
Sebelumnya dia sudah sering bersosial kepada masyarakat kecil di sekitarnya. Tetapi setelah membaca berita tentang gerakan sosial dari FMB di VoxNtt.com, Anny lantas berjanji membantu masyarakat kecil, lebih luas dari sekadar di lingkungannya.
“Setelah saya baca berita dari VoxNtt.com itu, ada hasrat kuat untuk membantu kaum renta di luar sana. Ternyata masih banyak saudara kita yang belum tersentuh tangan kasih para penguasa di Malaka ini,” katanya.
Wanita pembaca setia VoxNtt.com ini mengaku, ketika membantu mereka yang kesulitan dalam hidup, dirinya mendapatkan kepuasaan hati. Kepuasan itu, kata dia, tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.
“Ada rasa bahagia jika saya membantu mereka yang kesulitan. Mungkin itu adalah panggilan hidup yang akan saya jalankan. Hidup ini hanya sementara, berbuat baiklah,” ujar alumnus Universitas Nusa Cendana itu.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi
Editor: Ardy Abba