Maumere, Vox NTT- Pada Jumat, 24 April 2020 lalu, eks penumpang KM Lambelu yang dikarantina di Sikka Covention Center (SCC) dan Rujab Bupati Sikka akhirnya bisa pulang ke kampung.
Mereka diharuskan menjalani karantina di rumah masing-masing atau di tempat karantina yang disediakan pemerintah desa.
Ada yang bahagia, ada pula yang sedih karena belum bisa dekat dengan keluarga.
Meski demikian, mereka harus tetap menjalankan karantina mandiri di rumah masing-masing.
Beberapa lagi masih tertahan di lokasi karantina terpusat menunggu kepulangan.
Patrisia Darisma dan Melkianus Andreas adalah pengecualian. Keduanya menolak menjalani karantina di rumah masing-masing.
Patrisia, seorang ibu rumah tangga asal Nele Urung, Kecamatan Bele. Sementara Melkianus Andreas adalah pelajar SMK Negeri 1 Maumere asal Madawat, Kecamatan Alok.
Patrisia sejak awal memutuskan karantina di SCC. Andreas sudah sampai di rumah, namun meminta kembali ke SCC meski tak ada penolakan dan keluarga atau pun tetangga.
Sayang Suami dan Anak
Patrisia merupakan penumpang KM Lambelu bersama iparnya dari Makassar.
Ia ke Makassar untuk menjemput iparnya yang mengalami stroke ringan.
Sang ipar langsung masuk ruang isolasi segera setelah KM Lambelu diizinkan berlabuh.
Saat ini ipar Patrisia sudah dipulangkan ke rumah karena dinyatakan negatif berdasarkan hasil tes Swab.
Patrisia seharusnya pulang dan melanjutkan karantina di rumah.
Akan tetapi, Ia lebih sayang kedua anak dan suaminya.
“Biar saya lanjut karantina di sini saja sampai selesai betul baru pulang. Saya tidak mau bikin beban anak-anak dan suami,” terangnya kepada VoxNtt.com di pelataran SCC, Jumat (24/04/2020).
Patrisia takut nantinya tidak aman bagi keluarga.
Selain belum yakin akan kesehatannya, ia tak ingin kedua anak dan suami harus berhadapan dengan penolakan warga.
“Saya belum tahu apakah ditolak atau tidak tetapi saya rasa lebih aman kalau saya di sini,” akunya.
Sang suami, Yosef Hanafi membenarkan hal itu.
Kedua anaknya yang sudah SMP menanyakan sang ibu.
Dua anak mereka sudah duduk di bangku SMP. Mereka akhirnya menerima keputusan sang ibu.
“Dia mau di sini dulu. Jadi kami mengerti. Di rumah juga ada mertua yang sudah tua,” ujarnya.
Informasi yang diperoleh, Camat Nele sempat datang ke lokasi. Sementara Kades Nele Urun tidak kelihatan sama sekali.
Rumah Tidak Layak
Lain lagi dengan Melkianus Andreas. Ia minta diantar pulang oleh Lurah Madawat, Emanuel Charles Idung ke lokasi karantina.
Padahal, Lurah Charles sudah mengantarkannya ke rumah bahkan memastikan tidak ada penolakan warga RT 4/RW 5 Madawat.
“Saya sendiri yang minta pulang. Saya kasian nenek,” ungkap Andreas kepada VoxNtt.com di pelataran SCC.
Andreas adalah pelajar SMK Negeri 1 Maumere yang pulang dari Makassar menggunakan KM Lambelu. Ia baru menyelesaikan praktik di ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan itu.
Andreas dan seorang temannya asal Kelurahan Madawat telah dijemput Lurah Charles dan Camat Alok, Edmond Bura.
Menurut Lurah Charles, warga sekitar telah diberitahu perihal kepulangan mereka.
“Saya sudah turun sampaikan dan beri sedikit edukasi. Saya sudah siapkan masker juga untuk keluarga dan warga,” terang Charles di SCC.
Menurut penjelasan Lurah Charles, Andreas merasa rumahnya tak layak jadi lokasi karantina. Pasalnya, hanya ada dua kamar di rumah dengan 4 penghuni.
Bila Andreas menempati satu kamar, maka 3 yang lainnya termasuk sang nenek harus berbagi 1 kamar.
Belum lagi soal makan dan minum. Andreas tidak ingin merepotkan sang nenek dan kedua saudaranya.
Inilah alasan Andreas akhirnya minta pulang.
Lurah Charles memuji kebesaran jiwa Andreas.
“Dia mengerti penjelasan para dokter dan Satgas. Anak ini luar biasa,” tegas Charles.
Sekarang keduanya menjalani karantina di bekas kantor Bupati bersama sisa penumpang lainnya.
Penulis: Are De Peskim
Editor: Ardy Abba