Ruteng, Vox NTT – Warga Leda, Kelurahan Bangka Leda, Kecamatan Langke Rembong mengaku keberatan dengan salah satu baliho bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Manggarai.
Hal itu lantaran foto yang dipampang dalam baliho tersebut merupakan foto kegiatan “Congko Lokap” Gendang (rumah adat) Leda.
Sebagai informasi, Congko Lokap memiliki makna tersendiri dalam kehidupan masyarakat adat Manggarai. Congko berarti pungut dan Lokap artinya sisa kotoran kayu dan sebagainya selama proses pembangunan sebuah rumah.
Baliho itu diketahui milik pasangan bakal calon Bupati Manggarai Deno Kamelus dan Wakil Bupati Victor Madur (Deno-Madur).
Salah satu warga Leda Tarsisius Janggal mengaku keberatan lataran pemasangan foto tersebut tanpa persetujuan warga maupun tua adat.
“Kami tidak pernah duduk bersama terkait foto itu. Karena yang dalam foto itu kegiatan Congko Lokap di sini (Leda),” ungkapnya kepada VoxNtt.com di Rumah Gendang Leda, Jumat (26/06/2020).
Ia menegaskan, keberatan itu bukan karena pilihan politik melainkan murni karena merasa tidak dihargai oleh pihak yang menggunakan foto tersebut.
“Ini bukan karena politik yah, karena siapapun kandidat kami tidak izinkan menggunakan foto itu untuk kepentingan politik,” ujarnya.
Ia mengaku kecewa karena pasangan Deno-Madur sebagai petahana menggunakan foto kegiatan tersebut untuk kepentingan Pilkada.
Apalagi pada pembangunan rumah gendang yang diresmikan itu tidak ada sedikitpun bantuan pemerintah.
“Kami kecewa, waktu pembangunan rumah gendang mereka tidak ada kontribusi sedikitpun, kami ajukan proposal tapi tidak direspon. Baru sekarang mereka jadikan itu sebagai bahan kampanye,” ujarnya kesal.
“Kami bersusah paya membangun rumah gendang, mempersiapkan acara Congko Lokap selama beberapa bulan. Sekarang mereka seenaknya menggunakan foto acara itu untuk kepentingan Pilkada,” tambahnya lagi.
Hal senada juga diungkapkan warga lainnya, Maksi Dinar. Ia juga mengaku kecewa dengan hal tersebut.
“Kami semua kecewa dan kaget melihat foto itu pada baliho untuk kepentingan politik,” katanya.
Ia juga membenarkan bahwa saat pembangunan rumah gendang tersebut tidak ada sedikitpun bantuan Pemerintah Kabupaten Manggarai.
“Saya bendahara kegiatan, tidak ada bantuan pemerintah. Tapi sekarang tiba-tiba pakai foto acara Congko Lokap di sini untuk kepentingan politik,” katanya.
Sebab itu, ia meminta kepada pasangan bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Manggarai bersangkutan untuk menglarifikasikan hal tersebut.
Bahkan, pihaknya mendesak agar secepatkan menurunkan baliho yang sudah pasang pada beberapa tempat.
“Yah harus dicabut lagi, kami tidak mau foto acara Congko Lokap di sini untuk kepentingan politik. Termasuk kandidat lain juga tidak boleh,” tegasnya.
Selain itu, warga Leda lainnya Aleksius Korang juga mendesak agar baliho tersebut segera dicabut dan tidak boleh menggunakan foto itu lagi.
Ia menegaskan apabila tim Deno-Madur tidak mencabutnya, maka pihaknya akan mencabut baliho tersebut.
“Harus segera dicabut, kalau tidak kami sendiri yang turunkan dan bawa ke kantor Bupati. Kami kasih waktu sampai hari Minggu,” ujarnya.
Saat dikonfirmasi, perwakilan tim Deno-Madur, Bento Papur mengakui bahwa pihaknya menggunakan foto acara Congko Lokap tersebut pada baliho Deno-Madur.
Namun ia menegaskan, hal itu bukan untuk mengklaim bahwa semua orang di Leda maupun yang ada dalam baliho tersebut merupakan pendukung Deno-Madur.
Namun, penggunaan foto tersebut kata dia, murni sebagai bentuk melestarikan budaya Manggarai.
“Mungkin mereka tersinggung karena mereka punya muka ada yang termuat di situ. Memang kita punya konsep buat baliho itu tentang budaya toh. Jadi tidak mau menganggap bahwa semua yang ada di baliho itu pendukung DM,” ujarnya kepada VoxNtt.com, Sabtu (27/06/2020).
“Tapi intinya di situ kegiatannya Congko Lokap itu sebagai budaya, kita mau melestarikan budaya Manggarai,” tambahnya lagi.
Dikatakan bahwa semua orang Manggarai punya tugas termasuk pemimpin dan juga Deno-Madur melestarikan budaya Manggarai.
“Intinya, kita membuat baliho itu sebagai bentuk cinta budaya dan mau melestarikan budaya itu yakni budaya Manggarai salah satunya Congko Lokap,” katanya.
Semua orang kata dia, punya tugas untuk mewariskan dan melestarikan budaya. Apalagi Deno-Madur sebagai pemimpin.
Maka kewajiban dan tugas mendukung untuk mendorong warga Manggarai melestarikan budaya. Sehinga di baliho itu dituliskan melestarikan budaya Manggarai.
Bento mengaku, sudah mengirimkan perwakilan untuk bertemu dengan warga Leda yang merasa keberatan.
“Saya ada suruh tim bertemu orang tua itu. Tapi kalau menurut mereka sebentar masih tidak menyenangkan, yah kita akan diskusi lagi. Tidak bermaksud mengklaim, bahwa ada yang merasa tidak enak, yah kita mohon maaf saja,” tutupnya.
Penulis: Pepy Kurniawan
Editor: Ardy Abba