SoE, Vox NTT-Sejak muncul dan mewabahnya virus Corona, berbagai ketakutan menghantui kehidupan manusia.
Di tengah situasi demikian semarak aksi solidaritas pun muncul dengan misi saling membantu sebagai sesama manusia.
Demikian dikatakan Pdt. Seprianus Yohanis Adonis, S.Th dalam siaran pers yang diterima VoxNtt.com belum lama ini.
Pdt. Seprianus Yohanis Adonis,S.Th yang mengabdi pada Jemaat Nekamese, Desa Neke, Kecamatan Oenino, Kabupaten Timor tengah Selatan (TTS), mengisahkan, awal, berhadapan dengan serangan Virus Corona, diakuinya kondisi jemaat di Oenino benar-benar panik.
“Kami sesunguhnya tidak siap, kami bingung, panik dan sedikit stres dan mungkin sebagian besar kita juga mengalami hal yang sama pada awal berita penyebaran virus ini,”
Gerakan-gerakan kecil di tengah bencana Covid 19, pun mulai dilakukan.
“Dalam diskusi beberapa kali kami menyepakati untuk melakukan gerakan-gerakan kecil dengan filosofi Mari Katong Bakubantu, (Aim he al-alakit matuntauk”, dalam bahasa Dawan di TTS),” cerita Pendeta Adonis.
Anak-anak muda, sambungnya, mulai bergabung dalam Satgas Tanggap Bencana (STBJN).
“Dasar Alkitab kawan-kawan muda bekerja adalah Markus 6:30-44. Prinsip yang dipegang oleh kami semua adalah memberi kepada jemaat atau masyarakat berdasarkan apa yang ada pada masyarakat. Kami memulai gerakan dengan membuat tempat cuci tangan dari jerigen bekas dan kayu bulat di 224 Kepala keluarga. Pekerjaan ini dilakukan selama tiga hari,” cerita Pendeta Adonis.
Selanjutnya, Satgas yang dibentuk pun, terangnya, menemukan bahwa jemaat membutuhkan sabun cuci tangan, dan kaum lansia, ibu hamil, ibu menyusui,bayi dan balita membutuhkan beras untuk bertahan hidup. Hal ini, katanya, karena pasar-pasar mingguan di desa dan kecamatan ditutup.
“Menyikapi ini, kami berupaya menggalang dana dengan menjual produk sanggar anak Nekamese, yang awalnya keuntungan hanya dipakai untuk pengembangan komunitas anak di gereja. Kami sepakat dialihkan untuk penanggulangan covid 19. Adapun produk yang kami jual adalah serbuk kelor, teh kelor, kopi kelor, coklat kelor, stick kelor, madu asli Netulinah, dan tenunan,” ujarnya.
Dikatakan, mereka bersyukur karena produk yang diposting di FB, WA dan IG, mendapatkan respon yang sangat luar biasa.
“Banyak produk terjual, bahkan ada yang memberikan sumbangan uang tunai. Kami memanfaatkan seluruh
hasil penjualan dan sumbangan ini untuk membeli sabun dan beras. Selanjutnya dibagikan kepada lansia, ibu hamil, ibu menyusui, bayi balita, dan kaum difabel,” kata Pendeta Adonis.
Sisa uang, lanjutnya, untuk membeli disinfektan untuk disemprotkan ke tempat-tempat umum: gereja, sekolah, kantor desa dan rumah-rumah jemaat.
Dalam kaitan dengan ibadah, jelasnya, sejak tanggal 23 Maret 2020 lalu, semu dilakukan hanya di rumah-jemaat.
“Tanggal 29 Maret kami datang mengunjungi beberapa kawan majelis dan jemaat. Kami bertemu dengan mereka, mereka tidak bisa bercerita lebih banyak dengan kata-kata. Mereka lebih banyak bercerita dengan air mata. Hal ini disebabkan karena dua hal yaitu: seumur hidup mereka tidak pernah beribadah minggu dari rumah, mereka merasa seolah-olah baru belajar menjadi orang percaya. Kedua, mereka mengaku hanya berdoa Bapa Kami (Onen Na Nakan) karena tidak bisa membaca liturgi yang dikirimkan. Setelah tiba di pastori, saya bertemu lagi dengan beberapa lansia, mereka menyambut saya dengan air mata.
Saya coba menguatkan diri, dan menguatkan mereka. Kami berdoa bersama dan saya meminta mereka untuk kembali ke rumah. Saat itu, saya berpikir, ada pekerjaan baru lain harus dipikirkan oleh Satgas agar jemaat bisa beribadah di tengah pendemi ini,“ urai Pendeta Adonis.
Mengatasi situasi ini, kata Pendeta Adonai, gereja setempat membutuhkan pengeras suara (toa) agar bisa dipasang pada menara gereja.
“Pikiran kami sederhana, dengan toa kami dapat memandu jemaat di rumah beribadah,” tutur Pendeta Adonis.
Penulis: Long
Editor: Irvan K
Keterangan Foto-Foto: Pihak gereja Jemaat Nekamese, Oenino, TTS saling membantu sesama di tengah wabah Corona.