Betun, Vox NTT- Hingga kini, masih banyak guru honorer di Kabupaten Malaka yang belum maksimal diperhatikan pemerintah setempat. Kesejahteraan hidup mereka pun masih terkatung-katung.
Data yang diperoleh relawan Forum Malaka Bangkit (FMB) ada 100 guru honorer tersebar di Kabupaten Malaka yang kesejahteraan hidupnya belum terpenuhi dengan baik.
Itu yang berhasil didata FMB atau data sementara untuk kepentingan pembagian Sembako. Sebenarnya masih sangat banyak guru honorer di Malaka yang mengalami nasib yang sama.
Upah yang tidak layak dan sering terlambat dibayar menjadi keluhan utama para guru.
Para guru ini biasa mengharapkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Nominal pencairannya pun tak menentu.
Di Kecamatan Malaka Timur, Desa Numponi, misalnya, ada Sekolah Dasar Katolik (SDK) Masik.
Di sana, ada 4 orang guru honorer yang sudah belasan tahun lamanya mengabdi dan minim perhatian dari Pemerintah Kabupaten Malaka.
Mereka berharap, ada kebijakan yang baik untuk mereka.
“Kami sudah belasan tahun mengajar di SDK Masik, sebagai guru honor. Upah kami tergantung pencairan dana BOS. Itu pun tidak seberapa dan bahkan tidak layak. Kami mohon, Bupati Malaka mendengar keluhan kami,” kata Elsa Orleans, guru honorer SDK Masik yang sudah mengabdi sejak Maret 2007 kepada VoxNtt.com, Minggu (03/05/2020).
Temannya, Dominggas Silva Pacheco juga demikian. Keluhannya sama persis seperti rekannya, Elsa.
Keduanya diterima sebagai guru honorer pada bulan dan tahun yang sama yakni 2007.
Dua orang guru honorer tersebut mendapatkan bantuan Sembako dari para relawan FMB.
“Terima kasih bapak Emanuel Bria dan Kaka Roy Tei Seran yang sudah peduli dengan kami. Ini sangat luar biasa dan kami merasa terbantu,” ucap Dominggas berterima kasih.
Keluhan yang sama datang dari Isabel Ximenes dan Meliana Bete. Keduanya, adalah guru honorer SDK Masik yang sudah sejak tahun 2007 mengabdi tanpa upah yang pasti.
Padahal mereka adalah guru dengan ijazah sarjana pendidikan guru sekolah dasar yang kemampuannya tidak kalah jauh dari guru honorer kontrak daerah dan yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).
“Kita dibebankan tugas yang sama seperti guru lainnya yang tenaga kontrak daerah dan Pegawai Negeri Sipil. Tapi ya nasib kami belum bisa seperti rekan guru lainnya. Kami tidak ada orang dalam, makanya kami begini sudah,” ujar Meliana Bete kepada VoxNtt.com.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi
Editor: Ardy Abba