Borong, Vox NTT-Kabupaten Manggarai Timur melalui Dinas Pariwisata sudah melakukan pendataan terkait daya tarik wisata yang ada di wilayah itu.
Dalam buku profil daerah Kabupaten Manggarai Timur tahun 2019 dijelaskan pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan yang sedang digalakan
pemerintah kabupaten ujung timur Manggarai itu.
Hal itu dikarenakan memiliki kontribusi yang cukup besar bagi peningkatan pendapatan negara/daerah, juga turut memicu pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor lainnya terutama sektor pertanian, perekonomian, industri perdagangan dan jasa.
Sehingga dengan berkembangnya sektor itu taraf kesejahteraan masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar kawasan wisata dapat meningkat.
Dijelaskan, penataan dan pengelolaan aset-aset wisata serta dukungan ketersediaan sarana dan prasarana pariwisata dalam jumlah dan kondisi yang memadai, sangat penting dilakukan dalam rangka menciptakan aset-aset wisata potensial dan memiliki daya tarik yang tinggi bagi wisatawan.
Apalagi, Kabupaten Manggarai Timur memiliki beraneka ragam obyek wisata yang menawarkan berjuta keindahan dan nilai-nilai inspiratif bagi yang menikmatinya.
Baca: Menikmati Sensasi Panorama Gua Cingcoleng di Manggarai Timur
Pesona alam yang indah, warisan budaya dan kesenian yang tinggi dan menarik, aneka ragam adat istiadat, peninggalan masa lampau yang bernilai, serta keramahan masyarakatnya merupakan daya tarik yang besar bagi wisatawan baik domestik maupun manca negara yang datang berkunjung ke Kabupaten Manggarai Timur.
Dinas Pariwisata mencacat sebanyak 119 Daya Tarik Wisata di kabupaten itu terdiri dari wisata alam, wisata budaya dan wisata religi yang tersebar di sembilan kecamatan.
Daya Tarik Wisata Lamba Leda
Di tengah pro-kontra soal pabrik semen dan tambang batu gamping di Desa Satar Punda, ternyata kecamatan Lamba Leda memiliki potensi wisata yang belum dikembangkan.
Dinas Pariwisata Manggarai Timur menyebutkan Kecamatan Lamba Leda memiliki 12 daya tarik wisata.
Ke 12 itu yakni, Tiwu Cewe di Desa Golo Lencur, (Goa Alam Werwitu, Liang Wusu dan Liang Bone, Gua Alam Cincoleng, Kampung Tua Compang Baju Manurung dan Cunga Bura) di Desa Tengku Leda, Kampung Tua Poser di Rana Masa.
Di desa Satar Padut yakni Pantai Nanga Lirang, Tanjung Kurbaja, Pantai Laing Lewe, Kampung Tua Ninge (Kampung tua yang tenggelam).
Kendati demikian, potensi ini pun bak surga tersembunyi yang ada di bumi Lamba Leda.
Menanggapi hal itu, anggota DPR RI Daerah Pemilihan NTT 1 Andreas Hugo Pereira mengatakan wilayah Flores dan Manggarai Timur khususnya lebih cocok untuk mengembangkan potensi wisata ketimbang tambang.
“Saya setuju dengan semua fakta yang anda tulis di atas, dan menurut saya Flores, termasuk Manggarai Timur lebih tepat mengembangkan wisata/ekowisata, pertanian, peternakan, ketimbang tambang. Apalagi di wilayah-wilayah yaang subur,” kata pria yang kerap disapa AHP itu saat diwawancarai VoxNtt.com melalui pesan WhatsApp, Senin (08/06/2020) siang.
Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan sudah banyak contoh di beberapa daerah di Indonesia, di mana ada daerah pertambangan yang rakyatnya tidak sejahtera.
Yang makin kaya kata AHP adalah investor, rakyat jual murah lahannya yang produktif, setelah dieksplotasi justru meninggalkan lubang-lubang galian, alam yang rusak, longsor, juga bencana untuk generasi yang akan datang.
“Saya pikir lebih baik kita merawat modal alam darat dan laut dan mengembangkan potensi SDA serta budaya kita utk pariwisata dan ekowisata ketimbang kita berpikir menjadi wilayah industri,” ujarnya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba