Bajawa, Vox NTT- Bupati Ngada Paulinus Soliwoa telah mengeluarkan pengumuman yang melarang seluruh masyarakat Kota Bajawa dan sekitarnya untuk tidak bepergian ke Kecamatan Soa, Sejak 8 – 10 Mei 2020.
Larangan yang tertuang dalam surat pengumuman nomor: 045/ADMAS/V/2020 secara tertulis dikeluarkan untuk mendukung upaya kegiatan ritual adat tolak bala atau dalam bahasa setempat “zoka virus corona “.
Ritual adat “zoka virus corona ” di Kecamatan Soa dilakukan secara serentak di 14 desa serta seluruh kesatuan masyarakat adat di tempat itu.
Desa Tarawali termasuk salah satu yang menggelar kegiatan “zoka virus corona“.
Pada 8 Mei 2020, kegiatan ritual adat tolak bala di wilayah itu, dimulai tepat pukul 19.00 Wita.
Tak ada aktivitas penduduk selama kegiatan berlangsung. Seluruh jalan dan akses masuk menuju tempat ritual adat digelar pun ditutup. Seluruh warga berdiam diri di dalam rumah dengan pintu tertutup.
Para pemuda desa mendirikan portal untuk memblokade seluruh sarana transportasi darat yang hendak dan akan menuju desa Tarawali selama proses ritual berlangsung. Tak ayal, pengguna jalan berjatuhan karena menabrak portal itu.
Di pelataran kampung, penyelenggara kegiatan ritual telah menyalakan api di antara tiga batu tungku berukuran sedang.
Peserta kegiatan ritual itu adalah para tetua bersama perwakilan dari suku-suku masyarakat adat yang ada di wilayah desa itu. Dengan mengenakan pakaian dan aksesoris adat, mereka khusyuk melantun mantra.
Kegiatan tolak virus corona di Tarawali digelar mengunakan ritual adat “Teba Manu Bhara “.
Ritual ini tergolong langka. Pasalnya, selama hampir 50 tahun, ritual ini bahkan belum sekalipun diselenggarakan.
Penyelenggaraan ritual dipimpin oleh Yohanes Meka Rema, orang yang paling dituakan di Tarawali.
Di bawah temaram purnama, dan cahaya bara dari tungku api, tangan Yohanes menggenggam puluhan pucuk dari batang bambu muda sambil mulutnya komat kamit mendaras mantra.
Gelaran kegiatan ini disebut “Tau Tibo“.
Para pembantunya bersiap menerima batangan pucuk bambu yang telah bermantra lalu kemudian meletakannya di dalam bara api.
Bambu yang dibakar kemudian bereaksi karena panas. Letupan pecahan pada bambu kemudian dijadikan petunjuk tentang bala dan berkah yang akan dipilih.
Di lokasi itu, seekor ayam putih juga telah disiapkan sebagai tumbal atas sial dan musibah. Lantunan mantra gaib yang dikumandangkan oleh Yosep Rema Meo dan Leonardus Wale Adhi berakhir dengan pecahnya kepala ayam pada batu tungku api.
Seluruh material yang digunakan kemudian diasingkan ke sungai di Wilayah Desa Mengeruda, masih di Kecamatan Soa Kabupaten Ngada.
Digelarnya ritual adat tolak bala (zoka virus corona) ini sekaligus sebagai bentuk deklarasi masyarakat adat Kecamatan Soa memerangi virus corona.
Penulis: Patrick Romeo Djawa
Editor: Ardy Abba