Ruteng, Vox NTT – Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) kian merambah ke seluruh pelosok bumi ini.
Dampak wabah Covid-19 tidak hanya merugikan sisi kesehatan. Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Tiongkok ini bahkan turut mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Ekonomi global dipastikan melambat, menyusul penetapan dari WHO yang menyebutkan wabah corona sebagai pandemi yang mempengaruhi dunia usaha.
Di Indonesia, pemerintah mencoba melakukan berbagai upaya untuk pencegahan dan penanganan Covid-19.
Salah satunya adalah sosial distancing atau pembatasan sosial yakni serangkaian tindakan pengendalian infeksi yang dimaksudkan untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran penyakit menular.
Tujuan dari pembatasan sosial adalah untuk mengurangi kemungkinan kontak antara orang terinfeksi dan orang lain yang tidak terinfeksi.
Sehingga dapat meminimalkan penularan penyakit. Contohnya seperti penutupan sekolah, tempat kerja, isolasi, karantina, menutup atau membatasi transportasi umum.
Imbauan social distancing ini juga dinilai cukup berdampak pada upaya pengurangan angka stunting di Manggarai, NTT.
Hal itu diungkapkan oleh salah satu kader posyandu di Desa Welu Kecamatan Cibal, Dortea Lining (33).
Menurutnya, semenjak pandemi merebak sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan upaya pengurangan angka stunting terpaksa dibatalkan.
“Banyak kegiatan kami selama ini yang terpaksa dibatalkan karena mengikuti imbauan pemerintah untuk jaga jarak,” ungkapnya kepada VoxNtt.com, Rabu (20/05/2020).
Dikatakan, sebelum pandemi pihaknya melakukan berbagi kegiatan untuk penanganan stunting.
Di antaranya melakukan posyandu untuk anak stunting, PMT, imunisasi, sosialisasi, pembuatan susu kedelai dan kegiatan lainnya.
“Tidak ada kegaiatan selama ini (masa pandemi Covid-19), hanya kegiatan imunisasi saja. Tapi itu dilakukan oleh bidan dan kami juga tidak bisa mrlihat perkembangan anak-anak stunting itu,” katanya.
Sementara Pejabat Sementara (Pjs) Kepala Desa Welu Kanisius Adirman mengungkapkan, pangan dan gizi secara umum di Desa Welu masih stabil di tengah pandemi Covid-19.
Namun, ia mengaku susah memenuhi kebutuhan untuk PMT untuk anak stunting.
“Kebutuhan bahan PMT yang susah selama Covid-19 ini, tapi secara umum kebuttuhan pangan dan gizi masih stabil,” katanya.
Baca: Penanganan Stunting di Tengah Pandemi Covid-19
Pada tahun 2020, Pemdes Welu lanjut dia, menyiapkan anggaran 63 Juta untuk penanganan stunting.
Dikatakan bahwa sejak beberapa tahun terakhir Pemdes Welu kian gencar melakukan upaya penanganan stunting.
Selama ini, untuk menekan angka stunting Pemdes Welu dibantu oleh kader posyandu dan PKK Desa juga menjalin kerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia.
“Kami ada kerja sama dengan Ayo Indonesia, salah satu program mereka adalah pembuatan susu kedelai. Dampaknya sangat baik untuk tumbuh kembang anak stunting,” ujar Kanisius.
Selain itu, Pemdes juga gencar sosialisasi, mengikuti posyandu, dan pemberian makan tambahan untuk anak yang kurang gizi.
Jumlah anak stunting di Desa Welu kata dia, sampai Februari 2020 sebanyak 19 anak, dan total 53 anak yang mengalami kurang gizi.
Selama pandemi, Kanisius mengaku belum melakukan kegiatan penanganan stunting seperti sebelumnya.
“Anggarannya sudah ada, tapi karena situasi corona ini makanya belum lakukan kegiatan penanganan stunting seperti biasanya,” ujarnya.
“Masyarakat juga banyak yang mengeluh, karena corona ini berdampak terhadap ekonomi keluarga sehingga mereka tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan gizi sesuai ajuran pemerintah dan Ayo Indonesia,” tambahnya lagi.
Sementara, Kepala Puskesmas Pagal Maria Ermelinda Paka mengungkapkan selama ini pemerintah daerah melalui puskesmas terus berupaya mengurangi angka stunting.
Dalam rangka menyukseskan program pengurangan angka stunting pihaknya telah memlakukan berbagai upaya seperti; peningkaptan kapasitas tenaga kesehatan. Hal ini untuk melatih tenaga kesehatan sesuai perkembangan saat ini.
Selain itu, program pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri. Hal itu dilakukan agar sejak remaja muali diperhatikan sebelum menjadi ibu yang mengandung.
Sehingga saat mengandung tetap sehat dan melahirkan anak yang sehat.
Puskesmas Pagal juga menjalankan program kelas ibu hamil. Setelah mereka hamil untuk dibina melalui kelas tersebut.
Ibu hamil yang datang itu harus bersama suaminya. Pihaknya memberikan informasi tambahan dalam mempersiapkan masa kehamilan maupun saat melahirkan.
Ia juga mengaku selalu melaksanakan posyandu sekali sebulan guna memantau tumbuh kembang bayi balita.
Bidan Maria juga mengaku selama ini kerja sama dengan beberapa stakeholder, di antaranya Ayo Indonesia dan Plan Internasional.
Berkat kerja sama tersebut, alhasil jumlah angka stunting di wilayah kerja Puskesmas Pagal mengalami penurunan.
Pada Agustus 2019 sebanyak 631 anak stunting. Sementara data pada Februari 2020 mengalami penurunan yakni 498 anak stunting.
Namun, Bidan Maria mengungkapkan, selama covid-19 kegiatan posyandu tidak lagi berjalan sepeti biasanya karena mengikuti imbauan pemerintah untuk jaga jarak.
Sebab, kegiatan posyandu jelas dia, diikuti oleh semua balita di setiap desa sehingga berpotensi mengumpulkan banyak orang.
“Karena tidak bisa mengumpulkan banyak orang sehingga posyandu tidak dijalankan sehingga kita tidak bisa memantau tumbuh kembang anak,” katanya.
Sementara pelaksanaan imuniasi dan pemberian TTD untuk ibu hamil kata dia, tetap dilakukan dengan cara kunjungan rumah.
“Untuk menjawab persolan maupun hambatan dalam pelaksanaan program, kita melakukan kunjungan rumah,” katanya.
“Kalau Ayo Indonesia untuk meningkatkan kapasitas kader posyandu dan melatih pengolahan bahan makanan lokal, seperti kedelai untuk diolah menjadi susu dan tempe,” ujarnya.
Untuk penanganan stunting, Puskesmas Pagal bersama pemerintah desa, Pustu dan poskesdes membagikan PMT.
PMT Biskuit itu untuk ibu hamil anak stunting dan gizi buruk lainnya.
Selain itu juga, porgram inovasi pembuatan kebun gizi. Tetapi pada tahun 2020 ini karena corona, sehingga dinas pertanian akan menyumbang bibit tanaman.
“Kita sebenarnya hanya memberikan contoh, kami berharap masyarakat nanti bisa mengikutinya,” katanya.
Puskesmas Pagal juga jelas dia, melakukan pendekatan Lonto Leok (duduk bersama) tingkat rumah gendang (rumah adat) di desa untuk membahas persoalan stunting.
Dikatakan, kader posyandu di setiap desa juga selalu memantau setelah pembagian PMT maupaun bantuan lainnya agar tidak disalahgunakan.
Bidan Maria mengungkapkan, sejauh ini program pengurangan angka stunting ini juga mendapatkan respon yang baik dari pemerintah desa.
Penulis: Pepy Kurniawan
Editor: Ardy Abba