Labuan Bajo, Vox NTT- Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) telah menyiapkan anggaran khusus untuk petugas medis dalam penanganan Covid-19.
Tidak tanggung-tanggung, anggaran yang disiapkan Pemda Mabar sebesar 10 Miliar.
Anggaran ini merupakan anggaran paling besar yang disiapkan Pemda, dalam pembiayaan tim gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 Kabupaten Manggarai Barat.
“Yang paling banyak itu adalah membiayai insentif bagi mereka-mereka yang kontak dekat dengan pasein yang diduga Covid-19,” ungkap Kepala Bidang Gugus Tugas Administrasi dan Kesekretariatan Mabar, Dominikus Hawan saat ditemui VoxNtt.com di Posko Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Mabar, Sabtu (02/05/2020)
Profesi yang diutamakan kata Dominikus, adalah tenaga medis yaitu dokter spesialis dan dokter umum.
Dominikus menjelaskan untuk pembayaran tenaga medis akan disesuaikan dengan jumlah shift yang mereka jalani.
“Itu kita akan hitung berapa di ruang isolasi, dan mereka pakai shift. Jadi dokter-dokter yang di tenaga medis ini, mereka nantikan kerja 14 hari kemudian 14 hari karantina. Yang dihitung biayanya adalah saat dia melakukan shift atau melaksanakan shift. Sehingga tidak mungkin dia mendapatkan insentif selama 1 bulan, karena untuk 1 bulan dia hanya bisa dibayar selama 14 hari, 14 hari berikutnya dia karantina. Demikiam juga dokter umum. Jadi, dokter-dokter, para medis yang menangani di Rumah Sakit, kami pastikan mereka dibayar hanya 14 hari. Itupun tergantung kondisi pasien. Jadi kami hitung bahwa shift yang mereka rencanakan itu. Jika ada pasien maka shift itu akan digunakan,” jelas Dominikus.
Selain tenaga medis yang mendapatkan insentif kata Dominikus, ada juga para medis yaitu perawat dan bidan.
Ada juga tenaga kesehatan lainnya terdiri dari tenaga analis di laboratorium, tenaga radiografer di laboratorium, ahli gizi, dan farmasi yang melayani obat-obatan.
“Kemudian, tenaga penunjang lainnya yaitu petugas pelayanan penyemprotan disinfektan, tenaga surveilans, tenaga sanitasi di ruang isolasi di rumah sakit, kemudian tenaga disinfektan atau penyemprot di rumah sakit atau di ruang publik seperti di bandara, kemudian tenaga laundry karena tenaga ini penting untuk memastikan pakaian yang digunakan para dokter itu sudah steril,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, Dominikus menjelaskan tenaga cleaning service terutama di rumah sakit dengan di ruang karantina juga akan mendapatkan insentif.
“Karena setiap saat harus dilakukan cleaning service ini. Lalu kemudian tenaga supir dan pemulasaran jenasah. Nah, tenaga supir ini kita bagi berdasarkan kategori juga, supir ambulance memuat penumpang suspect Covid, sopir yang memuat PDP itu harus kita kategori dan sopir yang mengantarkan jenasah dari rumah sakit dan pemakaman,” tandasnya.
Dominikus menambahkan, tenaga-tenaga ini harus dijelaskan pembedaannya.
“Dan tentu dia punya insentifnya juga berbeda-beda. Jadi kita sudah melakukan analisis seperti itu,” tutupnya.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba